Sunday, 27 January 2013

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan dalam perspektif islam


Psikologi perkembangan islam adalah psikologi perkembangan manusia dari perspektif islam, perkembangan manusia tersebut meliputi proses pertumbuhan atau perubahan manusia serta membahas berbagai aspek perkembangan yang meliputi: aspek perkembangan fisik, kognitif, emosional, moral, social, spiritual, dll.

Perkembangan disini di artikan sebagai perubahan yang dialami oleh individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya (matury) yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan baik fisik maupun psikis.

Para ahli psikologi perkembangan yang membahas mengenai perkembangan manusia selalu mengaitkan istilah nature (faktor alamiah) dan nurture (factor-faktor yang berhubungan dengan lingkungan) .Dimana setiap perkembangan manusia dipengaruhi oleh interaksi dari kedua hal tersebut.

Konsep alamiah muncul dipengaruhi oleh aliran filsafat barat yang dikemukakan oleh Jean Jacquess Rousseau (dalam Stumpf, 1999).Ia menyatakan bahwa faktor-faktor alamiah mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia. Istilah nature mengandung pengertian faktor-faktor alamiah yang berhubungan dengan aspek bio-fisiologis terutama keturunan, genetis dan herediter.Perkembangan manusia sangat dipengaruhi oleh faktor keturunan. Sifat-sifat, maupun kepribadian yang dimiliki oleh orang tua akan diturunkan melalui unsur gen kepada anak-anaknya. Bukan hanya yang bersifat fisiologis seperti: berat badan, tinggi badan, warna kulit, rambut, jenis penyakit, akan tetapi juga karakteristik psikologis yang menyangkut tipe, kepribadian, kecerdasan, bakat, kreativitas, dan lain-lain.


Sedangkan konsep nurture dipengaruhi oleh aliran filsafat empirisme yang dikemukakan oleh Jhon Locke. Melalui teori tabula rasa, Locke mengatakan bahwa manusia dilahirkan dalam keadaan suci, bagaikan kertas putih yang masih bersih, ia percaya bahwa baik dan buruknya perkembangan hidup manusia tidak dilepaskan dari pengaruh lingkungannya.

Konsep nurture merupakan faktor-faktor yang berhubungan dengan lingkungan eksternal, seperti: pola asuh, pendidikan, sosial budaya, media masa, status sosial ekonomi, agama, dan sebagainya. Seorang individu akan berkembang menjadi orang dewasa yang baik, mandiri, cerdas, dan bertanggung jawab, apabila ia berada dalam lingkungan hidup yang mendukung perkembangan tersebut. Lingkungan hidup yang buruk akan menyebabkan individu berkembang menjadi seorang pribadi yang tidak baik, bodoh, jahat, dan sebagainya.

1.      Pengaruh Hereditas Dalam Perkembangan

Faktor hereditas merupakan faktor pertama yang mempengaruhi perkembangan individu. Hereditas diartikan sebagai totalitas karakteristik individu yang diwariskan orang tua kepada anak atau segala potensi, baik fisik maupun psikis yang dimiliki individu sejak masa konsepsi ( pembuahan ovum oleh sperma ) sebagai pewarisan dari pihak orang tua melalui gen – gen.

a.      Genetis

Dalam berbagai penelitian yang dilakukan oleh ahli psikologi perkembangan ditemukan bahwa baik kepribadian yang normal ataupun abnormal, pada dasarnya, diturunkan dari kedua orang tuanya.

Gen yang terdapat di dalam nukleus dari telur yang dibuahi pada masa embrio mempunyai sifat tersendiri pada tiap individu. Manifestasi hasil perbedaan antara gen ini dikenal sebagai hereditas. DNA yang membentuk gen mempunyai peranan penting dalam transmisi sifat-sifat herediter. Timbulnya kelainan familial, kelainan khusus tertentu, tipe tertentu dan dwarfism adalah akibat transmisi gen yang abnormal.Haruslah diingat bahwa beberapa anak bertubuh kecil karena konstitusi genetiknya dan bukan karena gangguan endokrin atau gizi.Peranan genetik pada sifat perkembangan mental masih merupakan hal yang diperdebatkan.Memang hereditas tidak dapat disangsikan lagi mempunyai peranan yang besar tapi pengaruh lingkungan terhadap organisme tersebut tidak dapat diabaikan.Pada saat sekarang para ahli psikologi anak berpendapat bahwa hereditas lebih banyak mempengaruhi inteligensi dibandingkan dengan lingkungan.

Pertumbuhan setiap individu sudah terprogram sejak masa konsepsi yang dipengaruhi oleh faktor genetis. Perubahan panjang, tinggi, berat badan bayi akan terjadi secara otomatis karena pengaruh genetika (keturunan). Faktor keturunan lebih menekankan pada aspek biologis atau herediter yang dibawa melalui aliran darah dalam kromosom.Faktor genetis cenderung bersifat statis dan merupakan predisposisi untuk mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan seseorang. Kalau sejak awal orang tua memiliki karakteristik fisiologis yang sehat, maka akan menurunkan generasi yang sehat pula. Sebaiknya bila orang tua tidak sehat, maka keturunanya pun akan mengalami gangguan atau penyimpangan secara fisik atau psikis (Papalia, Old & Fieldman, 1998: 2004).

Para ahli Psikologi perkembangan (Papalia dkk, 1998; Santrock, 1999; Helms & Turner, 1995; Haris & Liebert, 1991) mengakui bahwa aspek fisik maupun psikis seorang individu sangat dipengaruhi oleh unsur genetis, karakteristik tersebut akan nampak pada hal-hal sebagai berikut :

1)      Sifat- sifat Fisik

Sifat-sifat fisik yang dapat diturunkan secara genetis misalnya wajah, tangan, kaki atau bagian-bagian organ tubuh lainnya.Hal ini dapat terjadi pada anak tunggal maupun kembar. Bila orang tua memiliki suatu jenis penyakit tertentu seperti: tekanan darah tinggi, penyakit jantung, epilepsi, atau paru-paru, kemungkinan besar anak-anak yang dilahirkan pun mempunyai resiko terserang penyakit yang sama.


2)      Intelegensi

Kecerdasan yang dimilki orang tua akan dapat menurun pada anak-anaknya. Meskipun anak-anak tersebut diasuh oleh orang tuanya sendiri maupun oleh orang lain, sifat kecerdasan orang tua akan tetap menurun. Pandangan ini dipengaruhi oleh pemikiran filsuf naturalis dari Perancis, J.J. Rousseau yang mengatakan bahwa anak cerdas dihasilkan dariorangtuayangcerdas(Stump,2000).


3) Kepribadian

Kepribadian merupakan organisasi dinamis dari aspek fisiologis, kognitif maupun afektif yang membantu pola prilaku individu dalam rangka menyesuaikan diri dengan lingkungan hidupnya (Hall, Lindsay & Campbell, 1998). Sebagai organisasi yang dinamis, maka kepribadian akan mempengaruhi perubahan pola pemikiran, sikap, dan perilaku seseorang.Sifat-sifat emosionil seperti perasaan takut, kemauan dan temperamen lebih banyak dipengaruhi oleh lingkungan dibandingkan dengan hereditas.

Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Anas bin Malik berikut : ibu (ibu Anas) Ummi Sulaym bertanya tentang perempuan menyaksikan mimpi basah dalam tidurnya seperti laki-laki. Dia menjawab, “ Jika penyaksikan itu, ia harus mandi wajib (jinabah) Kemudian Ummi Salman (istri Nabi yang hadir ) bertanya malu-malu, “ Apakah itu terjadi ?” Nabi menjawab, “ Tentu saja! Bagaimana ini mendatangkan keserupaan (jika tidak terjadi) ?sperma laki-laki merupakan tetesan yang putih dan tebal sementara sel telur perempuan merupakan cairan kuning yang tipis. Mana pun diantara keduanya yang menggungguli lainnya, hasilnya akan mempengaruhi ” ( H.R Bukhari )

Muslim meriwayatkan dari Thauban , bahwa seorang Yahudi datang dan bertanya kepada Nabi berbagai pertanyaan (sebagai usaha untuk menantang   kebenaran kenabiannya). Pertanyaan adalah tentang penentuan jenis kelamin, bagaimana terjadinya? Nabi menjawab sebagai berikut :

Sperma pria adalah putih dan sel telur perempuan kekuning-kuningan. Jika mereka bertemu (terjadi pembuahan) dan sperma pria mengungguli sel telur perempuan hasilnya akan terjadi jenis kelamin laki-laki dengan seizin Allah, dan jika sel telur perempuan mengungguli sel sperma laki-laki maka hasilnya akan menjadi perempuan dengann seizin Allah. ( H.R Muslim)

Setelah Nabi menjawab demikian, orang Yahudi itu mengatakan, dan dia benar seorang nabi. Ibnu Qayyim memperingatkan bahwa penentuan jenis  kelamin ini (dari segala sesuatu yang terjadi dengannya) tidak dapat dipahami sebagai hal yang semata –mata ditentukan oleh alam karena hal tersebut merupakan urusan yang sepenuhnya tergantung kepada kehendak Allah. Itu sebabnya mengapa Rasulullah mengatakan dalam hadist bukti lain bahwa malaikat meniup ruh ke dalam fetus dan bertanya kepada Allah, “Wahai Tuhanku! Apakah jenis kelaminnya laki – laki atau perempuan ?…. kemudian Allah menentukan sesuai dengan kehendak-Nya dan malaikat mencatatnya”

Bukti tekstual menghapuskan keraguan bahwa faktor hereditas memiliki pengaruh.Namun, keputusan atas segalanya tergantung kepada Allah.Dengan demikian herediter dapat mempengaruhi perkembangan seseorang dalam batasan tertentu.

2.      Pengaruh Lingkungan Dalam Perkembangan

Lingkungan memiliki peran yang besar bagi perubahan yang positif atau negatif pada individu. Lingkungan yang baik tentu akan membawa pengaruh positif bagi individu, sebaliknya lingkungan yang kurang baik akan cenderung memperburuk perkembangan individu.

Seorang psikolog ekologis, Urie Brofenbrenner (dalam Papalia, Olds & Feldman, 2004) menyatakan bahwa lingkungan tersebut bersifat stratifikasi yakni berlapis-lapis dari yang terdekat sampai yang terjauh.Pengaruh lingkungan menjadi lebih kuat pada periode sensitif.Masing-masing pertumbuhan system organ atau anggota tubuh memiliki periode sensitif yang rentan terhadap pengaruh lingkungan.

Berbagai faktor eksternal tidak hanya dapat menyebabkan keguguran, namun juga ketidaksempurnaan dari bayi yang dikandung.Penelitian ilmiah menunjukan bahwa faktor eksternal atau lingkungan dapat mempengaruhi perkembangan pra kelahiran dan juga proses kelahiran.Agen eksternal yang dapat mempengaruhi ini disebut dengan teratogen. Teratogen adalah segala virus, obat-obatan, zat kimia, radiasi, atau agen lingkungan lain yang dapat membahayakan perkembangan embrio atau janin hingga menyebabkan kerusakan fisik, kebutaan, kerusakan otak, dan bahkan kematian. Selain teratogen, kondisi emosional ibu, asupan gizi dan usia ibu juga dapat mempengaruhi kehamilan.

Karena itu, para ahli psikologis maupun medis berusaha keras untuk mengatasi dan membantu perawatan pada wanita hamil. Hal ini pun tak lepas dari peran dan tanggung jawab dari calon ayah dan calon ibu untuk bekerja sama menjaga kualitas pertumbuhan dan perkembangan bayi yang sehat secara fisiologis maupun psikologis.

Bukti yang terkenal berkaitan dengan hal ini adalah hadist Rasulullah SAW, beliau mengatakan bagaimana orang tua mempengaruhi agama, moral, dan psikologi dari sosialisasi dan perkembangan anak – anak mereka.Hadist ini merupakan bukti tekstual yang paling terkenal dari perngaruh lingkungan terhadap seseorang.

Hadist ini berbunyi : “Tiap bayi lahir dalam keadaan fitrah (suci membawa disposisi Islam). Orang tuanyalah yang membuat ia Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Seperti binatang yang lahir sempurna, adakah engkau melihat mereka terluka pada saat lahir?” (H.R. Bukhari)

Dalam hadist lain, Nabi Muhammad SAW menunjukkan bagaimana teman dapat mempengaruhi perilaku, karakter, dan perbuatan seseorang dengan memberikan perumpamaan. Nabi Muhammad SAW bersabda : “Persamaan teman yang baik dan yang buruk seperti pedagang minyak kesturi dan penipu api tukang besi. Si pedagang minyak kesturi mungkin akan memberinya padamu atau engkau akan membeli kepadanya, atau setidaknya engkau dapat memperoleh bau yang harum darinya. Tapi si penipu api tukang besi mungkin akan membuat pakaianmu terbakar atau kamu akan mendapatkan bau yang tidak sedap dari padanya.” (H.R. Bukhori)

Dalam bentuk metaforik, Nabi Muhammad SAW mengingatkan kita bagaimana persahabatan yang baik dapat mempengaruhi karakter seseorang menjadi baik dan bagaimana teman yang jahat dapat membuat orang melakukan hal yang buruk.Dengan demikian, lingkungan dapat mempengaruhi keseluruhan perkembangan psikologi seseorang termasuk tentunya perkembangan kognitif.

3.      Pengaruh Ketentuan Allah SWT Dalam Perkembangan

Terdapat bukti substansial yang memperlihatkan bahwa hereditas dan lingkungan semata-mata tidak dengan sendirinya menentukan pola perkembangan individu ada hal yang paling utama dalam persoalan tersebut yaitu segalanya tergantung kehendak Allah SWT.

Contoh yang paling mencolok adalah riwayat Nabi Isa A.S Ibn Maryam Allah SWT membuatnya dapat berbicara dalam buaiannya.Sebagaimana kita ketahui, perkembangan bahasa merupakan bagian integral dari perkembangan kognitif. Dalam situasi normal, anak mulai berbicara pada usia 2 tahun dalam sepatah dua patah kata dan sejalan dengan itu, mereka mulai mengembangkan perbendaharaan bahasa. Kenyataannya bahwa Nabi Isa AS dapat berbicara pada masa buaian, juga bukan produk stimulasi intelektual dari lingkungan.

Hal tersebut lebih merupakan manifestasi dari kebijaksanaan Tuhan, kekuatanNya yang tidak terbatas, KehendakNya dan kemampuanNya untuk melakukan segala sesuatu.Al – Qur’an menceritakan kejadian ini dalam beberapa ayat. Pertama Al – Qur’an menceritakan bagaimana Maryam diberitahu bahwa anaknya akan berbicara sejak dalam buaian. Ayat ini berbunyi :

“….. dan dia berkata kepada manusia dalam buaian dan ketika sudah dewasa, dia adalah salah seorang diantara orang-orang yang shaleh.” (QS. Ali-Imran : 46)

Meskipun hereditas dan lingkungan merupakan faktor yang tak dapat diragukan mempengaruhi perkembangan manusia, ada faktor ketiga yang lebih signifikan dan dominan yaitu kehendak dan kekuatan Allah SWT yang tidak terbatas. Faktor  inilah yang memantau dan menjaga besarnya kekuatan alam dan pengasuhan yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan manusia. Hal ini dapat diterapkan pada semua aspek perkembangan. Contohnya, perkembangan kognitif bukan semata-mata produk warisan genetik, ataupun semata-mata produk lingkungan, sebab pada prinsipnya, ia merupakan produk kehendak dan kekuatan Allah SWT. Sehubungan dengan hal ini, hereditas dan kekuatan lingkungan merupakan media yang menunjukkan bahwa Allah SWT memperlihatkan kecenderungan pola dari perkembangan individu.Dengan demikian, kedua faktor ini memiliki batasan dalam mempengaruhi kecenderungan psikologi seseorang secara keseluruhan.Batasan tersebut telah ditentukan oleh Allah SWT.

Dalam kajian psikologi, faktor ini merupakan hal yang penting untuk diperhatikan karena banyak hal yang terjadi dalam kehidupan manusia yang tidak dapat digolongkan ke dalam faktor hereditas atau lingkungan (seperti contoh diatas).Dengan demikian, hal tersebut tidak dapat diterangkan dalam keranda penyelidikan material atau empirik. Jika psikolog tidak memperluas horizon dalam hal ini pendekatan mereka dengan meneliti faktor kehendak dan kekuasaan Allah SWT diatas segalanya, termasuk perkembangan psikologi manusia, akan tetap tidak lengkap dan pengetahuan tentang diri kita juga masih tetap tidak utuh.

Peran kehendak Allah SWT dalam menentukan perkembangan individual seperti yang dinyatakan dalam pendekatan Islam akan membantu memahami proses perkembangan yang lebih baik dari pada pendekatan psikologi Barat dengan berbagai cara. Perlu disadari bahwa, tidak semua konstruk dan kecenderungan psikologi dapat secara ketat dipengaruhi oleh semata-mata pengaruh herediter dan lingkungan karena bagimanapun individu kadang-kadang menunjukkan kecenderungan tertentu yang secara jelas menyimpang dari penjelasan pengaruh hereditas dan lingkungan.Kasus kemampuan bicara Nabi Isa AS dan lainnya dalam buaian adalah kesaksian terhadap hal ini.Dalam hal ini, jika tidak diatribusikan kepada kehendak Allah SWT, hanya kebohongan yang merupakan penjelasan fakta ini.

Maka jelaslah, hidup ini penuh dengan ketentuan Illahi.Terutama tampak nyata pada awal kelahiran seseorang. Sebagian beruntung karena memiliki kecerdasan yang istimewa, sementara yang lain hidup dalam keadaan serba kurang keduanya sama saja mempunyai akibat dari perkembangannya, tetapi apa hendak di kata, semua ini telah menjadi kodrat Illahi. Walhasil, perkembangan ini pada azasnya berpangkal pada kodrat Illahi atas setiap manusia.Karenanya di atas kodrat itulah sesungguhnya perkembanganya berlangsung.


4.      Pengaruh Terhadap Aliran  Pendidikan

Dilihat dari pengaruh  hereditas dan lingkungan dalam mempengaruhi peerkembangan anak, masih selalu terjadi perdebatan, seberapa besar kedua faktor tersebut memberikan warna terhadap perkembangan individu. Dari banyak pendapat tersebut secara garis  besar terbagi menjadi (3) tiga kelompok yaitu :

1.      Pendapat Para Ahli Mengikuti Golongan Navatisme

Pengikut Navatisme berpendapat bahwa perkembangan individu itu semata-mata ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa sejak lahir.

2.      Golongan Empirisme

Pendapat Empirisme merupakan kebalikan dari pendapat Navatisme di atas.Asumsi psikologis yang mendasari aliran ini adalah bahwa manusia lahir dalam keadaan netral, tidak memiliki pembawaan apapun. Ia bagaikan kertas putih  (tabula rasa) yang dapat ditulisi apa saja yang dikehendaki.

3.      Golongan Konvergensi

Golongan ini muncul karena melihat kedua pendapat (Nativisme dam Empirisme) di atas yang saling bertentangan dan keduanya berada pada garis yang ekstrim, dan banyak mempunyai kelemahan-kelemahan jika dihadapkan pada realitas yang ada terlebih lagi pada abad modern. Kelemahan itu dapat dilihat pada contoh berikut:

  1. Untuk pendapat Nativisme : betapa banyak anak yang lahir dari seorang pelukis, tetapi dia tidak menjadi ahli lukis seperti ayahnya.

  1. Untuk pendapat Empirisme : mengapa masih terdapat anak yang gagal dalam belajar di sekolah, padahal segala fasilitas telah disediakan, petunjuk dan bimbingan juga selalu diberikan oleh guru maupun orangtuanya.

Kalau dilihat dari sudut pandang islam, yang diasumsikan dari struktur nafsani tidak lantas menerima ketiga aliran di atas. Disamping terdapat kelemahan-kelemahan, ketiga aliran tersebut hanya berorientasi teorinya pada pola pikir antroposentris. Artinya perkembangan kepribadian manusia  seakan-akan hanya dipengaruhi oleh faktor manusiawi. Manusia dalam pandangan islam telah memiliki seperangkat potensi, disposisi, dan karakteristik unik.

Potensi itu paling tidak mencakup keimanan, ketauhidan, keislaman, keselamatan, keikhlasan, kesucian, kecendrungan menerima kebenaran dan kebaikan, dan sifat lainnya.Semua potensi itu bukan diturunkan dari orangtua, melainkan diberikan oleh Allah SWT. Sejak di alam perjanjian(mitsq). Proses pemberian potensi-potensi itu melalui struktur ruhani. Oleh karena itu, maka struktur rohani disebut juga dengan fitrah al-munazalah (yang diturunkan).Jadi secara potensial, kondisi kejiwaan manusia tidak netral, apalagi kosong seperti kertas putih, namun secara aktual manusia tidak memiliki kebaikan atau keburukan yang diwarisi.Kebaikan dan keburukan sangat tergantung pada realisasi dirinya.

Perkembangan kehidupan manusia bukanlah diprogram secara deterministic, seperti robot, mesin, atau otomatis.Manusia secara fitri memiliki kebebasan dan kemerdekaan dalam mengaktualisasikan potensinya.Ia berhak memiliki dan menentukan jalan hidupnya sendiri.

Faktor hereditas boleh jadi menjadi salah satu faktor perkembangan.Hal ini diisyaratkan dalam hadist nabi bahwa pemilihan jodoh itu harus dilihat dari 4 segi, yaitu harta, keturunan, kecantikan, dan agama.Nabi kemudian menganjurkan untuk memilih agamanya agar kelak rumah tangganya menjadi bahagia dan selamat. Hadist ini menunjukkan pentingnya faktor hereditas dalam perkembangan anak, sehingga jauh-jauh sebelumnya ia telah memilih garis keturunan yang baik, agar anaknya memiliki bawaan yang baik pula.

Di dalam al quran banyak ditemukan sosok yang memiliki perkembangan kehidupan yang soleh dimana perkembangan itu dipengaruhi oleh faktor keturunan orang tua.Islam menganjurkan kepada umatnya agar setiap manusia memiliki keturuan yang berkepribadian tangguh, baik, dan ahli beribadah. Bukan keturunan yang lemah (Qs Ali Imran: 38, An Nisa’ : 9, Ibrahim: 40, Al-Ahqah: 15). Perlu dicatat bahwa di dalam kebaikan garis keturunan itu ada juga yang menurunkan keturunan yang buruk, jahat dan zhalim (Qs al Shaffat:113)

Jadi keturunan orangtua bukan satu-satunya faktor yang menentukan kepribadian individu. Baik buruknya kepribadian individu bergantung  pada faktor-faktor yang kompleks, seperti faktor lingkungan, potensi bawaan, keturunan, bahkan takdir Allah. Adanya takdir atau sunnah Allah, manusia tidak mengetahuinya, manusia tetap disuruh berusaha dengan akal dan kemampuan yang telah diberikan Allah SWT. Berusaha untuk memperbaiki dan meningkatkan dirinya sendiri maupun berusaha untuk memelihara dan membimbing anak dan keluarganya.

Dalam islam, mengakui pula adanya peran lingkungan dalam penentuan perkembangan. Pengakuan ini bukan berarti mengabaikan faktor keturunan dan perbedaan individu. Banyak ayat alquran yang menjelaskan tentang peran lingkungan, misalnya seruan amar ma’ruf dan nahi mungkar (Qs Ali Imran: 104,110,114), belajar menuntut ilmu agama kemudian mendakwahkan untuk orang lain (Qs At Taubah: 112), seruan kepada orangtua agar memelihara keluarganya dari tingkah laku yang memasukkan ke dalam neraka (Qs At Tahrim:6), seruan melaksanakan shalat dan sabar, serta seruan melakukan tilawah , tazkiyah, serta belajar kitab atau hikmah (Qs Thaha:132, Al Baqarah: 151).

Satu lagi faktor penentu perkembangan manusia yang sangat ditonjolkan dalam islam, yaitu faktor-faktor bawaan yang merupakan sunnah atau takdir Allah untuk manusia. Misalnya bawaan memikul amanat  (Qs Al Ahzab 72), bawaan menjadi khalifah di muka bumi (Qs Al Baqarah:30), bawaan menjadi hamba Allah agar selalu beribadah kepadaNya (Qs Az Zaariyat:56), bawaan untuk mentauhidkan Allah SWT (Qs Al A’raf:172). Dan juga faktor-faktor perbedaan individu, misalnya perbedaan karunia yang diberikan (Qs An Nisa’:32), perbedaan kemampuan dan status (Qs Hud:93, An Nisa’:32, Al An’am:152, al Baqarah:286), dan sebagainya.

Nabi Musa As dan permaisuri fir’aun sekalipun berdomisili dan dibesarkan dilingkungan yang buruk, namun mereka tetap memilki perkembangan kepribadian yang kokoh  (Qs At Tahrim:11, Al Syu’ara:18), Ibrahim As yang diasuh oleh pembuat patung untuk disembah tetapi ia masih berkepribadian tegar meyakini keberadaan Tuhan (Qs Al An’am:74). Sebaliknya, Kan’an putra Nuh As, berkepribadian kufur meskipun lingkungannya baik (Qs Al Maaidah:27). Abu Lahab dan istrinya meskipun mendapat prioritas dakwah Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, namun mereka tetap dalam kezhaliman (Qs Al Lahab:1-5)