Tuesday, 5 April 2011

Landasan dan Asas Pendidikan

A.    LANDASAN FILOSOFI PENDIDIKAN


Ditinjau dari sudut pandang fisafat, kualitas ilmu pendidikan pada umumnya tersusun atas tiga lapis, yaitu lapisan abstrak, potensial-teoritis, dan lapisan konkret-praktis. Dasar lapisan ini adalah realitas keberadaan setiap benda atau hal yang ada. Manusia misalnya, pada lapisan abstrak mencakup semua jenis, sifat, bentuk, dan wujud manusia yang berbeda dimana saja dan kapan saja. Adapun lapisan potensial teoritis berupa jenis bentuk dan wujud yang berbeda, tetapi satu dalam karakter. Sedangkan pada lapisan kongkret lebih menunjuk pada lapisan kongkret lebih menunjuk pada perwujudannya sebagai manusia individual.


1. Lapisan abstrak
Pada lapisan abstrak, ilmu pengetahuan itu bersifat universal dan jumlahnya hanya ada satu. Karena abstrak, ilmu pengetahuan tidak terikat oleh ruang dan waktu tertentu, karena itu bersifat tetap dan tidak mengalami perubahan. Karena universal, maka meliputi segala macam jenis, bentuk, dan sifat ilmu pengetahuan, serta menjadi sumber dari segala macam jenis ilmu pengetahuan.

2. Lapisan potensial teoritis
Pada lapisan ini ilmu pengetahuan bersifat khusus menurut jenis, bentuk, dan sifat objeknya. Karena jenis, bentuk, dan sifatnya berbeda, maka teori ilmu pengetahuan sosial budaya berbeda dengan ilmu pengetahuan alam. Manusia dan masyarakatnya, sebagai objek ilmu sosial budaya, bersifat labil. Sedangkan benda-benda alam, sebagai objek ilmu pengetahuan alam, cenderung bersifat stabil. Dari kedua sifat objek yang berbeda, tidak mungkin keduanya berada dalam kesamaan teori.

3. Lapisan kongkret-praktis
Dalam lapisan kongkret-praktis, ilmu pengetahuan menjadi kongkret dan plural menurut jenis, bentuk, dan sifat objek tertentu. Pada tingkat teoritis, ilmu pengetahuan sosial dalam jenis apapun mempunyai kesamaan objek yaitu masyarakat. Tetapi pada tingkat praktis, sesama ilmu pengetahua sosial objek antropologi berbeda dengan ilmu pendidikan. Kalau antropologi menekankan pada nilai-nilai budaya yang terkandung dalam kehidupan masyarakat, maka ilmu pendidikan menekankan pada masalah bagaimana nilai-nilai itu ditumbuh kembangkan. Pada tingkat praktis, setiap objek khusus tertentu cenderung berpotensi menjadi suatu bidang studi.
Struktur lapisan abstrak, potensial-teoritis, dan kongkret-praktis ilmu pengetahuan tersebut sering dipopulerkan dengan spek-aspek ontologis, epistomologis, dan etika. Aspek ontologis mempersoalkan tentang hakekat adanya sesuatu. Hakikat adalah sifat umum universal yang ada dalam diri sesuatu hal. Aspek epistomologis mempersoalkan tentang potensi-potensi teoritis yang terkandung didalam suatu hal. Sedangkan aspek etika mempersoalkan tentang nilai-nilai moral yang terkandung didalam diri suatu hal.

• Ontologis
Ontologis adalah bidang studi meta fisis yang mempersoalkan hakikat keberadaan ilmu pengetahuan. Jika diterapkan terhadap pendidikan, ia akan menjadi bidang antologi pendidikan dengan mempersoalkan secara khusus mengenai hakikat pendidikan pada taraf abstrak dan universal.

• Epistemologi
epistomologi adalah bidang filsafat aksiologi-teoritis dengan persoalan pokok tentang nilai kebenaran dan bagaimana upaya memperolehnya. Jika diterapkan terhadap pendidikan, ia akan menjadi epistomologi pendidikan dengan persoalan khususnya adalah tentang nilai kebenaran pendidikan dan bagaimana penyelenggara pendidikan sehingga mendapatkan pendidikan yang benar

• Etika
Etika adalah bidang filsafat praktis dengan persoalan khas tentang nilai moral (kebaikan), berupa tingkah laku yang baik. Jika diterapkan pada pendidikan, ia akan menjadi etika pendidikan dengan persoalan khas tentang pemberdayaan nilai-nilai moral kedalam tingkah laku yang baik menurut ukuran pendidikan (educated behavior)
Menurut Endang Saifuddin (1987 ; 96) terdapat banyak aliran-aliran penting dalam etika, minimal ada enam aliran :
 Aliran Etika Naturalisme ialah aliran yang beranggapan bahwa kebahagian manusia itu didapatkan dengan menurutkan panggilan natura (fitrah) kejadian manusia itu sendiri.v
 Aliran Etika Hedonisme ialah aliran yang berpendapat bahwa perbuatan susila itu ialah perbuatan yang menimbulkan hedone (kenikmatan dan kelezatan).v
 Aliran Etika Utilitarianisme ialah aliran yang menilai baik dan buruknya perbuatan manusia itu ditinjau dari kecil dan besarnya manfaat bagi manusia (utility : manfaat).v
 Aliran Etika idealisme ialah aliran yang berpendirian bahwa perbuatan manusia janganlah terikat pada sebab-musabab lahir, tetapi haruslah berdasarkan pada prinsip kerohanian (idea) yang lebih tinggi.v
 aliran Etika Vitalisme ialah yang menilai baik buruknya perbuatan manusia itu sebagai ukuran ada tidak adanya daya hidup (vital) yang maksimum mengendalikan perbuatan itu.v
 Aliran Etika Theologis ialah aliran yang berkeyakinan bahwa ukuran baik dan buruknya perbuatan manusia itu dinilai dengan sesuai dan tidak sesuainya dengan perintah Tuhan (Theos = Tuhan).v

Berdasarkan uraian tersebut diatas dari ke enam aliran tentang etika yang paling mendasari dalam kehidupan manusia di dunia ini adalah etika Theologis, karena manusia sebagai makhluk ciptaan Allah harus yakin bahwa kehidupan di dunia ini merupakan kehidupan sementara dan akan mengalami suatu kehidupan yang kekal dan abadi di akhirat kelak. Apabila melihat jumlah penduduk Indonesia adalah suatu bangsa yang menganut Agama Islam sebanyak 90% lebih, ini memberikan suatu jaminan bahwa pola hidup bangsa Indonesia adalah suatu bangsa yang Islami dengan tata nilai-moral-norma yang Islami pula.

B.     ASAS PENDIDIKAN


Menurut Ki Hadjar Dewantara ada lima asas dalam pendidikan yaitu : Asas kemerdekaan ; Memberikan kemerdekaan kepada anak didik, tetapi bukan kebebasan yang leluasa, terbuka (semau gue), melainkan kebebasan yang dituntun oleh kodrat alam, baik dalam kehidupan individu maupun sebagai anggota masyarakat.

 Asas Kodrat Alam ; Pada dasarnya manusia itu sebagai makhluk yang menjadi satu dengan kodrat alam, tidak dapat lepas dari aturan main (Sunatullah), tiap orang diberi keleluasaan, dibiarkan, dibimbing untuk berkembang secara wajar menurut kodratnya.§

 Asas Kebudayaan ; Berakar dari kebuda§yaan bangsa, namun mengikuti kebudyaan luar yang telah maju sesuai dengan jaman. Kemajuan dunia terus diikuti, namun kebudayaan sendiri tetap menjadi acauan utama (jati diri).

 Asas Kabangsaan ; Membina kesatuan kebangsaan, perasaan satu dalam suka dan duka, perjuangan bangsa, dengan tetap menghargai bangsa lain, menciptakan keserasian dengan bangsa lain.§

 Asas kemanusiaan ; Mendidik anak menjadi manusia yang manusiawi sesuai dengan kodratnya sebagai makhluk Tuhan.§
Berdasarkan uraian tersebut diatas bahwa lima asas pendidikan dari Ki Hadjar Dewantara harus menjadi asas-asas Pendidikan Umum, karena pada dasarnya memperlakukan manusia yang manusiawi terkandung dalam kelima asas tersebut. Bagaimana kita menghargai individu dalam hubungannya dengan asas kemerdekaan, bagaimana kita memperlakukan alam dalam konteks kebutuhan hidup manusia, bagaimana peran kebudayaan terhadap manusianya sebagai warna kultur yang membentuk pribadi dan watak suatu masyarakat atau bangsa, bagaimana konsep kebersamaan kebangsaan dan perjuangan bangsa menimbulkan suatu sikap saling memiliki, dan bagaimana asas kemanusiaan sebagai bentuk pengakuan bahwa tidak ada perbedaan pada tingkat/tatanan manusia sebagai makhluk Allah, tidak mengenal pangkat, kedudukan, status sosial ekonomi dan sebagainya, dan yang membedakan adalah hanya keimanan dan ketaqwaan di hadapan Allah