A.
Pengertian Perkembangan Manusia
Pengertian
perkembangan manusia menurut para ahli, di antaranya adalah sebagai berikut :
1.
Menurut Atan Long (1990)
Perkembangan
pada manusia ialah perubahan yang bersifat kualitatif. Sifat perubahan ini tidak dapat
diukur, tetapi jelas berlaku jika dibandingkan dengan peringkat yang lebih awal.
2.
Menurut Paul Eggan dan Don Kauchak
Perkembangan adalah perubahan yang berurutan
dan kekal dalam diri seseorang hasil daripada pembelajaran, pengalaman dan
kematangan.
3.
Menurut Salvin (1997)
Perkembangan adalah berkaitan dengan
mengapa dan bagaimana individu berkembang dan membesar, menyesuaikan diri
kepada persekitaran dan berubah melalui peredaran masa. Beliau juga berpendapat
individu akan mengalami perkembangan sepanjang hayat, yaitu perkembangan dari segi fizikal,
personality, sosioemosional dan kognitif serta bahasa.
4.
Menurut Crow (1980)
Perkembangan
merupakan perubahan secara kualitatif serta cenderung ke arah yang lebih baik
dari segi pemikiran, rohani, moral dan sosial.
B.
Prinsip-Prinsip Perkembangan Manusia dalam Perspektif Islam
Pertumbuhan
dan perkembangan manusia secara alamiah mengikuti pola teratur menurut prinsip
atau hukum perkembangan.
Salisu Shesu
(1999) menyusun prinsip dasar psikologi perkembangan dari perspektif Islam yang
terdiri dari beberapa prinsip adalah sebagai berikut :
1.
Perkembangan Melibatkan Perubahan
Tujuan perkembangan adalah realisasi diri atau pencapaian kemampuan
bawaan (genetik). Sikap anak terhadap
perubahan dipengaruhi oleh kesadaran akan perubahan tersebut, bagaimana
pengaruhnya terhadap perilaku anak, sikap sosial terhadap perubahan ini, bagaimana mereka
mempengaruhi penampilan anak, dan bagaimana kelompok sosial bereaksi terhadap
anak ketika perubahan ini terjadi.
Manusia tidak
pernah dalam keadaan statis dia akan selalu berubah dan mengalami perubahan
mulai pertama pembuahan hingga kematian tiba. Perubahan tersebut bisa
menanjak, kemudian berada di titik puncak kemudian mengalami kemunduran.
Menurut Alquran,
pertumbuhan dan perkembangan manusia memiliki pola umum yang dapat diterapkan
pada manusia, meskipun terdapat perbedaan individual. Pola yang terjadi adalah
bahwa setiap individu tumbuh dari keadaan yang lemah menuju keadaan yang kuat
dan kemudian kembali melemah. Dengan kata lain, pertumbuhan dan perkembangan,
sesuai dengan hukum alam, ada kenaikan dan penurunan. Alquran menyatakan
sebagai berikut :
Allah SWT
berfirman :
Artinya :
Allah, Dialah
yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu)
sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah
kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendakiNya
dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa. (Q.S. Ar-Rum : 54).
Dengan demikian,
terlihat bahwa pola yang disebutkan dalam ayat ini dapat diterapkan pada semua
manusia. Semua manusia diciptakan dalam keadaan lemah. Hal ini mengacu pada
tahap pertama penciptaan manusia di dalam rahim sampai persalinan. Manusia
sangat lemah dalam awal ini, baik secara fisik maupun mental. Lemahnya manusia
pada awal kehidupan ini juga mencakup pada lemahnya keadaan mental seseorang,
sebagaimana dinyatakan dalam Alquran sebagai berikut :
Allah
SWT berfirman :
وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ
لا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالأبْصَارَ وَالأفْئِدَةَ
لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Artinya :
Dan Allah
mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun,
dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.
(Q.S. An-Nahl : 78).
Dalam ayat ini
dinyatakan dengan jelas pola keadaan lemah merupakan karakter pertama dari
seluruh awal kehidupan manusia, dan kemudian menguat dalam perkembangan
selanjutnya.
Deduksi analogik yang
dapat dibuat dari ayat ini adalah masing-masing kehidupan manusia dimulai
dengan keadaan lemah, berangsur-angsur mencapai puncak kekuatan, dan kemudian
berangsur-angsur menurun, seperti yang terkandung pada ayat sebelumnya.
Penurunan merupakan dimensi kedua dari keadaan lemah yang menandai kehidupan
manusia pada akhir kehidupannya.
Selama proses perkembangan seorang anak, ada beberapa ciri perubahan yang mencolok, yaitu :
a)
Perubahan Ukuran
Perubahan fisik yang meliputi: tinggi, berat, organ
dalam tubuh dan
sekelilingnya, serta perubahan mental yang meliputi: memori, penalaran, persepsi, dan imajinasi.
b)
Perubahan Proporsi
Anak-anak
bukanlah miniatur orang dewasa dalam proporsi fisiknya. Mereka juga tidak
memiliki miniatur mental orang dewasa. Kemampuan imajinatif mereka berkembang
lebih baik daripada kemampuan penalarannya, sedangkan pada orang dewasa yang
terjadi justru sebaliknya. Misalnya, perubahan
perbandingan antara kepala dan tubuh pada seorang anak.
c)
Hilangnya Ciri Lama
Misalnya
kelenjar thymus (kelenjar kanak-kanak) setelah pubertas dan rambut serta gigi
bayi, kehilangan kegunaannya, ciri itu secara bertahap mengalami atrofi,
seperti halnya beberapa ciri bawaan psikologis dan perilaku misalnya, gerak dan
bicara bayi serta imajinasi yang sangat luas dan ciri egosentrisme yang hilang dengan sendirinya
berganti dengan sikap prososial.
d)
Mendapatkan Ciri Baru
Beberapa
ciri fisik dan mental baru berkembang dari kematangan dan beberapa lainnya
berkembang dari hasil belajar dan pengalaman. Ciri fisik yang baru termasuk
gigi tetap dan karakteristik jenis kelamin primer dan sekunder, ciri mental
yang baru termasuk perhatian dalam seks, standar moral, dan keyakinan agama.
Dan hilangnya sikap
egosentrisme anak akan mendapatkan ciri yang baru yaitu sikap prososial.
Sikap individu anak terhadap perubahan umumnya
menyenangkan atau tidak tergantung pada banyak faktor. Pertama, kesadaran anak akan perubahan itu. Kedua, bagaimana perubahan mempengaruhi perilaku mereka. Ketiga, sikap sosial terhadap perubahan
mempengaruhi anak-anak seperti halnya pada orang dewasa. Keempat, sikap sosial dalam kadar tertentu dipengaruhi oleh
bagaimana perubahan mempengaruhi penampilan anak. Kelima, sikap budaya mempengaruhi cara orang memperlakukan anak sebagai
akibat perubahan dalam penampilan dan perilakunya.
2.
Perkembangan Tidak Terjadi Secara Tiba-Tiba, Tetapi Berlangsung Secara
Bertahap dan Berangsur-Angsur.
Dalam Al-Qur’an mengatakan bahwa allah menciptakan manusia dari berbagai
tahap progresif pertumbuhan dan perkembangan. Dengan kata lain, kehidupan
manusia memiliki tahapan-tahapan tertentu dari pembuahan sampai kematian.
Allah SWT berfirman :
وَلَقَدْ خَلَقْنَا الإنْسَانَ مِنْ سُلالَةٍ مِنْ طِينٍ
(12) ثُمَّ جَعَلْنَاهُ نُطْفَةً فِي
قَرَارٍ مَكِينٍ (13) ثُمَّ خَلَقْنَا
النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ
عِظَامًا فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْمًا ثُمَّ أَنْشَأْنَاهُ خَلْقًا آخَرَ
فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ (14) ثُمَّ إِنَّكُمْ بَعْدَ
ذَلِكَ لَمَيِّتُونَ (15) ثُمَّ إِنَّكُمْ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ تُبْعَثُونَ (16)
Artinya :
“(12) Dan
Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari
tanah. (13) Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam
tempat yang kokoh (rahim). (14) Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal
darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal
daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus
dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka
Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik. (15) Kemudian, sesudah itu,
Sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati. (16) Kemudian,
sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) di hari kiamat”.
(Q.S. Al-Mu’minun : 12 – 16).
Dalam ayat ini
dijelaskan bahwa proses kejadian
manusia, yaitu:
1.
Allah SWT
menjadikan saripati tanah dalam tubuh manusia sebagai nutfah (air yang berisi
spermatozoa atau disebut sperma) yang terdapat pada seorang laki-laki.
2.
Melalui proses
senggama, nutfah masuk ke dalam qarar (rahim atau kandungan ibu), nutfah
bertemu dengan sel telur atau ovum, sehingga terjadi pembuahan.
3.
Setelah
pembuahan, lalu berproses menjadi ‘alaqah (gumpalan darah).
4.
Dari ‘alaqah
kemudian Allah SWT menjadikannya sebagai mudgah (segumpal daging).
5.
Kemudian dari
mudgah (gumpalan daging) oleh Allah SWT dijadikan I’zaam (tulang atau rangka).
6.
I’zaam (tulang
atau rangka) kemudian di balut atau dibungkus dengan daging, lalu Allah
menjadikan sebagai makhluk berbentuk lain, yaitu manusia yang masih kecil dalam
kandungan.
Ketika bayi dalam kandungan berusia empat bulan, Allah
SWT mengutus seorang malaikat untuk meniup roh ke dalamnya. Setelah bayi dalam
kandungan mencapai usia 9 bulan 10 hari, Allah menakdirkan bayi tersebut lahir
ke dunia. Setelah lahir, berkat lindungan dan rahmat Allah SWT bayi tersebut
berkembang menjadi balita, kanak-kanak, anak-anak, remaja, dewasa, dan tua,
yang pada akhirnya meninggal dunia.
Perkembangan itu
mengikuti pola-pola tertentu dan berlangsung secara teratur. Dalam hal ini
perkembangan mulai dari kepala ke kaki, dan dari pusat ke bagian-bagian.
Allah SWT berfirman
:
Artinya :
“(5) Hai manusia,
jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), Maka (ketahuilah)
Sesungguhnya kami Telah menjadikan kamu dari tanah, Kemudian dari setetes mani,
Kemudian dari segumpal darah, Kemudian dari segumpal daging yang Sempurna
kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar kami jelaskan kepada kamu dan kami
tetapkan dalam rahim, apa yang kami kehendaki sampai waktu yang sudah
ditentukan, Kemudian kami keluarkan kamu sebagai bayi, Kemudian (dengan
berangsur- angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada
yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai
pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya Telah
diketahuinya. dan kamu lihat bumi Ini kering, Kemudian apabila Telah kami turunkan
air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam
tumbuh-tumbuhan yang indah. (6) Yang demikian itu, Karena Sesungguhnya Allah,
dialah yang haq [977] dan Sesungguhnya dialah yang menghidupkan segala yang
mati dan Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, [977] Maksudnya:
Allah-lah Tuhan yang Sebenarnya, yang wajib disembah, yang berkuasa dan
sebagainya”. (Q.S. Al-Hajj : 5 – 6).
3.
Perkembangan
Awal Lebih Kritis Daripada
Perkembangan Selanjutnya
Bahwa perkembangan
awal lebih penting daripada perkembangan selanjutnya, karena dasar awal sangat
dipengaruhi oleh proses belajar dan pengalaman. Apabila perkembangan
membahayakan penyesuaian pribadi dan sosial anak, ia dapat diubah sebelumnya
menjadi pola kebiasaan.
Lingkungan tempat
anak menghabiskan masa kecilnya
akan sangat berpengaruh kuat terhadap kemampuan bawaan mereka. Bukti-bukti
ilmiah telah menunjukkan bahwa dasar awal cenderung bertahan dan mempengaruhi
sikap dari perilaku anak sepanjang hidupnya, terdapat 4 bukti yang membenarkan
pendapat ini, yaitu :
a)
Hasil belajar dan pengalaman merupakan hal yang dominan dalam
perkembangan anak.
b)
Dasar awal cepat menjadi pola kebiasaan, hal ini tentunya akan berpengaruh sepanjang hidup dalam
penyesuaian sosial dan pribadi anak.
c)
Dasar awal sangat sulit berubah meskipun hal tersebut salah.
d)
Semakin dini sebuah perubahan dilakukan maka semakin mudah bagi seorang anak untuk mengadakan perubahan bagi dirinya.
Dalam hadis menunjukkan bahwa periode remaja
adalah periode kritis, yang penuh godaan dan kegairahan, sehingga remaja yang
dapat menolak godaan ini pantas untuk mendapatkan kenyamanan khusus di hari
penghakiman.
Di samping berbagai masalah yang merupakan
karakteristik masa remaja, alasan lain mengapa periode ini merupakan periode kritis
dan sensitif dalam perkembangan individual adalah masa ini merupakan masa
transisi yang menandai awal dari tanggung jawab legal (taklif). Sejak saat
individu mencapai masa pubertas, ia harus mulai menanggung segala amalannya.
Jika ia membuat dosa, maka hal ini akan dicatat yang diatributkan pada dirinya
sendiri. Hal ini terlihat pada banyak hadis Nabi, antara lain:
“Diangkat
pena (untuk mencatat amal) dari tiga macam orang: anak kecil hingga ia pubertas
(ihtilam), orang tidur hingga terjaga dan orang gila hingga ia sadar.” (HR
Abu Dawud, Tirmidhi, dan Hakim)
Banyak hal yang dapat dikatakn tentang
kekritisan dan sensitivitas periode remaja yang dapat disimpulkan dalam hadis.
Jadi, dari perspektif Islam kehidupan individu kemudian (pertumbuhan dan perkembangan)
dibentuk dan ditandai oleh periode ini.
4.
Perkembangan Merupakan Hasil Proses Kematangan dan Belajar
Perkembangan
menekankan kenyataan bahwa perkembangan timbul dari interaksi kematangan dan
belajar dengan kematangan yang menetapkan batas dari perkembangan.
Perkembangan
seorang anak akan sangat dipengaruhi oleh proses kematangan yaitu terbukanya
karakteristik yang secara potensial sudah ada pada individu
yang berasal dari warisan genetik individu. Seperti dalam fungsi filogenetik yaitu
fungsi umum misalnya merangkak,
duduk kemudian berjalan, merupakan
perkembangan yang berasal dari proses kematangan.
Berbeda halnya dalam fungsi ontogenetik yaitu fungsi khas untuk individu
misalnya berenang, melempar bola, naik sepeda atau menulis, diperlukan latihan.
Tanpa latihan perkembangan tidak akan terjadi. Sedangkan arti belajar adalah perkembangan yang
berasal dari latihan dan usaha. Melalui belajar ini anak-anak memperoleh kemampuan menggunakan sumber yang
diwariskan. Beberapa proses
belajar berasal dari latihan atau tepatnya pengulangan suatu tindakan. Hal ini
pada saatnya nanti menimbulkan perubahan dalam perilaku seseorang. Belajar
seperti itu dapat terjadi secara imitasi, yaitu ia secara sadar meniru apa yang
dilakukan orang lain. Atau identifikasi, yaitu ia berusaha menerima sikap,
nilai, motivasi, dan perilaku dari orang yang dihormati atau dicintai.
Hubungan antara kematangan
dan hasil belajar ini bisa dicontohkan pada saat terjadinya masa peka pada
seorang anak, bila pembelajaran itu diberikan pada saat masa pekanya maka hasil
dari pembelajaran tersebut akan cepat dikuasai oleh anak, demikian pula
sebaliknya.
5.
Pola Perkembangan Manusia dalam Perspektif
Islam
Periode pola perkembangan biasanya disebut periode pralahir, masa neonatus, masa bayi, masa kanak-kanak, akhir masa kanak-kanak, dan masa
puber. Dalam semua periode ini terdapat saat-saat keseimbangan dan
ketidakseimbangan, serta pola perilaku yang normal dan yang terbawa dari
periode sebelumnya biasanya disebut perilaku “bermasalah”.
Periode perkembangan utama adalah sebagai
berikut :
1)
Periode
Pralahir (pembuahan sampai lahir)
Sebelum
lahir, perkembangan berlangsung sangat cepat, yang terutama terjadi secara
fisiologis dan terdiri dari pertumbuhan seluruh struktur tubuh.
2)
Masa
Neonatus (lahir sampai 10 – 14 hari)
Masa
ini adalah periode bayi yang baru lahir atau neonate (berasal dari
kata Yunani “neos” yang berarti “baru”
dan kata kerja Latin “nascor” yang berarti “dilahirkan”). Selama waktu ini, bayi
harus menyesuaikan diri dengan lingkungan yang seluruhnya baru di luar rahim
ibu. Pertumbuhan untuk sementara terhenti.
3)
Masa
Bayi (2 minggu sampai 2 tahun)
Pertam-tam
bayi sama sekali tidak berdaya. Secara bertahap mereka belajar mengendalikan
ototnya sehingga mereka secara berangsur dapat bergantung pada dirinya sendiri.
Perubahan ini disertai timbulnya perasaan tidak suka dianggap seperti bayi dan
keinginan untuk mandiri.
4)
Masa
Kanak-Kanak (2 tahun sampai masa remaja)
Periode
ini biasanya terdiri atas dua bagian :
Masa
kanak-kanak dini
(2 sampai 6 tahun) adalah usia prasekolah atau “prakelompok”. Anak berusaha mengendalikan lingkungan dan mulai
belajar menyesuaikan diri secara sosial.
Akhir
masa kanak-kanak
(6 sampai 13 tahun pada anak perempuan dan 14 tahun pada anak laki-laki) adalah
periode di mana terjadi kematangan seksual dan masa remaja dimulai.
Perkembangan utama yaitu sosialisasi. Ini merupakan usia sekolah atau “usia kelompok”.
5)
Masa
Puber (11 sampai 16 tahun)
Masa
ini merupakan periode yang saling tumpang-tindih, kira-kira 2 tahun meliputi
akhir masa kanak-kanak dan 2 tahun meliputi awal masa remaja. Masa puber
berlangsung dari usia11 sampai 15 tahun pada perempuan dan dari 12 sampai 16
tahun pada laki-laki. Tubuh anak sekarang berubah menjadi orang dewasa.
6.
Pada Setiap
Periode Perkembangan Terdapat Harapan Sosial
Harapan sosial ini
terbentuk tugas perkembangan yang memungkinkan para orang
tua dan guru mengetahui pada usia berapa anak-anak mampu menguasai berbagai pola perilaku yang diperlukan bagi
penyesuaian yang baik.
Tugas perkembangan mempunyai tiga tujuan yang
sangat berguna yaitu :
1)
Sebagai
pedoman untuk membantu para orang tua dan guru guna mengetahui apa yang harus
dipelajari anak pada usia tertentu. Contohnya : bila anak menyesuaikan diri
dengan baik di sekolah, mereka harus menguasai tugas yang diperlukan untuk
mandiri dari bantuan guru, seperti memakai dan melepas baju.
2)
Sebagai
kekuatan motivasi bagi anak untuk belajar hal-hal yang diharapkan masyarakat
dari mereka pada usia tersebut. Semakin kuat keinginan mereka untuk diterima di
masyarakat, semakin besar motivasi mereka untuk belajar melakukan apa yang
dapat dilakukan teman sebayanya.
3)
Tugas
perkembangan menunjukkan pada para orang tua dan guru tentang apa yang diharapkan
dari mereka di masa mendatang. Dengan demikian, mereka menyadari perlunya
menyiapkan anak untuk menghadapi harapan baru. Ketika anak mulai bermain dengan
teman sebayanya, hal ini menyadarkan orang tua tentang pentingnya mengajar
anak.
Beberapa faktor yang mempengaruhi penguasaan
tugas perkembangan; sebagian di antaranya bertindak sebagai hambatan dan
sebagian lagi sebagai pembantu penguasaan.
Bantuan
dalam menguasai
· Perkembangan fisik yang dipercepat.
· Kekuatan dan energi di atas rata-rata untuk
usia tertentu.
· Kecerdasan di atas rata-rata.
· Lingkungan yang memberikan kesempatan untuk
belajar.
· Bimbingan belajar dari orang tua dan guru.
· Motivasi kuat untuk belajar.
· Kreativitas yang disertai kemauan untuk
berbeda.
Hambatan
dalam menguasai
· Kelambatan dalam tingkat perkembangan, baik
fisik maupun mental.
· Kesehatan buruk yang mengakibatkan energi dan
tingkat kekuatan rendah.
· Cacat tubuh yang mengganggu.
· Tiadanya kesempatan untuk belajar apa yang
diharapkan kelompok sosial.
· Tiadanya bimbingan dalam belajar.
· Tiadanya motivasi untuk belajar.
· Rasa takut untuk berbeda.
7.
Setiap Bidang
Perkembangan Mengandung Bahaya yang Potensial
Bahaya tersebut
terjadi baik fisik maupun psikologis yang dapat mengubah pola perkembangan. Beberapa bahaya berasal dari lingkungan
sedangkan yang lain timbul dari dalam diri. Akibatnya, mereka mengubah pola
perkembangan sehingga menghasilkan suatu daerah mendatar di mana tidak terjadi
pergerakan maju atau menyebabkan kemunduran ketahapan yang lebih rendah. Bila
hal ini terjadi, anak tersebut menghadapi masalah penyesuaian dan dikatakan
mempunyai “penyesuaian yang buruk” atau “tidak matang”.
8.
Kebahagiaan
Bervariasi pada Berbagai
Periode Perkembangan
Tahun pertama
kehidupan biasanya paling bahagia
yaitu pada masa kanak-kanak dan masa puber biasanya yang paling tidak bahagia.
Ketidakbahagiaan membahayakan penyesuaian
pribadi dan sosial anak. Ini karena kebahagiaan mempengaruhi pola perkembangan
yang dapat membuat anak tidak menunjukkan kemampuan yang sebenarnya dalam melakukan
apa saja. Bila ini terjadi, rasa tidak puas diri dan ketidakbahagiaan meningkat
dan selanjutnya kerusakan dalam penyesuaian pribadi dan sosial juga semakin
meningkat. Sebaliknya, kebahagiaan mempunyai pengaruh atas perkembangan anak
dan tipe penyesuaian yang dilakukannya. Kebahagiaan mempengaruhi sikap,
perilaku, dan kepribadian anak. Karena pengaruh ini dapat disimpulkan bahwa
masa kanak-kanak merupakan masa bahagia.
Adapun
prinsip-prinsip perkembangan individu
menurut Syamsu Yusuf, yaitu :
1.
Perkembangan merupakan
proses yang tidak pernah berhenti (never ending process).
Manusia secara terus-menerus berkembang atau
berubah yang dipengaruhi oleh pengalaman atau belajar sepanjang hidupnya.
Perkembangan berlangsung secara terus-menerus sejak masa konsepsi sampai
mencapai kematangan atau masa tua.
2.
Semua aspek
perkembangan saling berhubungan atau saling mempengaruhi.
Setiap aspek perkembangan individu, baik
fisik, emosi, inteligensi maupun sosial, satu sama lainnya saling mempengaruhi.
Terdapat hubungan atau korelasi yang positif di antara aspek tersebut. Apabila
seorang anak dalam pertumbuhan fisiknya mengalami gangguan (sering
sakit-sakitan), maka dia akan mengalami kemunduran dalam perkembangan aspek
lainnya, seperti kecerdasannya kurang berkembang dan mengalami kelabilan
emosional.
3.
Perkembangan mengikuti
pola atau arah tertentu.
Perkembangan terjadi secara teratur mengikuti
pola atau arah tertentu. Setiap tahap perkembangan merupakan hasil perkembangan
dari tahap sebelumnya yang merupakan prasyarat bagi perkembangan selanjutnya.
Contohnya, untuk dapat berjalan, seorang anak harus dapat berdiri terlebih
dahulu dan berjalan merupakan prasyarat bagi perkembangan selanjutnya, yaitu
berlari atau meloncat.
Pola perkembangan umum yang dilalui anak adla
sebagai berikut:
1)
Tahap Perkembangan : usia 4 – 16 minggu.
Jenis Perkembangan : bayi
dapat menguasai 12 macam otot ocula motornya.
2)
Tahap Perkembangan : usia 16 – 28 minggu.
Jenis Perkembangan : bayi dapat menguasai otot-otot yang
menyanggah kepalanya dan menggerakkan tangannya. Ia mulai dapat meraih
benda-benda.
3)
Tahap Perkembangan : usia 28 – 40 minggu.
Jenis Perkembangan : ia dapat menguasai badan dan tangannya. Ia
mulai dapat duduk, menangkap, dan mempermainkan benda-benda.
4)
Tahap Perkembangan : tahun kedua.
Jenis Perkembangan : anak sudah pandai berjalan dan berlari,
dapat menggunakan kata-kata dan mengenal identitasnya (seperti namanya).
5)
Tahap Perkembangan : tahun ketiga.
Jenis Perkembangan : anak dapat berbicara dalam kalimat dan
menggunakan kata-kata sebagai alat berpikir.
6)
Tahap Perkembangan : tahun keempat.
Jenis Perkembangan : anak mulai banyak bertanya dan dapat berdiri
sendiri.
7)
Tahap Perkembangan : tahun kelima.
Jenis Perkembangan : anak telah matang dalam menguasai
gerak-gerik motorisnya. Ia dapat melompat-lompat, bercerita agak lebih panjang,
lebih suka bermain berkawan.
Menurut
Yelon dan Weinsten (1977) mengemukakan tentang arah atau pola perkembangan sebagai berikut :
1)
Cephalocaudal &
proximal-distal (perkembangan manusia
itu mulai dari kepala ke kaki
(cephalocaudal) dan dari tengah: jantung, paru-paru dan sebagainya ke
samping: tangan (proximal-distal).
2)
Struktur
mendahului fungsi. Ini berarti bahwa anggota tubuh individu itu akan dapat
berfungsi setelah matang strukturnya. Contohnya : mata, akan dapat melihat
setelah otot-ototnya matang, atau kaki dapat difungsikan untuk berjalan apabila
otot-ototnya sudah matang.
3)
Perkembangan
itu berdiferensiasi. Artinya, perkembangan itu berlangsung dari umum ke khusus
(spesifik). Dalam semua aspek perkembangan, baik motorik (fisik) maupun mental
(psikis), respons anak pada mulanya bersifat umum. Contohnya : bayi
menendang-nendangkan kakinya secara sembarangan sebelum ia dapat mengaturnya
untuk merangkak atau berjalan, bayi menunjukkan rasa takut yang bersifat umum
terhadap semua benda (orang) yang asing baginya kemudian lambat laun rasa
takutnya menjadi lebih tertuju kepada hal-hal tertentu.
4)
Perkembangan
berlangsung dari konkret ke abstrak. Artinya, perkembangan berproses dari suatu
kemampuan berpikir yang konkret (objeknya tampak) menuju ke abstrak (objeknya
tidak tampak). Contohnya : anak kecil dapat berhitung dengan bantuan jari
tangan, sedangkan remaja sudah tidak lagi memerlukan bantuan tersebut.
5)
Perkembangan
berlangsung dari egosentrisme ke perspektivisme. Ini berarti bahwa pada mulanya
seorang anak hanya melihat atau memperhatikan dirinya sebagai pusat, dia
melihat bahwa lingkungan itu harus memenuhi kebutuhan dirinya.
6)
Perkembangan
berlangsung dari “outter control to inner
control”. Artinya, pada awalnya anak sangat bergantung pada orang lain
(terutama orang tuanya), baik menyangkut pemenuhan kebutuhan fisik maupun
psikis (perlindungan, kasih sayang, atau norma-norma) sehingga dia dalam
menjalani hidupnya masih didominasi oleh pengawasan dari luar (out control). Seiring bertambahnya
pengalaman atau belajar dari pergaulan sosial tentang norma atau nilai-nilai,
baik di lingkungan keluarga, sekolah, teman sebaya atau masyarakat, anak dapat
mengembangkan kemampuan untuk mengontrol dirinya (inner control). Kemampuan “inner
control” ini seperti : dia dapat
mengambil keputusan atau memecahkan masalah berdasarkan pertimbangan sendiri
dan bertanggung jawab terhadap resiko yang mungkin terjadi.
4.
Perkembangan terjadi
pada tempo yang berlainan.
Perkembangan fisik dan mental mencapai
kematangannya terjadi pada waktu dan tempo yang berbeda (ada yang cepat ada
yang lambat). Contohnya : (a) otak mencapai bentuk ukurannya yang sempurna pada
umur 6 – 8 tahun; (b) tangan, kaki, dan hidung mencapai perkembangan yang
maksimum pada masa remaja; dan (c) imajinasi kreatif berkembang dengan cepat
pada masa kanak-kanak dan mencapai puncaknya pada masa remaja.
5.
Setiap fase perkembangan
mempunyai ciri khas.
Prinsip tersebut dapat dijelaskan dengan
contoh sebagai berikut : (a) sampai usia dua tahun, anak memusatkan untuk
mengenal lingkungannya, menguasai gerak-gerik fisik dan belajar berbicara; (b)
pada usia tiga sampai enam tahun, perkembangan dipusatkan untuk menjadi manusia
sosial (belajar bergaul dengan orang lain).
6.
Setiap individu
yang normal akan mengalami tahapan/fase perkembangan.
Prinsip ini berarti bahwa dalam menjalani hidupnya
yang normal dan berusia panjang individu akan mengalami fase-fase perkembangan:
bayi, kanak-kanak, anak, remaja, dewasa, dan masa tua.