Monday, 17 December 2012

PRINSIP-PRINSIP PERKEMBANGAN MANUSIA DALAM PERSPEKTIF ISLAM



A.       Pengertian Perkembangan Manusia
Pengertian perkembangan manusia menurut para ahli, di antaranya adalah sebagai berikut :
1.        Menurut Atan Long (1990)
Perkembangan pada manusia ialah perubahan yang bersifat kualitatif. Sifat perubahan ini tidak dapat diukur, tetapi jelas berlaku jika dibandingkan dengan peringkat yang lebih awal.
2.         Menurut Paul Eggan dan Don Kauchak
Perkembangan adalah perubahan yang berurutan dan kekal dalam diri seseorang hasil daripada pembelajaran, pengalaman dan kematangan.
3.         Menurut Salvin (1997)
Perkembangan adalah berkaitan dengan mengapa dan bagaimana individu berkembang dan membesar, menyesuaikan diri kepada persekitaran dan berubah melalui peredaran masa. Beliau juga berpendapat individu akan mengalami perkembangan sepanjang hayat, yaitu perkembangan dari segi fizikal, personality, sosioemosional dan kognitif serta bahasa.
4.         Menurut Crow (1980)
Perkembangan merupakan perubahan secara kualitatif serta cenderung ke arah yang lebih baik dari segi pemikiran, rohani, moral dan sosial.

B.        Prinsip-Prinsip Perkembangan Manusia dalam Perspektif Islam
Pertumbuhan dan perkembangan manusia secara alamiah mengikuti pola teratur menurut prinsip atau hukum perkembangan.
Salisu Shesu (1999) menyusun prinsip dasar psikologi perkembangan dari perspektif Islam yang terdiri dari beberapa prinsip adalah sebagai berikut :
1.        Perkembangan Melibatkan Perubahan
Tujuan perkembangan adalah realisasi diri atau pencapaian kemampuan bawaan (genetik). Sikap anak terhadap perubahan dipengaruhi oleh kesadaran akan perubahan tersebut, bagaimana pengaruhnya terhadap perilaku anak, sikap sosial terhadap perubahan ini, bagaimana mereka mempengaruhi penampilan anak, dan bagaimana kelompok sosial bereaksi terhadap anak ketika perubahan ini terjadi.
Manusia tidak pernah dalam keadaan statis dia akan selalu berubah dan mengalami perubahan mulai pertama pembuahan hingga kematian tiba. Perubahan tersebut bisa menanjak, kemudian berada di titik puncak kemudian mengalami kemunduran.
Menurut Alquran, pertumbuhan dan perkembangan manusia memiliki pola umum yang dapat diterapkan pada manusia, meskipun terdapat perbedaan individual. Pola yang terjadi adalah bahwa setiap individu tumbuh dari keadaan yang lemah menuju keadaan yang kuat dan kemudian kembali melemah. Dengan kata lain, pertumbuhan dan perkembangan, sesuai dengan hukum alam, ada kenaikan dan penurunan. Alquran menyatakan sebagai berikut :

Allah SWT berfirman :
Quran, Ar-Rum, Ayat 54

Artinya :
Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendakiNya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa. (Q.S. Ar-Rum : 54).
Dengan demikian, terlihat bahwa pola yang disebutkan dalam ayat ini dapat diterapkan pada semua manusia. Semua manusia diciptakan dalam keadaan lemah. Hal ini mengacu pada tahap pertama penciptaan manusia di dalam rahim sampai persalinan. Manusia sangat lemah dalam awal ini, baik secara fisik maupun mental. Lemahnya manusia pada awal kehidupan ini juga mencakup pada lemahnya keadaan mental seseorang, sebagaimana dinyatakan dalam Alquran sebagai berikut :




Allah SWT berfirman :
وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالأبْصَارَ وَالأفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

Artinya :
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. (Q.S. An-Nahl : 78).
Dalam ayat ini dinyatakan dengan jelas pola keadaan lemah merupakan karakter pertama dari seluruh awal kehidupan manusia, dan kemudian menguat dalam perkembangan selanjutnya.
Deduksi analogik yang dapat dibuat dari ayat ini adalah masing-masing kehidupan manusia dimulai dengan keadaan lemah, berangsur-angsur mencapai puncak kekuatan, dan kemudian berangsur-angsur menurun, seperti yang terkandung pada ayat sebelumnya. Penurunan merupakan dimensi kedua dari keadaan lemah yang menandai kehidupan manusia pada akhir kehidupannya.
Selama proses perkembangan seorang anak, ada beberapa ciri perubahan yang mencolok, yaitu :
a)        Perubahan Ukuran
Perubahan fisik yang meliputi: tinggi, berat, organ dalam tubuh dan sekelilingnya, serta perubahan mental yang meliputi: memori, penalaran, persepsi, dan imajinasi.
b)        Perubahan Proporsi
Anak-anak bukanlah miniatur orang dewasa dalam proporsi fisiknya. Mereka juga tidak memiliki miniatur mental orang dewasa. Kemampuan imajinatif mereka berkembang lebih baik daripada kemampuan penalarannya, sedangkan pada orang dewasa yang terjadi justru sebaliknya. Misalnya, perubahan perbandingan antara kepala dan tubuh pada seorang anak.
c)        Hilangnya Ciri Lama
Misalnya kelenjar thymus (kelenjar kanak-kanak) setelah pubertas dan rambut serta gigi bayi, kehilangan kegunaannya, ciri itu secara bertahap mengalami atrofi, seperti halnya beberapa ciri bawaan psikologis dan perilaku misalnya, gerak dan bicara bayi serta imajinasi yang sangat luas dan ciri egosentrisme yang hilang dengan sendirinya berganti dengan sikap prososial.
d)        Mendapatkan Ciri Baru
Beberapa ciri fisik dan mental baru berkembang dari kematangan dan beberapa lainnya berkembang dari hasil belajar dan pengalaman. Ciri fisik yang baru termasuk gigi tetap dan karakteristik jenis kelamin primer dan sekunder, ciri mental yang baru termasuk perhatian dalam seks, standar moral, dan keyakinan agama. Dan hilangnya sikap egosentrisme anak akan mendapatkan ciri yang baru yaitu sikap prososial.
Sikap individu anak terhadap perubahan umumnya menyenangkan atau tidak tergantung pada banyak faktor. Pertama, kesadaran anak akan perubahan itu. Kedua, bagaimana perubahan mempengaruhi perilaku mereka. Ketiga, sikap sosial terhadap perubahan mempengaruhi anak-anak seperti halnya pada orang dewasa. Keempat, sikap sosial dalam kadar tertentu dipengaruhi oleh bagaimana perubahan mempengaruhi penampilan anak. Kelima, sikap budaya mempengaruhi cara orang memperlakukan anak sebagai akibat perubahan dalam penampilan dan perilakunya.
2.        Perkembangan Tidak Terjadi Secara Tiba-Tiba, Tetapi Berlangsung Secara Bertahap dan Berangsur-Angsur.
Dalam Al-Qur’an mengatakan bahwa allah menciptakan manusia dari berbagai tahap progresif pertumbuhan dan perkembangan. Dengan kata lain, kehidupan manusia memiliki tahapan-tahapan tertentu dari pembuahan sampai kematian.
Allah SWT berfirman :
وَلَقَدْ خَلَقْنَا الإنْسَانَ مِنْ سُلالَةٍ مِنْ طِينٍ (12) ثُمَّ جَعَلْنَاهُ نُطْفَةً فِي قَرَارٍ مَكِينٍ (13) ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظَامًا فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْمًا ثُمَّ أَنْشَأْنَاهُ خَلْقًا آخَرَ فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ (14) ثُمَّ إِنَّكُمْ بَعْدَ ذَلِكَ لَمَيِّتُونَ (15) ثُمَّ إِنَّكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ تُبْعَثُونَ (16)
Artinya :
“(12) Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. (13) Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). (14) Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik. (15) Kemudian, sesudah itu, Sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati. (16) Kemudian, sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) di hari kiamat”. (Q.S. Al-Mu’minun : 12 – 16).
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa proses kejadian manusia, yaitu:
1.        Allah SWT menjadikan saripati tanah dalam tubuh manusia sebagai nutfah (air yang berisi spermatozoa atau disebut sperma) yang terdapat pada seorang laki-laki.
2.        Melalui proses senggama, nutfah masuk ke dalam qarar (rahim atau kandungan ibu), nutfah bertemu dengan sel telur atau ovum, sehingga terjadi pembuahan.
3.        Setelah pembuahan, lalu berproses menjadi ‘alaqah (gumpalan darah).
4.        Dari ‘alaqah kemudian Allah SWT menjadikannya sebagai mudgah (segumpal daging).
5.        Kemudian dari mudgah (gumpalan daging) oleh Allah SWT dijadikan I’zaam (tulang atau rangka).
6.        I’zaam (tulang atau rangka) kemudian di balut atau dibungkus dengan daging, lalu Allah menjadikan sebagai makhluk berbentuk lain, yaitu manusia yang masih kecil dalam kandungan.
Ketika bayi dalam kandungan berusia empat bulan, Allah SWT mengutus seorang malaikat untuk meniup roh ke dalamnya. Setelah bayi dalam kandungan mencapai usia 9 bulan 10 hari, Allah menakdirkan bayi tersebut lahir ke dunia. Setelah lahir, berkat lindungan dan rahmat Allah SWT bayi tersebut berkembang menjadi balita, kanak-kanak, anak-anak, remaja, dewasa, dan tua, yang pada akhirnya meninggal dunia.
Perkembangan itu mengikuti pola-pola tertentu dan berlangsung secara teratur. Dalam hal ini perkembangan mulai dari kepala ke kaki, dan dari pusat ke bagian-bagian.
Allah SWT berfirman :
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjJUnTXuL0YeFuesFjBM0sbRgrllalnNwLOR7e25vh-8Sb8Jsb2uQU7iAfLMhpyES8XPp-HWnHIEzSi-I76o6lAk4zFv1PWYaI3WoqF7e0wZW7_PtmiDruffBRBVClqCFA6ak8H6Cql_-Sa/s400/Surat+Al-Hajj+Ayat+5-6.png
Artinya :
“(5) Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), Maka (ketahuilah) Sesungguhnya kami Telah menjadikan kamu dari tanah, Kemudian dari setetes mani, Kemudian dari segumpal darah, Kemudian dari segumpal daging yang Sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar kami jelaskan kepada kamu dan kami tetapkan dalam rahim, apa yang kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, Kemudian kami keluarkan kamu sebagai bayi, Kemudian (dengan berangsur- angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya Telah diketahuinya. dan kamu lihat bumi Ini kering, Kemudian apabila Telah kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah. (6) Yang demikian itu, Karena Sesungguhnya Allah, dialah yang haq [977] dan Sesungguhnya dialah yang menghidupkan segala yang mati dan Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, [977] Maksudnya: Allah-lah Tuhan yang Sebenarnya, yang wajib disembah, yang berkuasa dan sebagainya”. (Q.S. Al-Hajj : 5 – 6).
3.        Perkembangan Awal Lebih Kritis Daripada Perkembangan Selanjutnya
Bahwa perkembangan awal lebih penting daripada perkembangan selanjutnya, karena dasar awal sangat dipengaruhi oleh proses belajar dan pengalaman. Apabila perkembangan membahayakan penyesuaian pribadi dan sosial anak, ia dapat diubah sebelumnya menjadi pola kebiasaan.
Lingkungan tempat anak menghabiskan masa kecilnya akan sangat berpengaruh kuat terhadap kemampuan bawaan mereka. Bukti-bukti ilmiah telah menunjukkan bahwa dasar awal cenderung bertahan dan mempengaruhi sikap dari perilaku anak sepanjang hidupnya, terdapat 4 bukti yang membenarkan pendapat ini, yaitu :
a)        Hasil belajar dan pengalaman merupakan hal yang dominan dalam perkembangan anak.
b)        Dasar awal cepat menjadi pola kebiasaan, hal ini tentunya akan berpengaruh sepanjang hidup dalam penyesuaian sosial dan pribadi anak.
c)        Dasar awal sangat sulit berubah meskipun hal tersebut salah.
d)        Semakin dini sebuah perubahan dilakukan maka semakin mudah bagi seorang anak untuk mengadakan perubahan bagi dirinya.
Dalam hadis menunjukkan bahwa periode remaja adalah periode kritis, yang penuh godaan dan kegairahan, sehingga remaja yang dapat menolak godaan ini pantas untuk mendapatkan kenyamanan khusus di hari penghakiman.
Di samping berbagai masalah yang merupakan karakteristik masa remaja, alasan lain mengapa periode ini merupakan periode kritis dan sensitif dalam perkembangan individual adalah masa ini merupakan masa transisi yang menandai awal dari tanggung jawab legal (taklif). Sejak saat individu mencapai masa pubertas, ia harus mulai menanggung segala amalannya. Jika ia membuat dosa, maka hal ini akan dicatat yang diatributkan pada dirinya sendiri. Hal ini terlihat pada banyak hadis Nabi, antara lain:
“Diangkat pena (untuk mencatat amal) dari tiga macam orang: anak kecil hingga ia pubertas (ihtilam), orang tidur hingga terjaga dan orang gila hingga ia sadar.” (HR Abu Dawud, Tirmidhi, dan Hakim)
Banyak hal yang dapat dikatakn tentang kekritisan dan sensitivitas periode remaja yang dapat disimpulkan dalam hadis. Jadi, dari perspektif Islam kehidupan individu kemudian (pertumbuhan dan perkembangan) dibentuk dan ditandai oleh periode ini.
4.        Perkembangan Merupakan Hasil Proses Kematangan dan Belajar
Perkembangan menekankan kenyataan bahwa perkembangan timbul dari interaksi kematangan dan belajar dengan kematangan yang menetapkan batas dari perkembangan.
Perkembangan seorang anak akan sangat dipengaruhi oleh proses kematangan yaitu terbukanya karakteristik yang secara potensial sudah ada pada individu yang berasal dari warisan genetik individu. Seperti dalam fungsi filogenetik yaitu fungsi umum misalnya merangkak, duduk kemudian berjalan, merupakan perkembangan yang berasal dari proses kematangan. Berbeda halnya dalam fungsi ontogenetik yaitu fungsi khas untuk individu misalnya berenang, melempar bola, naik sepeda atau menulis, diperlukan latihan. Tanpa latihan perkembangan tidak akan terjadi. Sedangkan arti belajar adalah perkembangan yang berasal dari latihan dan usaha. Melalui belajar ini anak-anak memperoleh kemampuan menggunakan sumber yang diwariskan. Beberapa proses belajar berasal dari latihan atau tepatnya pengulangan suatu tindakan. Hal ini pada saatnya nanti menimbulkan perubahan dalam perilaku seseorang. Belajar seperti itu dapat terjadi secara imitasi, yaitu ia secara sadar meniru apa yang dilakukan orang lain. Atau identifikasi, yaitu ia berusaha menerima sikap, nilai, motivasi, dan perilaku dari orang yang dihormati atau dicintai.
Hubungan antara kematangan dan hasil belajar ini bisa dicontohkan pada saat terjadinya masa peka pada seorang anak, bila pembelajaran itu diberikan pada saat masa pekanya maka hasil dari pembelajaran tersebut akan cepat dikuasai oleh anak, demikian pula sebaliknya.
5.        Pola Perkembangan Manusia dalam Perspektif Islam
Periode pola perkembangan biasanya disebut periode pralahir, masa neonatus, masa bayi, masa kanak-kanak, akhir masa kanak-kanak, dan masa puber. Dalam semua periode ini terdapat saat-saat keseimbangan dan ketidakseimbangan, serta pola perilaku yang normal dan yang terbawa dari periode sebelumnya biasanya disebut perilaku “bermasalah”.
Periode perkembangan utama adalah sebagai berikut :
1)        Periode Pralahir (pembuahan sampai lahir)
Sebelum lahir, perkembangan berlangsung sangat cepat, yang terutama terjadi secara fisiologis dan terdiri dari pertumbuhan seluruh struktur tubuh.
2)        Masa Neonatus (lahir sampai 10 – 14 hari)
Masa ini adalah periode bayi yang baru lahir atau neonate (berasal dari kata Yunani “neos” yang berarti “baru” dan kata kerja Latin “nascor” yang berarti “dilahirkan”). Selama waktu ini, bayi harus menyesuaikan diri dengan lingkungan yang seluruhnya baru di luar rahim ibu. Pertumbuhan untuk sementara terhenti.
3)        Masa Bayi (2 minggu sampai 2 tahun)
Pertam-tam bayi sama sekali tidak berdaya. Secara bertahap mereka belajar mengendalikan ototnya sehingga mereka secara berangsur dapat bergantung pada dirinya sendiri. Perubahan ini disertai timbulnya perasaan tidak suka dianggap seperti bayi dan keinginan untuk mandiri.
4)        Masa Kanak-Kanak (2 tahun sampai masa remaja)
Periode ini biasanya terdiri atas dua bagian :
Masa kanak-kanak dini (2 sampai 6 tahun) adalah usia prasekolah atau “prakelompok”. Anak berusaha mengendalikan lingkungan dan mulai belajar menyesuaikan diri secara sosial.
Akhir masa kanak-kanak (6 sampai 13 tahun pada anak perempuan dan 14 tahun pada anak laki-laki) adalah periode di mana terjadi kematangan seksual dan masa remaja dimulai. Perkembangan utama yaitu sosialisasi. Ini merupakan usia sekolah atau “usia kelompok”.
5)        Masa Puber (11 sampai 16 tahun)
Masa ini merupakan periode yang saling tumpang-tindih, kira-kira 2 tahun meliputi akhir masa kanak-kanak dan 2 tahun meliputi awal masa remaja. Masa puber berlangsung dari usia11 sampai 15 tahun pada perempuan dan dari 12 sampai 16 tahun pada laki-laki. Tubuh anak sekarang berubah menjadi orang dewasa.
6.        Pada Setiap Periode Perkembangan Terdapat Harapan Sosial
Harapan sosial ini terbentuk tugas perkembangan yang memungkinkan para orang tua dan guru mengetahui pada usia berapa anak-anak mampu menguasai berbagai pola perilaku yang diperlukan bagi penyesuaian yang baik.
Tugas perkembangan mempunyai tiga tujuan yang sangat berguna yaitu :
1)        Sebagai pedoman untuk membantu para orang tua dan guru guna mengetahui apa yang harus dipelajari anak pada usia tertentu. Contohnya : bila anak menyesuaikan diri dengan baik di sekolah, mereka harus menguasai tugas yang diperlukan untuk mandiri dari bantuan guru, seperti memakai dan melepas baju.
2)        Sebagai kekuatan motivasi bagi anak untuk belajar hal-hal yang diharapkan masyarakat dari mereka pada usia tersebut. Semakin kuat keinginan mereka untuk diterima di masyarakat, semakin besar motivasi mereka untuk belajar melakukan apa yang dapat dilakukan teman sebayanya.
3)        Tugas perkembangan menunjukkan pada para orang tua dan guru tentang apa yang diharapkan dari mereka di masa mendatang. Dengan demikian, mereka menyadari perlunya menyiapkan anak untuk menghadapi harapan baru. Ketika anak mulai bermain dengan teman sebayanya, hal ini menyadarkan orang tua tentang pentingnya mengajar anak.
Beberapa faktor yang mempengaruhi penguasaan tugas perkembangan; sebagian di antaranya bertindak sebagai hambatan dan sebagian lagi sebagai pembantu penguasaan.
Bantuan dalam menguasai
·      Perkembangan fisik yang dipercepat.
·      Kekuatan dan energi di atas rata-rata untuk usia tertentu.
·      Kecerdasan di atas rata-rata.
·      Lingkungan yang memberikan kesempatan untuk belajar.
·      Bimbingan belajar dari orang tua dan guru.
·      Motivasi kuat untuk belajar.
·      Kreativitas yang disertai kemauan untuk berbeda.
Hambatan dalam menguasai
·      Kelambatan dalam tingkat perkembangan, baik fisik maupun mental.
·      Kesehatan buruk yang mengakibatkan energi dan tingkat kekuatan rendah.
·      Cacat tubuh yang mengganggu.
·      Tiadanya kesempatan untuk belajar apa yang diharapkan kelompok sosial.
·      Tiadanya bimbingan dalam belajar.
·      Tiadanya motivasi untuk belajar.
·      Rasa takut untuk berbeda.
7.        Setiap Bidang Perkembangan Mengandung Bahaya yang Potensial
Bahaya tersebut terjadi baik fisik maupun psikologis yang dapat mengubah pola perkembangan. Beberapa bahaya berasal dari lingkungan sedangkan yang lain timbul dari dalam diri. Akibatnya, mereka mengubah pola perkembangan sehingga menghasilkan suatu daerah mendatar di mana tidak terjadi pergerakan maju atau menyebabkan kemunduran ketahapan yang lebih rendah. Bila hal ini terjadi, anak tersebut menghadapi masalah penyesuaian dan dikatakan mempunyai “penyesuaian yang buruk” atau “tidak matang”.
8.        Kebahagiaan Bervariasi pada Berbagai Periode Perkembangan
Tahun pertama kehidupan biasanya paling bahagia yaitu pada masa kanak-kanak dan masa puber biasanya yang paling tidak bahagia.
Ketidakbahagiaan membahayakan penyesuaian pribadi dan sosial anak. Ini karena kebahagiaan mempengaruhi pola perkembangan yang dapat membuat anak tidak menunjukkan kemampuan yang sebenarnya dalam melakukan apa saja. Bila ini terjadi, rasa tidak puas diri dan ketidakbahagiaan meningkat dan selanjutnya kerusakan dalam penyesuaian pribadi dan sosial juga semakin meningkat. Sebaliknya, kebahagiaan mempunyai pengaruh atas perkembangan anak dan tipe penyesuaian yang dilakukannya. Kebahagiaan mempengaruhi sikap, perilaku, dan kepribadian anak. Karena pengaruh ini dapat disimpulkan bahwa masa kanak-kanak merupakan masa bahagia.

Adapun prinsip-prinsip perkembangan individu menurut Syamsu Yusuf, yaitu :
1.      Perkembangan merupakan proses yang tidak pernah berhenti (never ending process).
Manusia secara terus-menerus berkembang atau berubah yang dipengaruhi oleh pengalaman atau belajar sepanjang hidupnya. Perkembangan berlangsung secara terus-menerus sejak masa konsepsi sampai mencapai kematangan atau masa tua.
2.      Semua aspek perkembangan saling berhubungan atau saling mempengaruhi.
Setiap aspek perkembangan individu, baik fisik, emosi, inteligensi maupun sosial, satu sama lainnya saling mempengaruhi. Terdapat hubungan atau korelasi yang positif di antara aspek tersebut. Apabila seorang anak dalam pertumbuhan fisiknya mengalami gangguan (sering sakit-sakitan), maka dia akan mengalami kemunduran dalam perkembangan aspek lainnya, seperti kecerdasannya kurang berkembang dan mengalami kelabilan emosional.
3.      Perkembangan mengikuti pola atau arah tertentu.
Perkembangan terjadi secara teratur mengikuti pola atau arah tertentu. Setiap tahap perkembangan merupakan hasil perkembangan dari tahap sebelumnya yang merupakan prasyarat bagi perkembangan selanjutnya. Contohnya, untuk dapat berjalan, seorang anak harus dapat berdiri terlebih dahulu dan berjalan merupakan prasyarat bagi perkembangan selanjutnya, yaitu berlari atau meloncat.
Pola perkembangan umum yang dilalui anak adla sebagai berikut:
1)        Tahap Perkembangan : usia 4 – 16 minggu.
Jenis Perkembangan : bayi dapat menguasai 12 macam otot ocula motornya.
2)        Tahap Perkembangan : usia 16 – 28 minggu.
Jenis Perkembangan : bayi dapat menguasai otot-otot yang menyanggah kepalanya dan menggerakkan tangannya. Ia mulai dapat meraih benda-benda.
3)        Tahap Perkembangan : usia 28 – 40 minggu.
Jenis Perkembangan : ia dapat menguasai badan dan tangannya. Ia mulai dapat duduk, menangkap, dan mempermainkan benda-benda.
4)        Tahap Perkembangan : tahun kedua.
Jenis Perkembangan : anak sudah pandai berjalan dan berlari, dapat menggunakan kata-kata dan mengenal identitasnya (seperti namanya).
5)        Tahap Perkembangan : tahun ketiga.
Jenis Perkembangan : anak dapat berbicara dalam kalimat dan menggunakan kata-kata sebagai alat berpikir.
6)        Tahap Perkembangan : tahun keempat.
Jenis Perkembangan : anak mulai banyak bertanya dan dapat berdiri sendiri.

7)        Tahap Perkembangan : tahun kelima.
Jenis Perkembangan : anak telah matang dalam menguasai gerak-gerik motorisnya. Ia dapat melompat-lompat, bercerita agak lebih panjang, lebih suka bermain berkawan.
Menurut Yelon dan Weinsten (1977) mengemukakan tentang arah atau pola perkembangan sebagai berikut :
1)        Cephalocaudal & proximal-distal (perkembangan manusia itu mulai dari kepala ke kaki (cephalocaudal) dan dari tengah: jantung, paru-paru dan sebagainya ke samping: tangan (proximal-distal).
2)        Struktur mendahului fungsi. Ini berarti bahwa anggota tubuh individu itu akan dapat berfungsi setelah matang strukturnya. Contohnya : mata, akan dapat melihat setelah otot-ototnya matang, atau kaki dapat difungsikan untuk berjalan apabila otot-ototnya sudah matang.
3)        Perkembangan itu berdiferensiasi. Artinya, perkembangan itu berlangsung dari umum ke khusus (spesifik). Dalam semua aspek perkembangan, baik motorik (fisik) maupun mental (psikis), respons anak pada mulanya bersifat umum. Contohnya : bayi menendang-nendangkan kakinya secara sembarangan sebelum ia dapat mengaturnya untuk merangkak atau berjalan, bayi menunjukkan rasa takut yang bersifat umum terhadap semua benda (orang) yang asing baginya kemudian lambat laun rasa takutnya menjadi lebih tertuju kepada hal-hal tertentu.
4)        Perkembangan berlangsung dari konkret ke abstrak. Artinya, perkembangan berproses dari suatu kemampuan berpikir yang konkret (objeknya tampak) menuju ke abstrak (objeknya tidak tampak). Contohnya : anak kecil dapat berhitung dengan bantuan jari tangan, sedangkan remaja sudah tidak lagi memerlukan bantuan tersebut.
5)        Perkembangan berlangsung dari egosentrisme ke perspektivisme. Ini berarti bahwa pada mulanya seorang anak hanya melihat atau memperhatikan dirinya sebagai pusat, dia melihat bahwa lingkungan itu harus memenuhi kebutuhan dirinya.
6)        Perkembangan berlangsung dari “outter control to inner control”. Artinya, pada awalnya anak sangat bergantung pada orang lain (terutama orang tuanya), baik menyangkut pemenuhan kebutuhan fisik maupun psikis (perlindungan, kasih sayang, atau norma-norma) sehingga dia dalam menjalani hidupnya masih didominasi oleh pengawasan dari luar (out control). Seiring bertambahnya pengalaman atau belajar dari pergaulan sosial tentang norma atau nilai-nilai, baik di lingkungan keluarga, sekolah, teman sebaya atau masyarakat, anak dapat mengembangkan kemampuan untuk mengontrol dirinya (inner control). Kemampuan “inner control”  ini seperti : dia dapat mengambil keputusan atau memecahkan masalah berdasarkan pertimbangan sendiri dan bertanggung jawab terhadap resiko yang mungkin terjadi.
4.      Perkembangan terjadi pada tempo yang berlainan.
Perkembangan fisik dan mental mencapai kematangannya terjadi pada waktu dan tempo yang berbeda (ada yang cepat ada yang lambat). Contohnya : (a) otak mencapai bentuk ukurannya yang sempurna pada umur 6 – 8 tahun; (b) tangan, kaki, dan hidung mencapai perkembangan yang maksimum pada masa remaja; dan (c) imajinasi kreatif berkembang dengan cepat pada masa kanak-kanak dan mencapai puncaknya pada masa remaja.

5.      Setiap fase perkembangan mempunyai ciri khas.
Prinsip tersebut dapat dijelaskan dengan contoh sebagai berikut : (a) sampai usia dua tahun, anak memusatkan untuk mengenal lingkungannya, menguasai gerak-gerik fisik dan belajar berbicara; (b) pada usia tiga sampai enam tahun, perkembangan dipusatkan untuk menjadi manusia sosial (belajar bergaul dengan orang lain).
6.      Setiap individu yang normal akan mengalami tahapan/fase perkembangan.
Prinsip ini berarti bahwa dalam menjalani hidupnya yang normal dan berusia panjang individu akan mengalami fase-fase perkembangan: bayi, kanak-kanak, anak, remaja, dewasa, dan masa tua.

No comments:

Post a Comment