A.
LANDASAN FILOSOFI
PENDIDIKAN
Ditinjau dari sudut pandang fisafat, kualitas ilmu
pendidikan pada umumnya tersusun atas tiga lapis, yaitu lapisan abstrak,
potensial-teoritis, dan lapisan konkret-praktis. Dasar lapisan ini adalah
realitas keberadaan setiap benda atau hal yang ada. Manusia misalnya, pada
lapisan abstrak mencakup semua jenis, sifat, bentuk, dan wujud manusia yang
berbeda dimana saja dan kapan saja. Adapun lapisan potensial teoritis berupa
jenis bentuk dan wujud yang berbeda, tetapi satu dalam karakter. Sedangkan pada
lapisan kongkret lebih menunjuk pada lapisan kongkret lebih menunjuk pada
perwujudannya sebagai manusia individual.
1. Lapisan abstrak
Pada lapisan abstrak, ilmu pengetahuan itu bersifat
universal dan jumlahnya hanya ada satu. Karena abstrak, ilmu pengetahuan tidak
terikat oleh ruang dan waktu tertentu, karena itu bersifat tetap dan tidak
mengalami perubahan. Karena universal, maka meliputi segala macam jenis,
bentuk, dan sifat ilmu pengetahuan, serta menjadi sumber dari segala macam
jenis ilmu pengetahuan.
2. Lapisan potensial teoritis
Pada lapisan ini ilmu pengetahuan bersifat khusus menurut
jenis, bentuk, dan sifat objeknya. Karena jenis, bentuk, dan sifatnya berbeda,
maka teori ilmu pengetahuan sosial budaya berbeda dengan ilmu pengetahuan alam.
Manusia dan masyarakatnya, sebagai objek ilmu sosial budaya, bersifat labil.
Sedangkan benda-benda alam, sebagai objek ilmu pengetahuan alam, cenderung
bersifat stabil. Dari kedua sifat objek yang berbeda, tidak mungkin keduanya
berada dalam kesamaan teori.
3. Lapisan kongkret-praktis
Dalam lapisan kongkret-praktis, ilmu pengetahuan menjadi
kongkret dan plural menurut jenis, bentuk, dan sifat objek tertentu. Pada
tingkat teoritis, ilmu pengetahuan sosial dalam jenis apapun mempunyai kesamaan
objek yaitu masyarakat. Tetapi pada tingkat praktis, sesama ilmu pengetahua
sosial objek antropologi berbeda dengan ilmu pendidikan. Kalau antropologi
menekankan pada nilai-nilai budaya yang terkandung dalam kehidupan masyarakat,
maka ilmu pendidikan menekankan pada masalah bagaimana nilai-nilai itu ditumbuh
kembangkan. Pada tingkat praktis, setiap objek khusus tertentu cenderung
berpotensi menjadi suatu bidang studi.
Struktur lapisan abstrak, potensial-teoritis, dan
kongkret-praktis ilmu pengetahuan tersebut sering dipopulerkan dengan
spek-aspek ontologis, epistomologis, dan etika. Aspek ontologis mempersoalkan
tentang hakekat adanya sesuatu. Hakikat adalah sifat umum universal yang ada
dalam diri sesuatu hal. Aspek epistomologis mempersoalkan tentang
potensi-potensi teoritis yang terkandung didalam suatu hal. Sedangkan aspek
etika mempersoalkan tentang nilai-nilai moral yang terkandung didalam diri
suatu hal.
• Ontologis
Ontologis adalah bidang studi meta fisis yang mempersoalkan
hakikat keberadaan ilmu pengetahuan. Jika diterapkan terhadap pendidikan, ia
akan menjadi bidang antologi pendidikan dengan mempersoalkan secara khusus
mengenai hakikat pendidikan pada taraf abstrak dan universal.
• Epistemologi
epistomologi adalah bidang filsafat aksiologi-teoritis
dengan persoalan pokok tentang nilai kebenaran dan bagaimana upaya
memperolehnya. Jika diterapkan terhadap pendidikan, ia akan menjadi
epistomologi pendidikan dengan persoalan khususnya adalah tentang nilai
kebenaran pendidikan dan bagaimana penyelenggara pendidikan sehingga mendapatkan
pendidikan yang benar
• Etika
Etika adalah bidang filsafat praktis dengan persoalan khas
tentang nilai moral (kebaikan), berupa tingkah laku yang baik. Jika diterapkan
pada pendidikan, ia akan menjadi etika pendidikan dengan persoalan khas tentang
pemberdayaan nilai-nilai moral kedalam tingkah laku yang baik menurut ukuran
pendidikan (educated behavior)
Menurut Endang Saifuddin (1987 ; 96) terdapat banyak
aliran-aliran penting dalam etika, minimal ada enam aliran :
Aliran Etika
Naturalisme ialah aliran yang beranggapan bahwa kebahagian manusia itu
didapatkan dengan menurutkan panggilan natura (fitrah) kejadian manusia itu
sendiri.v
Aliran Etika
Hedonisme ialah aliran yang berpendapat bahwa perbuatan susila itu ialah
perbuatan yang menimbulkan hedone (kenikmatan dan kelezatan).v
Aliran Etika
Utilitarianisme ialah aliran yang menilai baik dan buruknya perbuatan manusia
itu ditinjau dari kecil dan besarnya manfaat bagi manusia (utility : manfaat).v
Aliran Etika idealisme
ialah aliran yang berpendirian bahwa perbuatan manusia janganlah terikat pada
sebab-musabab lahir, tetapi haruslah berdasarkan pada prinsip kerohanian (idea)
yang lebih tinggi.v
aliran Etika
Vitalisme ialah yang menilai baik buruknya perbuatan manusia itu sebagai ukuran
ada tidak adanya daya hidup (vital) yang maksimum mengendalikan perbuatan itu.v
Aliran Etika
Theologis ialah aliran yang berkeyakinan bahwa ukuran baik dan buruknya
perbuatan manusia itu dinilai dengan sesuai dan tidak sesuainya dengan perintah
Tuhan (Theos = Tuhan).v
Berdasarkan uraian tersebut diatas dari ke enam aliran
tentang etika yang paling mendasari dalam kehidupan manusia di dunia ini adalah
etika Theologis, karena manusia sebagai makhluk ciptaan Allah harus yakin bahwa
kehidupan di dunia ini merupakan kehidupan sementara dan akan mengalami suatu
kehidupan yang kekal dan abadi di akhirat kelak. Apabila melihat jumlah
penduduk Indonesia adalah suatu bangsa yang menganut Agama Islam sebanyak 90%
lebih, ini memberikan suatu jaminan bahwa pola hidup bangsa Indonesia adalah
suatu bangsa yang Islami dengan tata nilai-moral-norma yang Islami pula.
B.
ASAS PENDIDIKAN
Menurut Ki Hadjar Dewantara ada lima asas dalam pendidikan
yaitu : Asas kemerdekaan ; Memberikan kemerdekaan kepada anak didik, tetapi
bukan kebebasan yang leluasa, terbuka (semau gue), melainkan kebebasan yang
dituntun oleh kodrat alam, baik dalam kehidupan individu maupun sebagai anggota
masyarakat.
Asas Kodrat Alam ;
Pada dasarnya manusia itu sebagai makhluk yang menjadi satu dengan kodrat alam,
tidak dapat lepas dari aturan main (Sunatullah), tiap orang diberi keleluasaan,
dibiarkan, dibimbing untuk berkembang secara wajar menurut kodratnya.§
Asas Kebudayaan ;
Berakar dari kebuda§yaan
bangsa, namun mengikuti kebudyaan luar yang telah maju sesuai dengan jaman.
Kemajuan dunia terus diikuti, namun kebudayaan sendiri tetap menjadi acauan
utama (jati diri).
Asas Kabangsaan ;
Membina kesatuan kebangsaan, perasaan satu dalam suka dan duka, perjuangan
bangsa, dengan tetap menghargai bangsa lain, menciptakan keserasian dengan
bangsa lain.§
Asas kemanusiaan ;
Mendidik anak menjadi manusia yang manusiawi sesuai dengan kodratnya sebagai
makhluk Tuhan.§
Berdasarkan uraian tersebut diatas bahwa lima asas
pendidikan dari Ki Hadjar Dewantara harus menjadi asas-asas Pendidikan Umum,
karena pada dasarnya memperlakukan manusia yang manusiawi terkandung dalam
kelima asas tersebut. Bagaimana kita menghargai individu dalam hubungannya
dengan asas kemerdekaan, bagaimana kita memperlakukan alam dalam konteks
kebutuhan hidup manusia, bagaimana peran kebudayaan terhadap manusianya sebagai
warna kultur yang membentuk pribadi dan watak suatu masyarakat atau bangsa, bagaimana
konsep kebersamaan kebangsaan dan perjuangan bangsa menimbulkan suatu sikap
saling memiliki, dan bagaimana asas kemanusiaan sebagai bentuk pengakuan bahwa
tidak ada perbedaan pada tingkat/tatanan manusia sebagai makhluk Allah, tidak
mengenal pangkat, kedudukan, status sosial ekonomi dan sebagainya, dan yang
membedakan adalah hanya keimanan dan ketaqwaan di hadapan Allah