A.PENGERTIAN PERKEMBANGAN
KOGNITIF
Secara sederhana, kemampuan kognitif dapat dipahami sebagai
kemampuan anak untuk berpikir lebih kompleks serta kemampuan melakukan
penalaran dan pemecahan masalah. Dengan berkembangnya kemampuan kognitif ini
akan memudahkan untuk menguasai pengetahuan umum yang lebih luas, sehingga anak
mampu menjalankan fungsinya dengan wajar dalam interaksinya dengan masyarakat
dan lingkungan sehari-hari.
Perkembangan kognitif adalah salah satu aspek
perkembangan manusia yangberkaitan dengan pengertian (pengetahuan), yaitu semua
proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan
memikirkan lingkungannya.
Adapun pengertian perkembangan kognitif menurut beberapa ahli adalah
sebagai berikut:
1. Myers (1996)
Cognition
refers to all the mental activities associated with thinking, knowing, and
remembering.
2. Margaret W. Matlin (1994)
Cognition, or mental activity, involves the acquisition, storage,
retrieval, and use of knowledge.
3. Drever (2000)
Dalam bukunya yang berjudul Dictionary of psychology, Kognisi adalah
istilah umum yang mencakup segenap model pemahaman, yaitu persepsi, imajinasi,
penangkapan makna, penilaian dan penalaran”
4. Chaplin (2002)
Dalam bukunya yang berjudul Dictionary of psychology, kognisi adalah
konsep umum yang mencakup semua bentuk pengenal, termasuk di dalamnya
mengamati, melihat, memperhatikanmemberikan, menyangka,
membayangkan, memperkirakan, menduga dan menilai.
Dari beberapa pengertian di atas dapat dipahami bahwa
kognitif adalah sebuah istilah yang digunakan oleh psikolog untuk menjelaskan
semua aktivitas mental yang berhubungan dengan persepsi, pikiran, ingatan dan
pengolahan informasi yang memungkinkan seseorang memperoleh pengetahuan,
memecahkan masalah dan merencanakan masa depan.
B. TAHAPAN PERKEMBANGAN KOGNITIF
Menurut Piaget, tahap
perkembangan kognitif manusia ada 4 tahap, yaitu : tahap sensori motorik
(sejak lahir sampai usia dua tahun), tahap pra-operasional (usia 2 sampai 7
tahun), tahap konkret operasional (usia
7 sampai 11 tahun), dan tahap operasional formal (usia 11 tahun ke atas)
1. Tahap
Sensori-motorik (usia 0 sampai 2 tahun)
Bayi bergerak dari tindakan
refleks instinktif pada saat lahir sampai permulaan pemikiran
simbolis. Bayi membangun suatu pemahaman tentang dunia melalui pengoordinasian
pengalaman-pengalaman sensor dan tindakan fisik.
2. Tahap
Pra-operasional (usia 2 sampai 7 tahun)
Anak mulai merepresentasikan
dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar. Kata-kata dan gambar-gambar ini
menunjukkan adanya peningkatan pemikiran simbolis dan melampaui hubungan
informasi indrawi dan tindakan fisik.
3. Tahap
konkret-operasional (usia 7 sampai 11 tahun)
Pada tahap ini akan dapat berpikir secara logis mengenai peristiwa-peristiwa
yang konkret dan mengklasifikasikan benda-benda ke dalam bentuk-bentuk yang
berbeda.
4. Tahap
Operasional Formal (usia 11 tahun sampai dewasa)
Ditahap ini remaja berfikir
dengan cara yang lebih abstrak, logis, dan lebih idealistik.
Adapun
Penjelasan lebih lengkap dari
Perkembangan Kognitif dari masa bayi sampai masa dewasa adalah sebagai
berikut:
1.
PERKEMBANGAN
KOGNITIF MASA BAYI
Selama
masa bayi, kapasitas intelektual atau kognitif seseorang telah mengalami
perkembangan. Uraian berikut akan membahas beberapa pandangan tentang
perkembangan kognitif, terutama pandangan Piaget dan pandangan kontemporer.
a.
Perkembangan Kognitif menurut pandangan Piaget
Piaget
merupakan salah seorang pakar psikologi swiss yang banyak mempelajari
perkembangan kognitif anak. Piaget meyakini bahwa anak membangun secara aktif
dunia kognitif mereka sendiri. Anak tidak pasif menerima informasi, melainkan
berperan aktif di dalam menyusun pengetahuannya mengenai realitas.
Tahap-tahap perkembangan pemikiran dibedakan Piaget
atas empat tahap, yaitu tahap pemikiran sensoris-motorik, praoperasional,
operasional konkret dan operasional formal. Akan tetapi, Piaget tidak
menetapkan secara tegas batasan-batasan umur pada masing-masing tahap. Batasan
umur pada masing-masing tahap diberikan oleh Ginsburg dan Opper (Mussen, et
all, 1969). Berikut ini tahap-tahap yang diberikan pada masa bayi, yaitu tahap
sensoris-motorik.
Tahap
sensoris-motorik berlangsung dari kelahiran hingga kira-kira 2 tahun. Selama
tahap ini, perkembangan mental ditandai dengan kemajuan pesat dalam kemampuan
bayi untuk mengorganisasikan dan mengkoordinasikan sensasi melalui
gerakan-gerakan dan tindakan-tindakan fisik. Dalam hal ini, bayi yang baru
lahir bukan hanya menerima secara pasif rangsangan-rangsangan terhadap
alat-alat indranya, melainkan juga aktif memberikan respon terhadap rangsangan
tersebut, yakni melalui gerak-gerak refleks.
Tidak
seperti tahap-tahap lainnya, tahap sensoris-motorik dibagi ke dalam enam
subtahap, di mana masing-masing subtahap meliputi perubahan kualitatif dalam
organisasi sensoris-motorik. Keenam subtahap perkembangan sensoris-motorik
menurut Piaget tersebut secara singkat digambarkan dalam tabel 1.1 berikut.
TABEL 1.1
Subtahap perkembangan sensoris-motorik menurut Piaget
Tahap
|
Usia/Th.
|
Karakteristik
|
Early Refleks
|
0 – 1
|
Kepercayaan atas
refleks bawaan sejak lahir untuk mengetahui lingkungan; asimilasi dari semua pengalaman
refleks; menelan, menyusu
|
Primary Circular
Reaction
|
1 – 4
|
Akomodasi
(modifikasi) untuk menyesuaikan objek dan pengalaman baru; bayi mengulangi
reaksi yang bersifat sederhana seperti membuka dan menutup mata.
|
Secondary Circular
Reaction
|
4 – 8
|
Tindakan yang diulang
sudah terfokus pada objek; tindakan digunakan untuk mencapai tujuan; tetapi
secara sembrono; mengayunkan lengan dan kakinya semata-mata untuk mencapai
kesenangan
|
Combined Secondary
Circular Reaction
|
8 – 12
|
Bayi sudah menguasai
sistem respons dan mengkombinasikan tindakan dengan tindakan yang telah
diperoleh sebelumnya (skema) untuk mendapatkan sesuatu. Ini merupakan titik
awal dari pengertian
|
Tertiary circular
Reaction
|
12 – 18
|
Anak mulai aktif
menggunakan reaksi yang bersifat “trial
and error” untuk mempelajari objek-objek di sekitarnya. Kegiatan
coba-coba yang dilakukannya mulai bisa mengubah gerak-geriknya untuk mencapai
suatu tujuan yang lebih jelas. Tahap ini menandai titik awal perkembangan
keingintahuan dan minat pada sesuatu yang baru
|
The first symbol
|
18 – 24
|
Fungsi mental bayi
berubah dari suatu taraf sensoris-motorik murni menjadi taraf simbolis, dan
bayi mulai mengembangkan kemampuan untuk menggunakan simbol-simbol primitif.
|
SUMBER : Seifert dan
Hoffnung (1994)
Di dalam subtahap tertentu, kemungkinan terdapat skema yang
berbeda. Misalnya pada sub tahap 1, terdapat skema menghisap, mencari dan
mengedipkan mata. Pada dasarnya, skema pada subtahap 1 ini lebih bersifat
reflektif. Dari subtahap ke subtahap berikutnya, skema yang terbentuk berubah.
Perubahan inilah yang menjadi inti dari tahap-tahap pemikiran Piaget (Santrock,
1998).
b.
Perkembangan kognitif menurut pandangan Kontemporer
Selama bertahun-tahun teori Piaget
tentang perkembangan kognitif sangat disangjung dan dikenal secara luas.
Gagasan-gagasan Piaget sangat menarik bagi banyak orang, sebab ia merupakan
inti dari perkembangan. Beratus-ratus teori juga membuktikan bahwa mayoritas
bayi berperilaku sebagaimana digambarkan Piaget.
Akan tetapi
belakangan ini muncul pemahaman baru tentang perkembangan kognitif bayi. Dengan
menggunakan teknik-teknik eksperimental yang sangat maju, telah lahir sejumlah
hasil penelitian baru tentang perkembangan kognitif bayi dan di antara hasil
penelitian baru tersebut merekomendasikan agar teori perkembangan
sensoris-motorik Piaget dimodifikasi secara mendasar.
Menurut Santrock (1998), dewasa ini teori
perkembangan sensoris-motorik Piaget telah disanggah dari dua sumber. Pertama, penelitian dalam bidang perkembangan
persepsi bayi menunjukkan bahwa bayi telah membentuk suatu dunia persepsi yang
stabil dan berbeda jauh lebih awal daripada yang dibayangkan oleh Piaget. Kedua, para peneliti baru-baru initelah
menemukan bahwa memori dan bentuk-bentuk kegiatan simbolis lainnya terjadi pada
semester kedua tahun pertama.
Pandangan-pandangan kontemporer tentang
perkembangan kognitif ini kemudian juga mendapat sokongan yang penting dalam
para psikologi pemrosesan informasi. Kalau Piaget meyakini bahwa perkembangan
kognitif bayi baru tercapai pada pertengahan tahun kedua, maka para pakar
psikologi pemrosesan informasi percaya bahwa perkembangan kognitif, seperti
kemampuan dalam memberikan perhatian, menciptakan simbolisasi, meniru dan
kemampuan konseptual, telah dimiliki bayi lebih awal.
2. PERKEMBANGAN KOGNITIF MASA ANAK-ANAK AWAL
Seiring dengan meningkatnya
kemampuan anak untuk mengeksplorasi lingkungan, karena bertambah besarnya
koordinasi dan pengendalian motorik yang disertai dengan meningkatnya kemampuan
untuk bertanya dengan berkata-kata yang dimengerti dengan orang lain. Maka
dunia kognitif anak berkembang pesat, makin kreatif, bebas dan imajinatif.
Perkembangan
Kognitif pada masa anak-anak awal menurut teori Piaget
Sesuai
dengan teori kognitif Piaget, maka perkembangan kognitif pada masa awal
anak-anak dinamakan tahap praoperasional (praoperational
stage), yang berlangsung dari usia 2 hingga 7 tahun. Pada tahap ini konsep
stabil dibentuk, penalaran mental muncul, egosentrisme mulai kuat dan kemudian
melemah, serta terbentuknya keyakinan terhadap hal yang magis.
Pemikiran
praoperasional tidak lain adalah suatu masa tunggu yang singkat bagi pemikiran
operasional, sekalipun label “praoperasional” menekankan bahwa anak pada tahap
ini belum berpikir secara operasional.
Secara
garis besarnya pemikiran praoperasional dapat dibagi ke dalam dua subtahap,
yaitu subtahap prakonseptual dan
subtahap pemikiran intuitif (Heterington
& Parke, 1979; Seifert & Hoffnung, 1994).
Subtahap Prakonseptual (2 – 4 tahun)
Subtahap prakonseptual disebut juga dengan pemikiran simbolik
(symbolic thuoght), karena karakteristik
utama subtahap ini ditandai dengan munculnya simtem-simtem lambang atau simbol,
seperti bahasa.Subtahap prakonseptual merupakan subtahap pemikiran praoperasional
yang terjadi kira-kira antara usia 2 hingga 4 tahun. Pada subtahap ini
anak-anak mengembangkan kemampuan untuk menggambarkan atau membayangkan secara
mental suatuy objek yang tidak ada (tidak terlihat) dengan sesuatu yang lain.
Misalnya, pisau yang terbuat dari pelastik adalah sesuatu yang nyata mewakili
pisau yang sesungguhnya. Kata pisau sendiri bisa mewakili sesuatu yang abstrak,
seperti bentuknya atau tajamnya. Demikian pula tulisan “pisau” akan memberikan
tanggapan tertentu. Dengan berkembangnya kemampuan mensimbolisasikan ini, maka
akan memperluas ruang lingkup aktivitasnya yang menyangkut hal-hal yang sudah
lewat, atau hal-hal yang akan datang, atau juga hal-hal yang sekarang.
Dengan demikian, dalam subtahap
prakonseptual, kemunculan fungsi simbolis ditunjukkan dengan perkembangan
bahasa yang cepat, permainan imajinatif, dan peningkatan dalam peniruan.
Percepatan perkembangan bahasa dalam fase prakonseptual dianggap sebagai hasil
perkembangan simbolisasi. Ketika penggunaan simbol bahasa dimulai, maka terjadi
peningkatan dalam kemampuan memecahkan masalah dan belajar dari kata-kata lain.
Subtahap Intuitif
(4 – 7 tahun)
Istilah
intuitif digunakan untuk menunjukkan subtahap kedua dari pemikiran
prakonseptual yang terjadi pada anak dalam periode dari 4 hingga 7 tahun. Dalam
subtahap ini, meskipun aktifitas mental tertentu (seperti cara-cara
mengelompokkan, mengukur atau menghubungkan objek-objek) terjadi, tetapi
anak-anak belum begitu sadar mengenai prinsip-prinsip yang melandasi terbentuknya
aktivitas tersebut. Walaupun anak dapat memecahkan masalah yang berhubungan
dengan aktivitas ini, namun ia tidak bisa menjelaskan alasan yang tepat untuk
pemecahan suatu masalah menurut cara-cara tertentu.
Jadi, walaupun simbol-simbol anak
meningkat kompleks, namun proses penalaran dan pemikirannya masih mempunyai
ciri-ciri keterbatasan tertentu. Sebagian dari keterbatasan ini direfleksikan
dalam ketidakmampuan anakpraoperasional untuk mengelompokkan berbagai hal
berdasarkan dimensi tertentu, seperti mengelompokkan tongkat dari yang
terpendek hingga terpanjang. Keterbatasan juga ditemukan dalam menghubungkan
bagian dari keseluruhannya.
3. PERKEMBANGAN KOGNITIF MASA PERTENGAHAN DAN AKHIR
ANAK-ANAK
Seiring dengan masuknya anak ke sekolah dasar, maka kemampuan
kognitifnya turut mengalami perkembangan yang pesat, karena dengan masuk
sekolah, berarti dunia minat anak bertambah luas, dan dengan meluasnya minat
maka bertambah pula pengertian tentang manusia dan objek-objek yang sebelumnya
kurang berarti bagi anak. Dalam keadaan normal, pikiran anak usia sekolah
berkembang secara berangsur-angsur. Kalau pada masa sebelumnya daya pikir anak
masih bersifat imajinatif dan egosentris, maka pada usia dasar ini daya piker
anak berkembang kea rah berfikir konkrit, rasional dan objektif. Daya ingatnya
menjadi sangat kuat, sehingga anak benar-benar berada dalam suatu stadium
belajar.
Perkembangan kognitif masa
pertengahan dan akhir anak-anak menurut teori piaget
Menurut teori kognitif piaget, pemikiran anak-anak usia
sekolah dasar disebut pemikiran operasional konkrit (concrete operational
thought). Menurut piaget, operasi adalah hubungan-hubungan logis di antara
konsep-konsep atau skema-skema. Sedangkan operasi konkrit adalah aktivitas
mental yang difokuskan pada objek-objek dan peristiwa-peristiwa nyata atau
konkrit dapat diukur.
Pada masa ini anak sudah mengembangkan pikiran logis. Ia
mulai mampu memahami operasi sejumlah konsep, seperti 5 x 6 = 30; 30 : 6 = 5(Johnson
& medinnus, 1974). Dalam upaya memahami alam sekitarnya, mereka tidak lagi
terlalu mengandalkan informasi yang bersumber dari pancaindera, karena ia mulai
mempunyai kemampuan untuk membedakan sementara dengan yang bersifat menetap.
Misalnya, mereka akan tahu bahwa air dalam gelas besar pendek dipindahkan ke
dalam gelas yang kecil tinggi, jumlahnya akan tetep sama karena tidak satu
tetes pun tumpah. Hal ini adalah karena mereka tidak lagi mengandalkan persepsi
penglihatannya, melainkan sudah mampu menggunakan logikanya. Mereka dapat
mengukur, menimbang, dan menghitung jumlahnya, sehingga perbedaan yang nyata
tidak ‘’membodohkan’’ mereka.
4. PERKEMBANGAN KOGNITIF MASA REMAJA
Masa remaja adalah suatu periode kehidupan di mana kapasitas
untuk memperoleh dan menggunakan pengetahuan secara efisien mencapai puncaknya
(Mussen,Conger dan Kagan, 1969). Hal ini karena selama periode remaja ini,
proses pertumbuhan otak mencapai kesempurnaan. Sistem saraf yang berfungsi
memproses informasi berkembang dengan cepat. Di samping itu, pada masa remaja
ini juga terjadi reorganisasi lingkaran saraf
prontal lobe (belahan otak bagian depan sampai pada belahan atau celah
sentral).
5. PERKEMBANGAN KOGNITIF MASA DEWASA DAN TUA
Salah satu pertanyaan yang paling
banyak menimbulkan kontroversial dalam studi tentang perkembangan rentang hidup
manusia adalah apakah kemampuan kognitif orang dewasa, seperti memori,
kreativitas, inteligensi, dan kemampuan belajar, paralel dengan penurunan
kemampuan fisik? Pada umumnya orang percaya bahwa proses kognitif-belajar,
memori dan inteligensi-mengalami kemerosotan bersamaan dengan terus
bertambahnya usia. Bahkan kesimpulan bahwa usia terkait dengan penurunan proses
kognitif ini juga tercermin dalam masyarakat ilmiah. Akan tetapi, belakangan sejumlah
hasil penelitian menunjukkan bahwa kepercayaan tentang terjadinya kemerosotan
proses kognitif bersamaan dengan penurunan kemampuan fisik, sebenarnya hanyalah
salah satu stereotip budaya yang meresap
dalam diri kita.
Mengenai
faktor yang mempengaruhi perkembangan intelektual individu ini terjadi
perbedaan pendapat di antara para penganut psikologi. Kelompok psikometrika
radikal berpendapat bahwa perkembangan intelektual individu sekitar 90 %
ditentukan oleh faktor hereditas dan pengaruh lingkungan termasuk di dalamnya
pendidikan hanya memberikan kontribusi sekitar 10 % saja. Kelompok ini
memberikan bukti bahwa individu yang memiliki hereditas intelektual unggul,
pengembangannya sangat mudah meskipun dengan intervensi lingkungan yang tidak
maksimal. Adapun individu yang hereditas intelektual rendah seringkali
intervensi lingkungan sulit dilakukan meskipun sudah secara maksimal.
Sebalinya, kelompok penganut pedagogis radikal amat yakin
bahwa intervensi lingkungan, termasuk pendidikanjustru memberikan andil sekitar
80 – 85 %, sedangkan hereditas hanya memberikan kontribusi 15 – 20 % terhadap
perkembangan individu. Syaratnya adalah memberikan kesempatan rentang waktu
yang cukup bagi individu untuk mengembangkan intelektualnya secara maksimal.
Tanpa mempertentangkan kedua kelompok radikal
itu, perkembangan intelektual sebenarnya dipengaruhi oleh dua faktor utama,
yaitu hereditas dan lingkungan. Pengaruh kedua faktor itu pada kenyataannya
tidak terpisah secara sendiri-sendiri melainkan seringkali merupakan resultan dari interaksi keduanya.
Untuk
mencari titik temu perbedaan yang menyolok di antara pandangan tersebut, maka
para ahli kemudian memadukan keduanya, sehingga terjadilah interaksi. Perpaduan
antara faktor genetis maupun faktor lingkungan menyatakan bahwa perkembangan
seseorang tidak akan maksimal kalau hanya mengandalkan salh satu faktor
pengaruh saja. Karena itu, keduanya harus dipersatukan demi mengupayakan maksimalisasi
perkembangan seseorang. Dengan demikian, faktor genetis harus ditopang dengan
faktor lingkungan atau sebaliknya.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi perkembangan kognitif dapat
dijelaskan antara lain sebagai
berikut :
1. Faktor
Hereditas/Keturunan
Teori hereditas atau nativisme
pertama kali dipelopori oleh seorang ahli filsafat. Dia berpendapat bahwa
manusia lahir sudah membawa potensi-potensi tertentu yang tidak dapat
dipengaruhi lingkungan. Berdasarkan teorinya, taraf intelegensi sudah ditentukan
sejak anak dilahirkan. Secara potensialanak telah membawa kemungkinan apakah
akan menjadi kemampuan berpikir setaraf normal, di atas normal, atau di bawah
normal. Namun potensi ini tidak akan berkembang atau terwujud secara optimal
apabila lingkungan tidak memberi kesempatan untuk berkembang. Oleh karena itu,
peranan lingkungan sangat menentukan
perkembangan intelektual anak.
2. Faktor
Lingkungan
Lingkungan memiliki peran besar bagi
perubahan yang positif atau negatif pada individu. Hal ini tergantung bagaimana
karakteristik lingkungan itu sendiri. Lingkungan yang baik tentu membawa
pengaruh positif bagi individu, sebaliknya lingkungan yang kurang baik, rusak,
buruk cenderung memperburuk perkembangan individu. Teori lingkungan atau
empirisme dipelopori oleh Jhon Locke. Dia berpendapat bahwa manusia dilahirkan
sebenarnya suci atau tabularasa. Menurut pendapatnya, perkembangan manusia
sangatlah ditentukan oleh lingkungannya. Berdasarkan pendapat Jhon Locke
tersebut perkembangan taraf intelegensi sangatlah ditentukan oleh pengalaman
dan pengetahuan yang diperolehnya dari lingkungan hidupnya.
Ada dua unsur lingkungan yang sangat penting
peranannya dalam mempengaruhi perkembangan intelek anak, yaitu keluarga dan
sekolah.
a.
Keluarga
Intervensi
yang paling penting dilakukan oleh keluarga atau orang tua adalah memberikan
pengalaman pada anak dalam berbagai bidang kehidupan sehinggan anak memiliki
informasi yang sangat banyak yang merupakan alat bagi anak untuk berpikir.
Cara-cara yang digunakan misalnya memberikan kesempatan kepada anak untuk
merealisasikan ide-idenya, menghargai ide-ide tersebut, memuaskan dorongan
keingintahuan anak dengan jalan seperti menyediakan bacaan, alat-alat
keterampilan, dan alat-alat yang dapat mengembangkan daya kreativitas anak.
b.
Sekolah
Sekolah
adalah lembanga formal yang diberi tanggung jawab untuk meningkankan
perkembangan anak. Dalam hal ini, guru hendaknya menyadari bahwa perkembangan
intelektual anak terletak ditangannya. Beberapa cara di antaranya adalah
sebagai berikut.
1.
Menciptakan
interaksi atau hubungan yang akrab dengan peserta didik. Dengan hubungan yang
akrab tersebut, secara psikologis peserta didik akan merasa aman sehingga
segala masalah yang dialaminya secara bebas dapat dikonsultasikan dengan
mereka.
2.
Memberika
kesempatan pada peserta didik untuk berdialog dengan orang-orang ahli dan
berpengalaman dalam bidang ilmu pengetahuan, sangan menunjang perkembangan
intelektual anak.
3.
Menjaga
dan meningkatkan pertumbunhan fisik anak, baik melalui kegiatan olahraga maupun
menyediakan gizi yang cukup, sangat penting bagi perkembangan berpikir peserta
didik.
4.
Meningkatkan
kemampuan berbahasa peserta didik, baik melalui media cetak maupun dengan
menyediakan situasi yang memungkinkan para peserta didik berpendapat atau mengemukakan
ide-idenya. Hal ini sangat besar pengaruhnya bagi perkembangan intelektual
peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA
Ali dan Asrori.
2012. Psikologi Remaja (Perkembangan
Peserta Didik).
Bandung : PT. Bumi Aksara
Dariyo, Agoes.
2007. Psikologi Perkembangan Anak Tiga
Tahun Pertama.
Jakarta : PT. Refika
Aditama
Desmita.2008. Psikologi Perkembangan. Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya
Desmita.2009.
Psikologi Perkembangan Peserta Didik.
Bandung :
PT. Remaja Rosdakarya