Psikologi perkembangan
islam adalah psikologi perkembangan manusia dari perspektif islam, perkembangan
manusia tersebut meliputi proses pertumbuhan atau perubahan manusia serta
membahas berbagai aspek perkembangan yang meliputi: aspek perkembangan fisik,
kognitif, emosional, moral, social, spiritual, dll.
Perkembangan disini di
artikan sebagai perubahan yang dialami oleh individu atau organisme menuju
tingkat kedewasaannya (matury) yang berlangsung secara sistematis, progresif,
dan berkesinambungan baik fisik maupun psikis.
Para ahli psikologi
perkembangan yang membahas mengenai perkembangan manusia selalu mengaitkan
istilah nature (faktor alamiah) dan nurture (factor-faktor yang berhubungan
dengan lingkungan) .Dimana setiap perkembangan manusia dipengaruhi oleh
interaksi dari kedua hal tersebut.
Konsep alamiah muncul
dipengaruhi oleh aliran filsafat barat yang dikemukakan oleh Jean Jacquess
Rousseau (dalam Stumpf, 1999).Ia menyatakan bahwa faktor-faktor alamiah
mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia. Istilah nature mengandung pengertian
faktor-faktor alamiah yang berhubungan dengan aspek bio-fisiologis terutama
keturunan, genetis dan herediter.Perkembangan manusia sangat dipengaruhi oleh
faktor keturunan. Sifat-sifat, maupun kepribadian yang dimiliki oleh orang tua
akan diturunkan melalui unsur gen kepada anak-anaknya. Bukan hanya yang
bersifat fisiologis seperti: berat badan, tinggi badan, warna kulit, rambut,
jenis penyakit, akan tetapi juga karakteristik psikologis yang menyangkut tipe,
kepribadian, kecerdasan, bakat, kreativitas, dan lain-lain.
Sedangkan konsep
nurture dipengaruhi oleh aliran filsafat empirisme yang dikemukakan oleh Jhon
Locke. Melalui teori tabula rasa, Locke mengatakan bahwa manusia dilahirkan
dalam keadaan suci, bagaikan kertas putih yang masih bersih, ia percaya bahwa
baik dan buruknya perkembangan hidup manusia tidak dilepaskan dari pengaruh
lingkungannya.
Konsep nurture
merupakan faktor-faktor yang berhubungan dengan lingkungan eksternal, seperti:
pola asuh, pendidikan, sosial budaya, media masa, status sosial ekonomi, agama,
dan sebagainya. Seorang individu akan berkembang menjadi orang dewasa yang
baik, mandiri, cerdas, dan bertanggung jawab, apabila ia berada dalam
lingkungan hidup yang mendukung perkembangan tersebut. Lingkungan hidup yang
buruk akan menyebabkan individu berkembang menjadi seorang pribadi yang tidak
baik, bodoh, jahat, dan sebagainya.
1.
Pengaruh Hereditas Dalam Perkembangan
Faktor hereditas merupakan faktor pertama yang mempengaruhi
perkembangan individu. Hereditas diartikan sebagai totalitas karakteristik
individu yang diwariskan orang tua kepada anak atau segala potensi, baik fisik
maupun psikis yang dimiliki individu sejak masa konsepsi ( pembuahan ovum oleh
sperma ) sebagai pewarisan dari pihak orang tua melalui gen – gen.
a. Genetis
Dalam berbagai
penelitian yang dilakukan oleh ahli psikologi perkembangan ditemukan bahwa baik
kepribadian yang normal ataupun abnormal, pada dasarnya, diturunkan dari kedua
orang tuanya.
Gen yang terdapat di
dalam nukleus dari telur yang dibuahi pada masa embrio mempunyai sifat
tersendiri pada tiap individu. Manifestasi hasil perbedaan antara gen ini
dikenal sebagai hereditas. DNA yang membentuk gen mempunyai peranan penting
dalam transmisi sifat-sifat herediter. Timbulnya kelainan familial, kelainan
khusus tertentu, tipe tertentu dan dwarfism adalah akibat transmisi gen yang
abnormal.Haruslah diingat bahwa beberapa anak bertubuh kecil karena konstitusi
genetiknya dan bukan karena gangguan endokrin atau gizi.Peranan genetik pada
sifat perkembangan mental masih merupakan hal yang diperdebatkan.Memang
hereditas tidak dapat disangsikan lagi mempunyai peranan yang besar tapi
pengaruh lingkungan terhadap organisme tersebut tidak dapat diabaikan.Pada saat
sekarang para ahli psikologi anak berpendapat bahwa hereditas lebih banyak
mempengaruhi inteligensi dibandingkan dengan lingkungan.
Pertumbuhan setiap
individu sudah terprogram sejak masa konsepsi yang dipengaruhi oleh faktor
genetis. Perubahan panjang, tinggi, berat badan bayi akan terjadi secara
otomatis karena pengaruh genetika (keturunan). Faktor keturunan lebih
menekankan pada aspek biologis atau herediter yang dibawa melalui aliran darah
dalam kromosom.Faktor genetis cenderung bersifat statis dan merupakan
predisposisi untuk mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan seseorang. Kalau
sejak awal orang tua memiliki karakteristik fisiologis yang sehat, maka akan
menurunkan generasi yang sehat pula. Sebaiknya bila orang tua tidak sehat, maka
keturunanya pun akan mengalami gangguan atau penyimpangan secara fisik atau
psikis (Papalia, Old & Fieldman, 1998: 2004).
Para ahli Psikologi perkembangan (Papalia dkk,
1998; Santrock, 1999; Helms & Turner, 1995; Haris & Liebert, 1991)
mengakui bahwa aspek fisik maupun psikis seorang individu sangat dipengaruhi
oleh unsur genetis, karakteristik tersebut akan nampak pada hal-hal sebagai
berikut :
1) Sifat- sifat Fisik
Sifat-sifat fisik yang
dapat diturunkan secara genetis misalnya wajah, tangan, kaki atau bagian-bagian
organ tubuh lainnya.Hal ini dapat terjadi pada anak tunggal maupun kembar. Bila
orang tua memiliki suatu jenis penyakit tertentu seperti: tekanan darah tinggi,
penyakit jantung, epilepsi, atau paru-paru, kemungkinan besar anak-anak yang
dilahirkan pun mempunyai resiko terserang penyakit yang sama.
2) Intelegensi
Kecerdasan yang
dimilki orang tua akan dapat menurun pada anak-anaknya. Meskipun anak-anak
tersebut diasuh oleh orang tuanya sendiri maupun oleh orang lain, sifat
kecerdasan orang tua akan tetap menurun. Pandangan ini dipengaruhi oleh
pemikiran filsuf naturalis dari Perancis, J.J. Rousseau yang mengatakan bahwa
anak cerdas dihasilkan dariorangtuayangcerdas(Stump,2000).
3) Kepribadian
Kepribadian merupakan
organisasi dinamis dari aspek fisiologis, kognitif maupun afektif yang membantu
pola prilaku individu dalam rangka menyesuaikan diri dengan lingkungan hidupnya
(Hall, Lindsay & Campbell, 1998). Sebagai organisasi yang dinamis, maka
kepribadian akan mempengaruhi perubahan pola pemikiran, sikap, dan perilaku
seseorang.Sifat-sifat emosionil seperti perasaan takut, kemauan dan temperamen
lebih banyak dipengaruhi oleh lingkungan dibandingkan dengan hereditas.
Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari
Anas bin Malik berikut : ibu (ibu Anas) Ummi Sulaym bertanya tentang perempuan
menyaksikan mimpi basah dalam tidurnya seperti laki-laki. Dia menjawab, “ Jika
penyaksikan itu, ia harus mandi wajib (jinabah) Kemudian Ummi Salman (istri
Nabi yang hadir ) bertanya malu-malu, “ Apakah itu terjadi ?” Nabi menjawab, “
Tentu saja! Bagaimana ini mendatangkan keserupaan (jika tidak terjadi) ?sperma
laki-laki merupakan tetesan yang putih dan tebal sementara sel telur perempuan
merupakan cairan kuning yang tipis. Mana pun diantara keduanya yang
menggungguli lainnya, hasilnya akan mempengaruhi ” ( H.R Bukhari )
Muslim meriwayatkan dari Thauban ,
bahwa seorang Yahudi datang dan bertanya kepada Nabi berbagai pertanyaan
(sebagai usaha untuk menantang kebenaran kenabiannya). Pertanyaan
adalah tentang penentuan jenis kelamin, bagaimana terjadinya? Nabi menjawab
sebagai berikut :
Sperma pria adalah putih dan sel
telur perempuan kekuning-kuningan. Jika mereka bertemu (terjadi pembuahan) dan
sperma pria mengungguli sel telur perempuan hasilnya akan terjadi jenis kelamin
laki-laki dengan seizin Allah, dan jika sel telur perempuan mengungguli sel
sperma laki-laki maka hasilnya akan menjadi perempuan dengann seizin Allah. (
H.R Muslim)
Setelah Nabi menjawab demikian,
orang Yahudi itu mengatakan, dan dia benar seorang nabi. Ibnu Qayyim
memperingatkan bahwa penentuan jenis kelamin ini (dari segala sesuatu
yang terjadi dengannya) tidak dapat dipahami sebagai hal yang semata –mata
ditentukan oleh alam karena hal tersebut merupakan urusan yang sepenuhnya
tergantung kepada kehendak Allah. Itu sebabnya mengapa Rasulullah mengatakan
dalam hadist bukti lain bahwa malaikat meniup ruh ke dalam fetus dan bertanya
kepada Allah, “Wahai Tuhanku! Apakah jenis kelaminnya laki – laki atau
perempuan ?…. kemudian Allah menentukan sesuai dengan kehendak-Nya dan malaikat
mencatatnya”
Bukti tekstual menghapuskan keraguan
bahwa faktor hereditas memiliki pengaruh.Namun, keputusan atas segalanya
tergantung kepada Allah.Dengan demikian herediter dapat mempengaruhi
perkembangan seseorang dalam batasan tertentu.
2.
Pengaruh Lingkungan Dalam Perkembangan
Lingkungan memiliki
peran yang besar bagi perubahan yang positif atau negatif pada individu.
Lingkungan yang baik tentu akan membawa pengaruh positif bagi individu,
sebaliknya lingkungan yang kurang baik akan cenderung memperburuk perkembangan
individu.
Seorang psikolog
ekologis, Urie Brofenbrenner (dalam Papalia, Olds & Feldman, 2004)
menyatakan bahwa lingkungan tersebut bersifat stratifikasi yakni berlapis-lapis
dari yang terdekat sampai yang terjauh.Pengaruh lingkungan menjadi lebih kuat
pada periode sensitif.Masing-masing pertumbuhan system organ atau anggota tubuh
memiliki periode sensitif yang rentan terhadap pengaruh lingkungan.
Berbagai faktor
eksternal tidak hanya dapat menyebabkan keguguran, namun juga ketidaksempurnaan
dari bayi yang dikandung.Penelitian ilmiah menunjukan bahwa faktor eksternal
atau lingkungan dapat mempengaruhi perkembangan pra kelahiran dan juga proses
kelahiran.Agen eksternal yang dapat mempengaruhi ini disebut dengan teratogen.
Teratogen adalah segala virus, obat-obatan, zat kimia, radiasi, atau agen lingkungan
lain yang dapat membahayakan perkembangan embrio atau janin hingga menyebabkan
kerusakan fisik, kebutaan, kerusakan otak, dan bahkan kematian. Selain
teratogen, kondisi emosional ibu, asupan gizi dan usia ibu juga dapat mempengaruhi
kehamilan.
Karena itu, para ahli
psikologis maupun medis berusaha keras untuk mengatasi dan membantu perawatan
pada wanita hamil. Hal ini pun tak lepas dari peran dan tanggung jawab dari
calon ayah dan calon ibu untuk bekerja sama menjaga kualitas pertumbuhan dan
perkembangan bayi yang sehat secara fisiologis maupun psikologis.
Bukti yang terkenal berkaitan dengan
hal ini adalah hadist Rasulullah SAW, beliau mengatakan bagaimana orang tua
mempengaruhi agama, moral, dan psikologi dari sosialisasi dan perkembangan anak
– anak mereka.Hadist ini merupakan bukti tekstual yang paling terkenal dari
perngaruh lingkungan terhadap seseorang.
Hadist ini berbunyi : “Tiap bayi
lahir dalam keadaan fitrah (suci membawa disposisi Islam). Orang tuanyalah yang
membuat ia Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Seperti binatang yang lahir sempurna,
adakah engkau melihat mereka terluka pada saat lahir?” (H.R. Bukhari)
Dalam hadist lain, Nabi Muhammad SAW
menunjukkan bagaimana teman dapat mempengaruhi perilaku, karakter, dan perbuatan
seseorang dengan memberikan perumpamaan. Nabi Muhammad SAW bersabda :
“Persamaan teman yang baik dan yang buruk seperti pedagang minyak kesturi dan
penipu api tukang besi. Si pedagang minyak kesturi mungkin akan memberinya
padamu atau engkau akan membeli kepadanya, atau setidaknya engkau dapat
memperoleh bau yang harum darinya. Tapi si penipu api tukang besi mungkin akan
membuat pakaianmu terbakar atau kamu akan mendapatkan bau yang tidak sedap dari
padanya.” (H.R. Bukhori)
Dalam bentuk metaforik, Nabi
Muhammad SAW mengingatkan kita bagaimana persahabatan yang baik dapat
mempengaruhi karakter seseorang menjadi baik dan bagaimana teman yang jahat
dapat membuat orang melakukan hal yang buruk.Dengan demikian, lingkungan dapat
mempengaruhi keseluruhan perkembangan psikologi seseorang termasuk tentunya
perkembangan kognitif.
3.
Pengaruh Ketentuan Allah SWT Dalam Perkembangan
Terdapat bukti substansial yang
memperlihatkan bahwa hereditas dan lingkungan semata-mata tidak dengan
sendirinya menentukan pola perkembangan individu ada hal yang paling utama
dalam persoalan tersebut yaitu segalanya tergantung kehendak Allah SWT.
Contoh yang paling mencolok adalah
riwayat Nabi Isa A.S Ibn Maryam Allah SWT membuatnya dapat berbicara dalam
buaiannya.Sebagaimana kita ketahui, perkembangan bahasa merupakan bagian
integral dari perkembangan kognitif. Dalam situasi normal, anak mulai berbicara
pada usia 2 tahun dalam sepatah dua patah kata dan sejalan dengan itu, mereka
mulai mengembangkan perbendaharaan bahasa. Kenyataannya bahwa Nabi Isa AS dapat
berbicara pada masa buaian, juga bukan produk stimulasi intelektual dari
lingkungan.
Hal tersebut lebih merupakan
manifestasi dari kebijaksanaan Tuhan, kekuatanNya yang tidak terbatas,
KehendakNya dan kemampuanNya untuk melakukan segala sesuatu.Al – Qur’an
menceritakan kejadian ini dalam beberapa ayat. Pertama Al – Qur’an menceritakan
bagaimana Maryam diberitahu bahwa anaknya akan berbicara sejak dalam buaian.
Ayat ini berbunyi :
“….. dan dia berkata kepada manusia
dalam buaian dan ketika sudah dewasa, dia adalah salah seorang diantara
orang-orang yang shaleh.” (QS. Ali-Imran : 46)
Meskipun hereditas dan lingkungan
merupakan faktor yang tak dapat diragukan mempengaruhi perkembangan manusia,
ada faktor ketiga yang lebih signifikan dan dominan yaitu kehendak dan kekuatan
Allah SWT yang tidak terbatas. Faktor inilah yang memantau dan menjaga
besarnya kekuatan alam dan pengasuhan yang mempengaruhi kehidupan dan
perkembangan manusia. Hal ini dapat diterapkan pada semua aspek perkembangan.
Contohnya, perkembangan kognitif bukan semata-mata produk warisan genetik,
ataupun semata-mata produk lingkungan, sebab pada prinsipnya, ia merupakan
produk kehendak dan kekuatan Allah SWT. Sehubungan dengan hal ini, hereditas
dan kekuatan lingkungan merupakan media yang menunjukkan bahwa Allah SWT
memperlihatkan kecenderungan pola dari perkembangan individu.Dengan demikian,
kedua faktor ini memiliki batasan dalam mempengaruhi kecenderungan psikologi
seseorang secara keseluruhan.Batasan tersebut telah ditentukan oleh Allah SWT.
Dalam kajian psikologi, faktor ini
merupakan hal yang penting untuk diperhatikan karena banyak hal yang terjadi
dalam kehidupan manusia yang tidak dapat digolongkan ke dalam faktor hereditas
atau lingkungan (seperti contoh diatas).Dengan demikian, hal tersebut tidak
dapat diterangkan dalam keranda penyelidikan material atau empirik. Jika
psikolog tidak memperluas horizon dalam hal ini pendekatan mereka dengan
meneliti faktor kehendak dan kekuasaan Allah SWT diatas segalanya, termasuk
perkembangan psikologi manusia, akan tetap tidak lengkap dan pengetahuan
tentang diri kita juga masih tetap tidak utuh.
Peran kehendak Allah SWT dalam
menentukan perkembangan individual seperti yang dinyatakan dalam pendekatan
Islam akan membantu memahami proses perkembangan yang lebih baik dari pada
pendekatan psikologi Barat dengan berbagai cara. Perlu disadari bahwa, tidak
semua konstruk dan kecenderungan psikologi dapat secara ketat dipengaruhi oleh
semata-mata pengaruh herediter dan lingkungan karena bagimanapun individu
kadang-kadang menunjukkan kecenderungan tertentu yang secara jelas menyimpang
dari penjelasan pengaruh hereditas dan lingkungan.Kasus kemampuan bicara Nabi
Isa AS dan lainnya dalam buaian adalah kesaksian terhadap hal ini.Dalam hal
ini, jika tidak diatribusikan kepada kehendak Allah SWT, hanya kebohongan yang
merupakan penjelasan fakta ini.
Maka jelaslah, hidup ini penuh
dengan ketentuan Illahi.Terutama tampak nyata pada awal kelahiran seseorang.
Sebagian beruntung karena memiliki kecerdasan yang istimewa, sementara yang
lain hidup dalam keadaan serba kurang keduanya sama saja mempunyai akibat dari
perkembangannya, tetapi apa hendak di kata, semua ini telah menjadi kodrat
Illahi. Walhasil, perkembangan ini pada azasnya berpangkal pada kodrat Illahi
atas setiap manusia.Karenanya di atas kodrat itulah sesungguhnya perkembanganya
berlangsung.
4.
Pengaruh Terhadap Aliran Pendidikan
Dilihat dari pengaruh
hereditas dan lingkungan dalam mempengaruhi peerkembangan anak, masih selalu
terjadi perdebatan, seberapa besar kedua faktor tersebut memberikan warna
terhadap perkembangan individu. Dari banyak pendapat tersebut secara
garis besar terbagi menjadi (3) tiga kelompok yaitu :
1. Pendapat Para Ahli Mengikuti Golongan
Navatisme
Pengikut Navatisme berpendapat bahwa
perkembangan individu itu semata-mata ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa
sejak lahir.
2. Golongan Empirisme
Pendapat Empirisme merupakan kebalikan dari
pendapat Navatisme di atas.Asumsi psikologis yang mendasari aliran ini adalah
bahwa manusia lahir dalam keadaan netral, tidak memiliki pembawaan apapun. Ia
bagaikan kertas putih (tabula rasa)
yang dapat ditulisi apa saja yang dikehendaki.
3. Golongan Konvergensi
Golongan ini muncul karena melihat kedua
pendapat (Nativisme dam Empirisme) di atas yang saling bertentangan dan
keduanya berada pada garis yang ekstrim, dan banyak mempunyai
kelemahan-kelemahan jika dihadapkan pada realitas yang ada terlebih lagi pada
abad modern. Kelemahan itu dapat dilihat pada contoh berikut:
Untuk pendapat Nativisme : betapa banyak anak yang lahir dari
seorang pelukis, tetapi dia tidak menjadi ahli lukis seperti ayahnya.
Untuk pendapat Empirisme : mengapa masih terdapat anak yang gagal
dalam belajar di sekolah, padahal segala fasilitas telah disediakan,
petunjuk dan bimbingan juga selalu diberikan oleh guru maupun orangtuanya.
Kalau
dilihat dari sudut pandang islam, yang diasumsikan dari struktur nafsani tidak
lantas menerima ketiga aliran di atas. Disamping terdapat kelemahan-kelemahan,
ketiga aliran tersebut hanya berorientasi teorinya pada pola pikir
antroposentris. Artinya perkembangan kepribadian manusia seakan-akan hanya dipengaruhi oleh faktor
manusiawi. Manusia dalam pandangan islam telah memiliki seperangkat potensi,
disposisi, dan karakteristik unik.
Potensi
itu paling tidak mencakup keimanan, ketauhidan, keislaman, keselamatan,
keikhlasan, kesucian, kecendrungan menerima kebenaran dan kebaikan, dan sifat
lainnya.Semua potensi itu bukan diturunkan dari orangtua, melainkan diberikan
oleh Allah SWT. Sejak di alam perjanjian(mitsq). Proses pemberian
potensi-potensi itu melalui struktur ruhani. Oleh karena itu, maka struktur
rohani disebut juga dengan fitrah al-munazalah (yang diturunkan).Jadi
secara potensial, kondisi kejiwaan manusia tidak netral, apalagi kosong seperti
kertas putih, namun secara aktual manusia tidak memiliki kebaikan atau
keburukan yang diwarisi.Kebaikan dan keburukan sangat tergantung pada realisasi
dirinya.
Perkembangan
kehidupan manusia bukanlah diprogram secara deterministic, seperti robot,
mesin, atau otomatis.Manusia secara fitri memiliki kebebasan dan kemerdekaan
dalam mengaktualisasikan potensinya.Ia berhak memiliki dan menentukan jalan
hidupnya sendiri.
Faktor
hereditas boleh jadi menjadi salah satu faktor perkembangan.Hal ini
diisyaratkan dalam hadist nabi bahwa pemilihan jodoh itu harus dilihat dari 4
segi, yaitu harta, keturunan, kecantikan, dan agama.Nabi kemudian menganjurkan
untuk memilih agamanya agar kelak rumah tangganya menjadi bahagia dan selamat.
Hadist ini menunjukkan pentingnya faktor hereditas dalam perkembangan anak,
sehingga jauh-jauh sebelumnya ia telah memilih garis keturunan yang baik, agar
anaknya memiliki bawaan yang baik pula.
Di dalam
al quran banyak ditemukan sosok yang memiliki perkembangan kehidupan yang soleh
dimana perkembangan itu dipengaruhi oleh faktor keturunan orang tua.Islam
menganjurkan kepada umatnya agar setiap manusia memiliki keturuan yang
berkepribadian tangguh, baik, dan ahli beribadah. Bukan keturunan yang lemah
(Qs Ali Imran: 38, An Nisa’ : 9, Ibrahim: 40, Al-Ahqah: 15). Perlu dicatat
bahwa di dalam kebaikan garis keturunan itu ada juga yang menurunkan keturunan
yang buruk, jahat dan zhalim (Qs al Shaffat:113)
Jadi keturunan
orangtua bukan satu-satunya faktor yang menentukan kepribadian individu. Baik
buruknya kepribadian individu bergantung
pada faktor-faktor yang kompleks, seperti faktor lingkungan, potensi
bawaan, keturunan, bahkan takdir Allah. Adanya takdir atau sunnah Allah,
manusia tidak mengetahuinya, manusia tetap disuruh berusaha dengan akal dan
kemampuan yang telah diberikan Allah SWT. Berusaha untuk memperbaiki dan
meningkatkan dirinya sendiri maupun berusaha untuk memelihara dan membimbing
anak dan keluarganya.
Dalam
islam, mengakui pula adanya peran lingkungan dalam penentuan perkembangan.
Pengakuan ini bukan berarti mengabaikan faktor keturunan dan perbedaan
individu. Banyak ayat alquran yang menjelaskan tentang peran lingkungan,
misalnya seruan amar ma’ruf dan nahi mungkar (Qs Ali Imran: 104,110,114),
belajar menuntut ilmu agama kemudian mendakwahkan untuk orang lain (Qs At
Taubah: 112), seruan kepada orangtua agar memelihara keluarganya dari tingkah
laku yang memasukkan ke dalam neraka (Qs At Tahrim:6), seruan melaksanakan
shalat dan sabar, serta seruan melakukan tilawah , tazkiyah, serta belajar
kitab atau hikmah (Qs Thaha:132, Al Baqarah: 151).
Satu
lagi faktor penentu perkembangan manusia yang sangat ditonjolkan dalam islam,
yaitu faktor-faktor bawaan yang merupakan sunnah atau takdir Allah untuk
manusia. Misalnya bawaan memikul amanat
(Qs Al Ahzab 72), bawaan menjadi khalifah di muka bumi (Qs Al
Baqarah:30), bawaan menjadi hamba Allah agar selalu beribadah kepadaNya (Qs Az
Zaariyat:56), bawaan untuk mentauhidkan Allah SWT (Qs Al A’raf:172). Dan juga
faktor-faktor perbedaan individu, misalnya perbedaan karunia yang diberikan (Qs
An Nisa’:32), perbedaan kemampuan dan status (Qs Hud:93, An Nisa’:32, Al
An’am:152, al Baqarah:286), dan sebagainya.
Nabi
Musa As dan permaisuri fir’aun sekalipun berdomisili dan dibesarkan dilingkungan
yang buruk, namun mereka tetap memilki perkembangan kepribadian yang kokoh (Qs At Tahrim:11, Al Syu’ara:18), Ibrahim As
yang diasuh oleh pembuat patung untuk disembah tetapi ia masih berkepribadian
tegar meyakini keberadaan Tuhan (Qs Al An’am:74). Sebaliknya, Kan’an putra Nuh
As, berkepribadian kufur meskipun lingkungannya baik (Qs Al Maaidah:27). Abu
Lahab dan istrinya meskipun mendapat prioritas dakwah Rasulullah Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam, namun mereka tetap dalam kezhaliman (Qs Al
Lahab:1-5)