Tuesday, 26 February 2013

KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN KOGNITIF



A.PENGERTIAN PERKEMBANGAN KOGNITIF
Secara sederhana, kemampuan kognitif dapat dipahami sebagai kemampuan anak untuk berpikir lebih kompleks serta kemampuan melakukan penalaran dan pemecahan masalah. Dengan berkembangnya kemampuan kognitif ini akan memudahkan untuk menguasai pengetahuan umum yang lebih luas, sehingga anak mampu menjalankan fungsinya dengan wajar dalam interaksinya dengan masyarakat dan lingkungan sehari-hari.
Perkembangan kognitif adalah salah satu aspek perkembangan manusia yangberkaitan dengan pengertian (pengetahuan), yaitu semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya.

Adapun pengertian perkembangan kognitif menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut:
1.    Myers (1996)
     Cognition refers to all the mental activities associated with thinking, knowing, and remembering.
2.    Margaret W. Matlin (1994)
Cognition, or mental activity, involves the acquisition, storage, retrieval, and use of knowledge.
3.    Drever (2000)
Dalam bukunya yang berjudul Dictionary of psychology, Kognisi adalah istilah umum yang mencakup segenap model pemahaman, yaitu persepsi, imajinasi, penangkapan makna, penilaian dan penalaran”

4.    Chaplin (2002)
Dalam bukunya yang berjudul Dictionary of psychology, kognisi adalah konsep umum yang mencakup semua bentuk pengenal, termasuk di dalamnya mengamati, melihat, memperhatikanmemberikan, menyangka, membayangkan, memperkirakan, menduga dan menilai.
Dari beberapa pengertian di atas dapat dipahami bahwa kognitif adalah sebuah istilah yang digunakan oleh psikolog untuk menjelaskan semua aktivitas mental yang berhubungan dengan persepsi, pikiran, ingatan dan pengolahan informasi yang memungkinkan seseorang memperoleh pengetahuan, memecahkan masalah dan merencanakan masa depan.

B. TAHAPAN PERKEMBANGAN KOGNITIF
Menurut Piaget, tahap  perkembangan kognitif manusia ada 4 tahap, yaitu : tahap sensori motorik (sejak lahir sampai usia dua tahun), tahap pra-operasional (usia 2 sampai 7 tahun), tahap konkret operasional (usia  7 sampai 11 tahun), dan tahap operasional formal (usia 11 tahun ke atas)

1.      Tahap Sensori-motorik (usia 0 sampai 2 tahun)
Bayi bergerak dari tindakan refleks  instinktif  pada saat lahir sampai permulaan pemikiran simbolis. Bayi membangun suatu pemahaman tentang dunia melalui pengoordinasian pengalaman-pengalaman sensor dan tindakan fisik.
2.      Tahap Pra-operasional (usia 2 sampai 7 tahun)
Anak mulai merepresentasikan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar. Kata-kata dan gambar-gambar ini menunjukkan adanya peningkatan pemikiran simbolis dan melampaui hubungan informasi indrawi dan tindakan fisik.


3.      Tahap konkret-operasional (usia 7 sampai 11 tahun)
Pada tahap ini akan dapat berpikir  secara logis mengenai peristiwa-peristiwa yang konkret dan mengklasifikasikan benda-benda ke dalam bentuk-bentuk yang berbeda.

4.      Tahap Operasional Formal (usia 11 tahun sampai dewasa)
Ditahap ini remaja berfikir dengan cara yang lebih abstrak, logis, dan lebih idealistik.

Adapun Penjelasan lebih lengkap dari  Perkembangan Kognitif dari masa bayi sampai masa dewasa adalah sebagai berikut:
1.     PERKEMBANGAN KOGNITIF MASA BAYI
Selama masa bayi, kapasitas intelektual atau kognitif seseorang telah mengalami perkembangan. Uraian berikut akan membahas beberapa pandangan tentang perkembangan kognitif, terutama pandangan Piaget dan pandangan kontemporer.

a. Perkembangan Kognitif menurut pandangan Piaget
Piaget merupakan salah seorang pakar psikologi swiss yang banyak mempelajari perkembangan kognitif anak. Piaget meyakini bahwa anak membangun secara aktif dunia kognitif mereka sendiri. Anak tidak pasif menerima informasi, melainkan berperan aktif di dalam menyusun pengetahuannya mengenai realitas.
Tahap-tahap perkembangan pemikiran dibedakan Piaget atas empat tahap, yaitu tahap pemikiran sensoris-motorik, praoperasional, operasional konkret dan operasional formal. Akan tetapi, Piaget tidak menetapkan secara tegas batasan-batasan umur pada masing-masing tahap. Batasan umur pada masing-masing tahap diberikan oleh Ginsburg dan Opper (Mussen, et all, 1969). Berikut ini tahap-tahap yang diberikan pada masa bayi, yaitu tahap sensoris-motorik.
                        Tahap sensoris-motorik berlangsung dari kelahiran hingga kira-kira 2 tahun. Selama tahap ini, perkembangan mental ditandai dengan kemajuan pesat dalam kemampuan bayi untuk mengorganisasikan dan mengkoordinasikan sensasi melalui gerakan-gerakan dan tindakan-tindakan fisik. Dalam hal ini, bayi yang baru lahir bukan hanya menerima secara pasif rangsangan-rangsangan terhadap alat-alat indranya, melainkan juga aktif memberikan respon terhadap rangsangan tersebut, yakni melalui gerak-gerak refleks.
                        Tidak seperti tahap-tahap lainnya, tahap sensoris-motorik dibagi ke dalam enam subtahap, di mana masing-masing subtahap meliputi perubahan kualitatif dalam organisasi sensoris-motorik. Keenam subtahap perkembangan sensoris-motorik menurut Piaget tersebut secara singkat digambarkan dalam tabel 1.1 berikut.

TABEL 1.1
Subtahap perkembangan sensoris-motorik menurut Piaget
Tahap
Usia/Th.
Karakteristik
Early Refleks
0 – 1
Kepercayaan atas refleks bawaan sejak lahir untuk mengetahui lingkungan; asimilasi dari semua pengalaman refleks; menelan, menyusu
Primary Circular
Reaction
   1 – 4
Akomodasi (modifikasi) untuk menyesuaikan objek dan pengalaman baru; bayi mengulangi reaksi yang bersifat sederhana seperti membuka dan menutup mata.
Secondary Circular
Reaction
   4 – 8
Tindakan yang diulang sudah terfokus pada objek; tindakan digunakan untuk mencapai tujuan; tetapi secara sembrono; mengayunkan lengan dan kakinya semata-mata untuk mencapai kesenangan
Combined Secondary Circular Reaction
   8 – 12
Bayi sudah menguasai sistem respons dan mengkombinasikan tindakan dengan tindakan yang telah diperoleh sebelumnya (skema) untuk mendapatkan sesuatu. Ini merupakan titik awal dari pengertian
Tertiary circular
Reaction
 12 – 18
Anak mulai aktif menggunakan reaksi yang bersifat “trial and error” untuk mempelajari objek-objek di sekitarnya. Kegiatan coba-coba yang dilakukannya mulai bisa mengubah gerak-geriknya untuk mencapai suatu tujuan yang lebih jelas. Tahap ini menandai titik awal perkembangan keingintahuan dan minat pada sesuatu yang baru
The first symbol
  18 – 24
Fungsi mental bayi berubah dari suatu taraf sensoris-motorik murni menjadi taraf simbolis, dan bayi mulai mengembangkan kemampuan untuk menggunakan simbol-simbol primitif.
SUMBER : Seifert dan Hoffnung (1994)

       Di dalam subtahap tertentu, kemungkinan terdapat skema yang berbeda. Misalnya pada sub tahap 1, terdapat skema menghisap, mencari dan mengedipkan mata. Pada dasarnya, skema pada subtahap 1 ini lebih bersifat reflektif. Dari subtahap ke subtahap berikutnya, skema yang terbentuk berubah. Perubahan inilah yang menjadi inti dari tahap-tahap pemikiran Piaget (Santrock, 1998).

b. Perkembangan kognitif menurut pandangan Kontemporer
       Selama bertahun-tahun teori Piaget tentang perkembangan kognitif sangat disangjung dan dikenal secara luas. Gagasan-gagasan Piaget sangat menarik bagi banyak orang, sebab ia merupakan inti dari perkembangan. Beratus-ratus teori juga membuktikan bahwa mayoritas bayi berperilaku sebagaimana digambarkan Piaget.
     Akan tetapi belakangan ini muncul pemahaman baru tentang perkembangan kognitif bayi. Dengan menggunakan teknik-teknik eksperimental yang sangat maju, telah lahir sejumlah hasil penelitian baru tentang perkembangan kognitif bayi dan di antara hasil penelitian baru tersebut merekomendasikan agar teori perkembangan sensoris-motorik Piaget dimodifikasi secara mendasar.
       Menurut Santrock (1998), dewasa ini teori perkembangan sensoris-motorik Piaget telah disanggah dari dua sumber. Pertama, penelitian dalam bidang perkembangan persepsi bayi menunjukkan bahwa bayi telah membentuk suatu dunia persepsi yang stabil dan berbeda jauh lebih awal daripada yang dibayangkan oleh Piaget. Kedua, para peneliti baru-baru initelah menemukan bahwa memori dan bentuk-bentuk kegiatan simbolis lainnya terjadi pada semester kedua tahun pertama.
            Pandangan-pandangan kontemporer tentang perkembangan kognitif ini kemudian juga mendapat sokongan yang penting dalam para psikologi pemrosesan informasi. Kalau Piaget meyakini bahwa perkembangan kognitif bayi baru tercapai pada pertengahan tahun kedua, maka para pakar psikologi pemrosesan informasi percaya bahwa perkembangan kognitif, seperti kemampuan dalam memberikan perhatian, menciptakan simbolisasi, meniru dan kemampuan konseptual, telah dimiliki bayi lebih awal.

2.  PERKEMBANGAN KOGNITIF MASA ANAK-ANAK AWAL
Seiring dengan meningkatnya kemampuan anak untuk mengeksplorasi lingkungan, karena bertambah besarnya koordinasi dan pengendalian motorik yang disertai dengan meningkatnya kemampuan untuk bertanya dengan berkata-kata yang dimengerti dengan orang lain. Maka dunia kognitif anak berkembang pesat, makin kreatif, bebas dan imajinatif.


Perkembangan Kognitif pada masa anak-anak awal menurut teori Piaget
Sesuai dengan teori kognitif Piaget, maka perkembangan kognitif pada masa awal anak-anak dinamakan tahap praoperasional (praoperational stage), yang berlangsung dari usia 2 hingga 7 tahun. Pada tahap ini konsep stabil dibentuk, penalaran mental muncul, egosentrisme mulai kuat dan kemudian melemah, serta terbentuknya keyakinan terhadap hal yang magis.
Pemikiran praoperasional tidak lain adalah suatu masa tunggu yang singkat bagi pemikiran operasional, sekalipun label “praoperasional” menekankan bahwa anak pada tahap ini belum berpikir secara operasional.
Secara garis besarnya pemikiran praoperasional dapat dibagi ke dalam dua subtahap, yaitu subtahap prakonseptual dan subtahap pemikiran intuitif (Heterington & Parke, 1979; Seifert & Hoffnung, 1994).

            Subtahap Prakonseptual (2 – 4 tahun)
Subtahap prakonseptual disebut juga dengan pemikiran simbolik (symbolic  thuoght), karena karakteristik utama subtahap ini ditandai dengan munculnya simtem-simtem lambang atau simbol, seperti bahasa.Subtahap prakonseptual merupakan subtahap pemikiran praoperasional yang terjadi kira-kira antara usia 2 hingga 4 tahun. Pada subtahap ini anak-anak mengembangkan kemampuan untuk menggambarkan atau membayangkan secara mental suatuy objek yang tidak ada (tidak terlihat) dengan sesuatu yang lain. Misalnya, pisau yang terbuat dari pelastik adalah sesuatu yang nyata mewakili pisau yang sesungguhnya. Kata pisau sendiri bisa mewakili sesuatu yang abstrak, seperti bentuknya atau tajamnya. Demikian pula tulisan “pisau” akan memberikan tanggapan tertentu. Dengan berkembangnya kemampuan mensimbolisasikan ini, maka akan memperluas ruang lingkup aktivitasnya yang menyangkut hal-hal yang sudah lewat, atau hal-hal yang akan datang, atau juga hal-hal yang sekarang.
            Dengan demikian, dalam subtahap prakonseptual, kemunculan fungsi simbolis ditunjukkan dengan perkembangan bahasa yang cepat, permainan imajinatif, dan peningkatan dalam peniruan. Percepatan perkembangan bahasa dalam fase prakonseptual dianggap sebagai hasil perkembangan simbolisasi. Ketika penggunaan simbol bahasa dimulai, maka terjadi peningkatan dalam kemampuan memecahkan masalah dan belajar dari kata-kata lain.

Subtahap Intuitif (4 – 7 tahun)
            Istilah intuitif digunakan untuk menunjukkan subtahap kedua dari pemikiran prakonseptual yang terjadi pada anak dalam periode dari 4 hingga 7 tahun. Dalam subtahap ini, meskipun aktifitas mental tertentu (seperti cara-cara mengelompokkan, mengukur atau menghubungkan objek-objek) terjadi, tetapi anak-anak belum begitu sadar mengenai prinsip-prinsip yang melandasi terbentuknya aktivitas tersebut. Walaupun anak dapat memecahkan masalah yang berhubungan dengan aktivitas ini, namun ia tidak bisa menjelaskan alasan yang tepat untuk pemecahan suatu masalah menurut cara-cara tertentu.
            Jadi, walaupun simbol-simbol anak meningkat kompleks, namun proses penalaran dan pemikirannya masih mempunyai ciri-ciri keterbatasan tertentu. Sebagian dari keterbatasan ini direfleksikan dalam ketidakmampuan anakpraoperasional untuk mengelompokkan berbagai hal berdasarkan dimensi tertentu, seperti mengelompokkan tongkat dari yang terpendek hingga terpanjang. Keterbatasan juga ditemukan dalam menghubungkan bagian dari keseluruhannya.


3.  PERKEMBANGAN KOGNITIF MASA PERTENGAHAN DAN AKHIR ANAK-ANAK
Seiring dengan masuknya anak ke sekolah dasar, maka kemampuan kognitifnya turut mengalami perkembangan yang pesat, karena dengan masuk sekolah, berarti dunia minat anak bertambah luas, dan dengan meluasnya minat maka bertambah pula pengertian tentang manusia dan objek-objek yang sebelumnya kurang berarti bagi anak. Dalam keadaan normal, pikiran anak usia sekolah berkembang secara berangsur-angsur. Kalau pada masa sebelumnya daya pikir anak masih bersifat imajinatif dan egosentris, maka pada usia dasar ini daya piker anak berkembang kea rah berfikir konkrit, rasional dan objektif. Daya ingatnya menjadi sangat kuat, sehingga anak benar-benar berada dalam suatu stadium belajar.
Perkembangan kognitif masa pertengahan dan akhir anak-anak menurut teori piaget
Menurut teori kognitif piaget, pemikiran anak-anak usia sekolah dasar disebut pemikiran operasional konkrit (concrete operational thought). Menurut piaget, operasi adalah hubungan-hubungan logis di antara konsep-konsep atau skema-skema. Sedangkan operasi konkrit adalah aktivitas mental yang difokuskan pada objek-objek dan peristiwa-peristiwa nyata atau konkrit dapat diukur.
Pada masa ini anak sudah mengembangkan pikiran logis. Ia mulai mampu memahami operasi sejumlah konsep, seperti 5 x 6 = 30; 30 : 6 = 5(Johnson & medinnus, 1974). Dalam upaya memahami alam sekitarnya, mereka tidak lagi terlalu mengandalkan informasi yang bersumber dari pancaindera, karena ia mulai mempunyai kemampuan untuk membedakan sementara dengan yang bersifat menetap. Misalnya, mereka akan tahu bahwa air dalam gelas besar pendek dipindahkan ke dalam gelas yang kecil tinggi, jumlahnya akan tetep sama karena tidak satu tetes pun tumpah. Hal ini adalah karena mereka tidak lagi mengandalkan persepsi penglihatannya, melainkan sudah mampu menggunakan logikanya. Mereka dapat mengukur, menimbang, dan menghitung jumlahnya, sehingga perbedaan yang nyata tidak ‘’membodohkan’’ mereka.
4.  PERKEMBANGAN KOGNITIF MASA REMAJA
Masa remaja adalah suatu periode kehidupan di mana kapasitas untuk memperoleh dan menggunakan pengetahuan secara efisien mencapai puncaknya (Mussen,Conger dan Kagan, 1969). Hal ini karena selama periode remaja ini, proses pertumbuhan otak mencapai kesempurnaan. Sistem saraf yang berfungsi memproses informasi berkembang dengan cepat. Di samping itu, pada masa remaja ini juga terjadi reorganisasi lingkaran saraf  prontal lobe (belahan otak bagian depan sampai pada belahan atau celah sentral).
                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                  
5.  PERKEMBANGAN KOGNITIF MASA DEWASA DAN TUA
          Salah satu pertanyaan yang paling banyak menimbulkan kontroversial dalam studi tentang perkembangan rentang hidup manusia adalah apakah kemampuan kognitif orang dewasa, seperti memori, kreativitas, inteligensi, dan kemampuan belajar, paralel dengan penurunan kemampuan fisik? Pada umumnya orang percaya bahwa proses kognitif-belajar, memori dan inteligensi-mengalami kemerosotan bersamaan dengan terus bertambahnya usia. Bahkan kesimpulan bahwa usia terkait dengan penurunan proses kognitif ini juga tercermin dalam masyarakat ilmiah. Akan tetapi, belakangan sejumlah hasil penelitian menunjukkan bahwa kepercayaan tentang terjadinya kemerosotan proses kognitif bersamaan dengan penurunan kemampuan fisik, sebenarnya hanyalah salah satu stereotip  budaya yang meresap dalam diri kita.

C. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN KOGNITIF
       Mengenai faktor yang mempengaruhi perkembangan intelektual individu ini terjadi perbedaan pendapat di antara para penganut psikologi. Kelompok psikometrika radikal berpendapat bahwa perkembangan intelektual individu sekitar 90 % ditentukan oleh faktor hereditas dan pengaruh lingkungan termasuk di dalamnya pendidikan hanya memberikan kontribusi sekitar 10 % saja. Kelompok ini memberikan bukti bahwa individu yang memiliki hereditas intelektual unggul, pengembangannya sangat mudah meskipun dengan intervensi lingkungan yang tidak maksimal. Adapun individu yang hereditas intelektual rendah seringkali intervensi lingkungan sulit dilakukan meskipun sudah secara maksimal.
      Sebalinya, kelompok penganut pedagogis radikal amat yakin bahwa intervensi lingkungan, termasuk pendidikanjustru memberikan andil sekitar 80 – 85 %, sedangkan hereditas hanya memberikan kontribusi 15 – 20 % terhadap perkembangan individu. Syaratnya adalah memberikan kesempatan rentang waktu yang cukup bagi individu untuk mengembangkan intelektualnya secara maksimal.
         Tanpa mempertentangkan kedua kelompok radikal itu, perkembangan intelektual sebenarnya dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu hereditas dan lingkungan. Pengaruh kedua faktor itu pada kenyataannya tidak terpisah secara sendiri-sendiri melainkan seringkali merupakan  resultan dari interaksi keduanya.
       Untuk mencari titik temu perbedaan yang menyolok di antara pandangan tersebut, maka para ahli kemudian memadukan keduanya, sehingga terjadilah interaksi. Perpaduan antara faktor genetis maupun faktor lingkungan menyatakan bahwa perkembangan seseorang tidak akan maksimal kalau hanya mengandalkan salh satu faktor pengaruh saja. Karena itu, keduanya harus dipersatukan demi mengupayakan maksimalisasi perkembangan seseorang. Dengan demikian, faktor genetis harus ditopang dengan faktor lingkungan atau sebaliknya.
       Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif dapat
dijelaskan antara lain sebagai berikut :

1.    Faktor Hereditas/Keturunan

Teori hereditas atau nativisme pertama kali dipelopori oleh seorang ahli filsafat. Dia berpendapat bahwa manusia lahir sudah membawa potensi-potensi tertentu yang tidak dapat dipengaruhi lingkungan. Berdasarkan teorinya, taraf intelegensi sudah ditentukan sejak anak dilahirkan. Secara potensialanak telah membawa kemungkinan apakah akan menjadi kemampuan berpikir setaraf normal, di atas normal, atau di bawah normal. Namun potensi ini tidak akan berkembang atau terwujud secara optimal apabila lingkungan tidak memberi kesempatan untuk berkembang. Oleh karena itu, peranan lingkungan sangat menentukan
perkembangan intelektual anak.

2.    Faktor Lingkungan

Lingkungan memiliki peran besar bagi perubahan yang positif atau negatif pada individu. Hal ini tergantung bagaimana karakteristik lingkungan itu sendiri. Lingkungan yang baik tentu membawa pengaruh positif bagi individu, sebaliknya lingkungan yang kurang baik, rusak, buruk cenderung memperburuk perkembangan individu. Teori lingkungan atau empirisme dipelopori oleh Jhon Locke. Dia berpendapat bahwa manusia dilahirkan sebenarnya suci atau tabularasa. Menurut pendapatnya, perkembangan manusia sangatlah ditentukan oleh lingkungannya. Berdasarkan pendapat Jhon Locke tersebut perkembangan taraf intelegensi sangatlah ditentukan oleh pengalaman dan pengetahuan yang diperolehnya dari lingkungan hidupnya.
      

                    Ada dua unsur lingkungan yang sangat penting peranannya dalam mempengaruhi perkembangan intelek anak, yaitu keluarga dan sekolah.
a.      Keluarga

         Intervensi yang paling penting dilakukan oleh keluarga atau orang tua adalah memberikan pengalaman pada anak dalam berbagai bidang kehidupan sehinggan anak memiliki informasi yang sangat banyak yang merupakan alat bagi anak untuk berpikir. Cara-cara yang digunakan misalnya memberikan kesempatan kepada anak untuk merealisasikan ide-idenya, menghargai ide-ide tersebut, memuaskan dorongan keingintahuan anak dengan jalan seperti menyediakan bacaan, alat-alat keterampilan, dan alat-alat yang dapat mengembangkan daya kreativitas anak.

b.      Sekolah
         Sekolah adalah lembanga formal yang diberi tanggung jawab untuk meningkankan perkembangan anak. Dalam hal ini, guru hendaknya menyadari bahwa perkembangan intelektual anak terletak ditangannya. Beberapa cara di antaranya adalah sebagai berikut.
1.      Menciptakan interaksi atau hubungan yang akrab dengan peserta didik. Dengan hubungan yang akrab tersebut, secara psikologis peserta didik akan merasa aman sehingga segala masalah yang dialaminya secara bebas dapat dikonsultasikan dengan mereka.
2.      Memberika kesempatan pada peserta didik untuk berdialog dengan orang-orang ahli dan berpengalaman dalam bidang ilmu pengetahuan, sangan menunjang perkembangan intelektual anak.
3.      Menjaga dan meningkatkan pertumbunhan fisik anak, baik melalui kegiatan olahraga maupun menyediakan gizi yang cukup, sangat penting bagi perkembangan berpikir peserta didik.
4.      Meningkatkan kemampuan berbahasa peserta didik, baik melalui media cetak maupun dengan menyediakan situasi yang memungkinkan para peserta didik berpendapat atau mengemukakan ide-idenya. Hal ini sangat besar pengaruhnya bagi perkembangan intelektual peserta didik.

DAFTAR PUSTAKA
Ali dan Asrori. 2012. Psikologi Remaja (Perkembangan Peserta Didik).
                      Bandung : PT. Bumi Aksara

Dariyo, Agoes. 2007. Psikologi Perkembangan Anak Tiga Tahun Pertama.
                      Jakarta : PT. Refika Aditama

Desmita.2008. Psikologi Perkembangan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Desmita.2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung :
                      PT. Remaja Rosdakarya