Friday 30 November 2012

KONSEP DASAR PERKEMBANGAN



A.      DEFINISI  PERKEMBANGAN DAN PERTUMBUHAN
1.       Pertumbuhan
Pertumbuhan (growth) Sendiri sebenarnya merupakan sebuah istilah yang lazim digunakan dalam biologi. Sehingga pengertiannya lebih bersifat biologis,. C.P. Chaplin (2002) mengartikan pertumbuhan sebagai : satu penambahan atau kenaikan dalam ukuran dari bagian-bagian tubuh atau dari organisme sebagai suatu keseluruhan. Menurut A. E. Sinolungan, (1997), pertumbuhan menunjuk pada perubahan kuantitatif, yaitu yang dapat di hitung atau diukur, seperti panjang atau berat tubuh. Sedangkan Ahmad Thonthowi (1993), mengartikan pertumbuhan sebagai perubahan jasad yang meningkat dalam ukuran (size) sebagai akibat dari adanya perbanyakan ( multiplication) sel-sel.
Pertumbuhan yang terjadi sebagai perubahan individu lebih mengacu dan menekankan pada aspek perubahan fisik ke arah lebih maju. Dengan kata lain, istilah pertumbuhan dapat didefinisikan sebagai proses perubahan fisiologis yang bersifat progresif dan kontinu serta berlangsung dalam periode tertentu. Oleh karena itu, sebagai hasil dari pertumbuhan adalah bertambahnya berat, panjang atau tinggi badan, tulang dan otot-otot menjadi lebih kuat, lingkar tubuh menjadi lebih besar, dan organ tubuh menjadi lebih sempurna. Pada akhirnya pertumbuhan ini mencapai titik akhir, yang berarti bahwa pertumbuhan telah selesai. Bahkan pada usia tertentu, misalnya usia lanjut, justru ada bagian-bagian fisik tertentu yang mengalami penurunan dan pengurangan.
Tumbuh adalah berbeda dengan berkembang. Pribadi yang tumbuh mengandung arti yang berbeda dengan pribadi yang berkembang. Oleh karena itu, dibedakan antara pertumbuhan dan perkembangan. Dalam pribadi manusia, baik yang jasmaniah maupun rohaniah, terdapat dua bagian yang berbeda sebagai kondisi yang menjadikan pribadi manusia berubah menuju arah kesempurnaan. Adapun dua bgian kondisional pribadi manusia itu meliputi :
1)       Bagian pribadi material yang kuantitatif
2)       Bagian pribadi fungsional yang kualitatif
Kenyataan itulah yang melahirkan perbedaan konsep antara pertumbuhan dan perkembangan.
Bagian pribadi material yang kuantitatif mengalami pertumbuhan, sedangkan bagian pribadi fungsional yang kualitatif mengalami perkembangan. Uraian ini kiranya cukup memberikan bayangan tentang perbedaan pengertian antara pertumbuhan dan perkembangan. Terlebih dahulu, uraian berikut ini adalah mengenai pertumbuhan pribadi manusia.
Pertumbuhan dapat diartikan sebagai perubahan kuantitatif pada material sesuatu sebagai akibat dari adanya pengaruh lingkungan. Perubahan kuantitatif ini dapat berupa pembesaran atau penambahan dari tidak ada menjadi ada, dari kecil menjadi besar, dari sedikit menjadi banyak, dari sempit menjadi luas, dan sebagainya. Ini tidak berarti, bahwa pertumbuhan itu hanya berlaku pada hal-hal yang besifat kuantitatif, karena tidak selamanya material itu kuantitatif . material dapat terdiri dari bahan-bahan kuantitatif seperti misalnya atom, sel, kromosom, rambut, molekul, dan lain-lain, dapat pula material terdiri dari bahan-bahan kualitatif seperti misalnya kesan, keinginan, ide, gagasan, pengetahuan, nilai, dan lain-lain. Jadi, material itu dapat terdiri dari kualitas ataupun kuantitas. Kenyataan inilah yang barangkaali membuat orang mengalami kesulitan dalam membedakan antara pertumbuhan dan perkembangan. Salah satu kelengahan orang adalah yang menyebut pertumbuhan material kualitatif sebagai perkembangan.
Dari uraian diatas dapatlah kita merumuskan arti pertumbuhan pribadi sebagai perubahan kuantitatif pada material pribadi sebagai akibat dari adanya pengaruh lingkungan . material pribadi seperti sel, kromosom, butir darah, rambut, lemak, tulang adalah tidak dapat dikatakan berkembang, melainkan bertumbuh. Begitu juga material pribadi seperti : kesan, keinginan, ide, pengetahuan, nilai, selama tidak dihubungkan dengan fungsinya tidak dapat dikatakan berkembang, melainkan bertumbuh.
Dari beberapa pengertian di atas dapat di pahami bahwa istilah pertumbuhan dalam konteks perkembangan merujuk perubahan –perubahan yang bersifat kuantitatif, yaitu peningkatan dalam ukuran dan struktur, seperti pertumbuhan badan, pertumbuhan kaki , kepala, jantung, paru-paru, dan sebagainya. Dengan demikian , tidak dapat jika kita misalnya mengatakan pertumbuhan ingatan, pertumbuhan berfikir, pertumbuhan kecerdasan, dan sebagainya, sebab kesemuanya merupakan, perubahan fungsi-fungsi rohaniah. Demikan juga tidak tepat kalau di katakan pertumbuhan kemampuan berjalan, pertumbuhan menulis, pertumbuhan penginderaan, dan sebagainya, sebab kesemuanya merupakan perkembangan fungsi-fungsi jasmaniah. Pertumbuhan fisik bersifat meningkat, menetap dan kemudian mengalami kemunduran sejalan dengan bertambahnya usia. Ini berarti bahwa pertumbuhan fisik ada puncaknya. Sesudah suatu masa tertentu, fisik mulai mengalami kemunduran dan berakhir pada keruntuhan di hari tua, di mana kekuatan dan kesehatannya berkurang, pancaindra, menjadi lemah atau lumpuh sama sekali.Berbeda halnya dengan perkembangan aspek mental  atau psikis yng relatif berkelanjutan , sepanjang individu yang bersangkutan tetap memeliharanya.
Dengan demikian , istilah “pertumbuhan” lebih cenderung menujuk pada kemajuan fisik atau pertumbuhan tubuh yang melaju sampai pada suatu titik optimum dan kemudian menurun menuju pada keruntuhannya. Sedangkan istilah “perkembangan” lebih menunjuk pada kemajuan mental atau perkembangan rohani yang melaju terus sampai akhir hayat. Perkembangan rohani tidak terhambat walaupun keadaan jasmani sudah sampai pada puncak pertumbuhannya, definisi perkembangan akan dijelaskan pada poin berikutnya. Meskipun terdapat perbedaan penekanan dari kedua istilah tersebut, tetapi dalam literatur psikologi perkembangan istilah “pertumbuhan” digunakan dalam pengertian yang sama dengan perkembangan . Bahkan menurut Witherington (1986). “pertumbuhan dan pengertiannya yang luas meliputi perkembangan “.
2.       Perkembangan
Secara sederhana, Seifert  & Hoffnung (1994) mendefenisikan perkembangan sebagai “long-term changes in a person’s growth , feelings, patterns of thingking, social relationships, and motor skills.”  Sementara itu, Chaplin (2002) mengartikan perkembangan sebagai :
·         Perubahan yang berkesinambungan dan progresif dalam organisme, dari lahir sampai mati.
·         Pertumbuhan.
·         Perubahan dalam bentuk dan dalam integrasi dari bagian-bagian jasmaniah ke dalam bagian-bagian fungsional.
·         Kedewasaan atau kemunculan pola-pola asasi dari tingkah laku yang tidak dipelajari.
Menurut Reni Akbar Hawadi  (2001) “perkembangan secara luas menunjuk pada keseluruhan proses perubahan dari potensi yang dimiliki individu dan tampil dalam kualitas kemampuan,  sifat dan ciri-ciri yang baru.  Di dalam istilah perkembangan juga tercakup konsep usia, yang diawali dari saat pembuahan dan berakhir dengan kematian”.
Menurut F.J. Monks, dkk., (2001), pengertian perkembangan merujuk pada “suatu proses ke arah yang lebih sempurna dan tidak begitu saja dapat diulang kembali. Perkembangan menunjuk pada perubahan yang bersifat tetap dan tidak dapat di putar kembali”. Perkembangan juga dapat di artikan sebagai “proses yang kekal dan tetap yang menuju ke arah suatu organisasi pada tingkat integrasi yang lebih tinggi, berdasarkan pertumbuhan, kematangan, dan hasil belajar”.
Santrok (1996) menjelaskan pengertian perkembangan sebagai berikut :
“ Development is the pattern of change that begins at conception and continues through the life span. Most depolepment involves growth, although it includes decay (as in death and dying). The pattern of movement is complex because it is product of several processes – biological . cognitive and socioemotional.”
Adapun menurut Werner (1975), perkembangan adalah proses yang sesuai dengan prinsip orthogenetis, yaitu perkembangan berlangsung dari keadaan global dan kurang berdiferensiasi sampai pada keadaan diferensiasi , artikulasi, dan integrasi meningkat secara bertahap. Proses diferensiasi itu bersifat totalitas pada diri anak, bahwa bagian-bagian pengahayatan totalitas itu lambat laun semakin nyata dan bertambah jelas dalam kerangka keseluruhan.
Spiker (1966) mengemukakan dua macam pengertian yang harus dihubungkan dengan perkembangan :
1.       Ortogenetik, yang berhubungan dengan perkembangan sejak terbentuknya individu baru sampai dewasa.
2.       Foligenetik, yaitu perkembangan dari asal-usul manusia sampai sekarang ini.
Bijau dan Baer (1961) mengemukakan perkembangan adalah perubahan progresif yang menunjukkan cara organisme bertingkah laku dan berinteraksi dengan lingkungannya. Selanjutya, menurut Libert, Paulus, dan Strauss (Singgih,(1990:31), perkembangan adalah proses perubahan dalam pertumbuhan pada suatu waktu sebagai fungsi kematangan dan interaksi dengan lingkungan.
Pengertian lain dari perkembangan adalah “perubahan-perubahan yang dalam individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya atau kematangannya (maturation) yang berlangsung secara sistematis, progresif , dan berkesinambungan, baik menyangkut fisik ( jasmaniah) maupun psikis (rohaniah)”.
Kesimpulan umum yang dapat di tarik dari beberapa defenisi di atas adalah bahwa perkembangan tidaklah terbatas pada pengertian pertumbuhan yang semakin membesar, melainkan di dalamnya juga terkandung serangkaian perubahan yang berlangsung secara terus menerus dan bersifat tetap dari fungsi-fungsi jasmaniah dan rohaniah yang di miliki individu menuju ke tahap kematangan melalui pertumbuhan , kematangan  dan hasil belajar.
Perkembangan menghasilkan bentuk-bentuk dan ciri-ciri kemampuan baru yang berlangsung dari tahap aktivitas yang sederhana ke tahap yang lebih tinggi. Perkembangan itu bergerak secara berangsur-angsur tetapi pasti, melalui suatu bentuk tahap ke bentuk tahap berikutnya, yang kian hari kian tambah maju, mulai dari masa pembuahan dan berakhir dengan kematian.
Perkembangan juga dapat di artikan sebagai “ perubahan yang progresif dan kontinyu (berkesinambungan) dalam diri individu dari mulai lahir sampai mati “ (The progressive and continous change in the organism from birth to death). Ini menunjukkan bahwa sejak masa konsepsi sampai meninggal dunia, individu tidak pernah statis, melainkan senantiasa  mengalami perubahan-perubahan yang bersifat progresif dan berkesinambungan. Selama masa kanak-kanak sampai menginjak remaja misalnya, ia mengalami perkembangan dalam struktur  fisik dan mental, jasmani dan rohani sebagai ciri-ciri memasuki  jenjang kedewasaaan. Demikian seterusnya , perubahan-perubahan diri individu itu terus berlangsung  tanpa henti meskipun kemudian laju perkembngannya semakin hari semakin pelan, setelah ia mencapai titik puncaknya. Ini berarti bahwa alam konsep perkembangan  juga tercakup makna pembusukan (decay) –seperti kematian.
Menurut Santrok dan Yussen (1992) perkembangan adalah pola gerakan atau perubahan yang dimulai pada saat terjadi pembuahan dan berlangsung terus selama siklus kehidupan. Dalam perkembangan terdapat pertumbuhan. Pola gerakan itu kompleks karena merupakan hasil (produk) dari beberapa proses: proses biologis, proses kognitif dan proses sosial.
Untuk memudahkan pemahaman tentang perkembangan maka dilakukan pembagian berdasarkan waktu-waktu yang dilalui manusia dengan sebutan fase. Santrok dan Yussen membaginya atas lima yaitu: fase pranatal (saat dalam kandungan), fase bayi, fase kanak-kanak awal, fase anak akhir dan fase remaja.
Dalam hal ini, penulis menyajikan penjelasan juga tentang fase pertumbuhan karena sejalan dengan konsep bahwa pertumbuhan dan perkembangan pada umumnya saling berjalan beriringan.
Perkiraan waktu ditentukan pada setiap fase untuk memperoleh gambaran waktu suatu fase itu dimulai dan berakhir.
1.       Fase pranatal (saat dalam kandungan) adalah waktu yang terletak antara masa pembuahan dan masa kelahiran. Pada saat ini terjadi pertumbuhan yang luar biasa dari satu sel menjadi satu organisme yang lengkap dengan otak dan kemampuan berperilaku, dihasilkan dalam waktu Iebih kurang sembilan bulan. Di dalam kandungan, bayi sudah bisa berinteraksi dalam hal ini perkembangan otaknya dalam menangkap suara-suara yang diberikan baik itu berupa lantunan ayat suci Al-quran dan music klasik. Bayi sudah bisa menendang-nendang di dalam perut ibunya, dan ibu sudah bisa merasakannya.
2.    Fase bayi adalah saat perkembangan yang berlangsung sejak lahir sampai 18 atau 24 bulan. Masa ini adalah masa yang sangat bergantung kepada orang tua. Banyak kegiatan-kegiatan psikologis yang baru dimulai misalnya; bahasa, koordinasi sensori motorik dan sosialisasi. Pertumbuhan dan perkembangan bayi sudah bisa menyebutkan hal-hal-hal yang biasa dilakukannya (Terkadang masih berbicara pasif), mulai merangkak, mulai belajar untuk berjalan bahkan mungkin ketika usia 24 bulan sudah bisa berjalan. Organ-organ tubuhnya Nampak agak lebih tumbuh dan berkembang.
3.  Fase kanak-kanak awal adalah fase perkembangan yang berlangsung sejak akhir masa bayi sampai 5 atau 6 tahun, kadang-kadang disebut masa pra sekolah. Selama fase ini mereka belajar melakukan sendiri banyak hal dan berkembang keterampilan-keterampilan yang berkaitan dengan kesiapan untuk bersekolah dan memanfaatkan waktu selama beberapa jam untuk bermain sendiri ataupun dengan temannya. Memasuki kelas satu SD menandai berakhirnya fase ini.
4. Fase kanak-kanak tengah dan akhir adalah fase perkembangan yang berlangsung sejak kira-kira umur 6 sampai 11 tahun, sama dengan masa usia sekolah dasar. Anak-anak menguasai keterampilan-keterampilan dasar membaca, menulis dan berhitung. Secara formal mereka mulai memasuki dunia yang lebih luas dengan budayanya. Pencapaian prestasi menjadi arah perhatian pada dunia anak, dan pengendalian diri sendiri bertambah pula. Pada usia ini,umumnya sudah sangat jelas terlihat pertumbuhan dan perkembangannya
5. Fase remaja adalah masa perkembangan yang merupakan transisi dari masa anak-kanak ke masa dewasa awal, yang dimulai kira-kira umur 10 sampai 12 tahun dan berakhir kira-kira umur 18 sampai 22 tahun. Remaja mengalami perubahan-peribahan fisik yang sangat cepat, perubahan perbandingan ukuran bagian-bagian badan, berkembangnya karakteristik seksual seperti membesarnya payudara, tumbuhnya rambut pada bagian tertentu dan perubahan suara. Pada fase ini dilakukan upaya-upaya untuk mandiri dan pencarian identifas diri. Perkembangannya pun berjalan terlihat dari pemikirannya Iebih logis, abstrak dan idealis. Semakin lama banyak waktu dimanfaatkan di luar keluarga.
6. Dewasa muda (20-40 tahun)
·   Gaya hidup personal berkembang.
·   Membina hubungan dengan orang lain
·   Ada komitmen dan kompetensi
·   Membuat keputusan tentang karir, pernikahan dan peran sebagai orang tua
·  Individu  berusaha mencapai dan menguasai dunia, kebiasaan berpikir rasional   meningkat
·  Pengalaman pendidikan, pengalaman hidup dan kesempatan dalam pekerjaan meningkat.
7. Dewasa menengah (40-65 tahun)
·  Gaya hidup mulai berubah karena perubahan-perubahan yang lain, seperti anak meninggalkan rumah
·  anak-anaknya telah tumbuh dewasa dan mulai meninggalkan rumah
·  Dapat terjadi perubahan fisik seperti muncul rambut uban, garis lipatan pada muka, dan lain-lain
·  Wktu untuk bersama lebih banyak
·  Istri menopause, pria ingin merasakan kehidupan seks dengan cara menikah lagi (dangerous age).
8. Dewasa tua
a. Young-old (tua-muda), 65-74 tahun : beradaptasi dengan masa pensiun (penurunan penghasilan), beradaptasi dengan perubahan fisik, dapat berkembang penyakit kronik.
      Implikasi keperawatan: bantu individu untuk menjaga aktivitas fisik dan sosialnya, mempertahankan interaksi dengan kelompok sebayanya.
b. Middle-old (tua-menengah), 75-84 tahun : diperlukan adaptasi terhadap penurunan kecepatan dalam pergerakan, kemampuan sensori dan peningkatan ketergantungan terhadap orang lain.
      Implikasi keperawatan: bantu individu untuk menghadapi kehilangan (pendengaran, penglihatan, kematian orang tercinta).
c. Old-old (tua-tua), 85 tahun keatas : terjadi peningkatan gangguan kesehatan fisik.
      Implikasi keperawatan : bantu individu dalam perawatan diri dan mempertahankan kemampuan mandirinya jika memungkinkan



                Perkembangan itu secara umum mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1.       Terjadinya perubahan dalam (a).  Aspek fisik : perubahan tinggi dan dan berat badan serta organ – organ tubuh lainnya. (b). Aspek psikis : semakin bertambahnya pembendaharaan kata dan matangnya kemampun berfikir, mengingat  serta menggunakan imajinasi kreatifnya.
2.       Terjadinya perubahan dalam proporsi (a). Aspek fisik : proporsi tubuh anak berubah sesuai dengan fase perkembangannya dan pada usia remaja proporsi tubuh anak mendekati proporsi tubuh usia remaja. (b). Aspek psikis : perubahan imajinasi dari yang fantasi ke realitas , dan perubahan perhatiannya dari yang tertuju kepada dirinya sendiri perlahan-lahan beralih kepada orang lain (kelompok teman sebaya).
3.       Lenyapnya tanda-tanda yang lama (a) Tanda-tanda fisik : Lenyapnya kelenjar Thymus (kalenjar anak-anak) yang terletak pada bagian dada, kalenjar pineal pada bagian bawah otak, rambut-rambut halus dan  gigi susu. (b). Tanda-tanda psikis : lenyapnya masa mengoceh (meraba), bentuk gerak-gerik  kanak- kanak (seperti merangkak) dan perilaku impulsif (dorongan untuk bertindak sebelum berfikir)
4.       Di perolehnya tanda-tanda yang baru ; (a). Tanda-tanda fisik: pergantian gigi dan karakteristik seks pada usia remaja, baik primer (menstruasi pada anak wanita, dan mimpi “basah” pada anak pria), maupun sekunder (perubahan pada anggota tubuh : pinggul dan buah dada pada wanita ; kumis , jakun, suara pada anak pria), (b) tanda-tanda psikis : seperti berkembangnya rasa ingin tahu , ilmu pengetahuan , nilai-nilai moral, dan keyakinan beragama.       

Telah dikemukakan didalam uraian terdahulu tentang pertumbuhan, bahwa bertumbuh itu tidak sama dengan berkembang. Bagian pribadi yang material serta kuantitatif mengalami pertumbuhan, sedangkan bagian pribadi fungsional yang kualitatif mengalamiperkembangan. Perkembangan merupakan suatu perubahan, dan perubahan ini tidak bersifat kuantitatif, melainkan kualitatif . perkembangan tidak ditekankan pada segi material, melainkan pada segi fungsional. Dari uraian ini, perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan kualitatif daripada fungsi-fungsi.
Perubahan suatu fungsi adalah disebabkan oleh adanya proses pertumbuhan material yang memungkinkan adanya fungsi itu, dan disamping itu disebabkan oleh karena perubahan tingkah laku hasil belajar. Dengan demikian , kita boleh merumuskan pengertian perkembangan pribadi sebagai perubahan kualitatif daripada setiap fungsi kepribadian akibat dari pertumbuhan dan belajar.
Fungsi-fungsi kepribadian manusia berhubungan dengan aspek jasmaniah dan aspek kejiwaan . fungsi-fungsi kepribadian yang jasmaniah misalnya :
1)       Fungsi motorik pada bagian-bagian tubuh
2)       Fungsi sensoris pada alat-alat indera
3)       Fungsi neurotic pada sistem saraf
4)       Fungsi pernapasan pada alat pernapasan
5)       Fungsi peredaran darah pada jantung dan urat-urat nadi
6)       Fungsi pencernaan makanan pada alat pencernaan
Sedangkan fungsi-fungsi kepribadian yang bersifat kejiwaan, misalnya :
1)       Fungsi perhatian
2)       Fungsi pengamatan
3)       Fungsi tanggapan
4)       Fungsi ingatan
5)       Fungsi fantasi
6)       Fungsi pikiran
7)       Fungsi perasaan
8)       Fungsi kemauan
Setiap fungsi yang disebutkan, baik yang jasmaniah maupun kejiwaan, dapat mengalami perubahan. Perubahan pada fungsi-fungsi tersebut tidak secara kuantitatif melainkan lebih bersifat kualitatif. Perubahan yang kualitatif tidak dapat dikatakan sebagai pertumbuhan, melainkan sebagai perkembangan. Oleh karena perkembangan menyangkut berbagai fungsi, baik jasmaniah maupun rohaniah, maka akan salah apabila beranggapan bahwa perkembangan adalah semata-mata sebagai perubahan atau proses psikologis.
Sebenarnya istilah pertumbuhan  dan perkembangan ada kesamaannya, yaitu setidak-tidaknya kedua istilah tersebut menunjukkan adanya proses tertentu dan terjadinya perubahan-perubahan menuju ke depan (taraf yang lebih tinggi), serta tidak dapat begitu saja diulang kembali. Bahkan ada yang lebih senang menggunakan istilah pertumbuhan (Growth) saja, untuk lebih menunjukkan bahwa seseorang akan selalu bertambah dalam berbagai macam kemampuan (Diferensiasi) dan akhirnya sampai pada tingkatan yang lebih tinggi yakni suatu kemampuan yang terintegrasi.
Tetapi lain halnya dengan H.Werner, psikologi ini lebih suka menggunakan istilah perkembangan (Development) sebab lebih menunjukkan pada perubahan dalam suatu arah yang bersifat tetap. Untuk memudahkan pengertian, dalam penggunaan istilah tersebut diadakan pembedaan penerapannya yakni ; jadi istilah pertumbuhan dimaksudkan khusus untuk pertumbuhan dalam ukuran fisik, yang nyata dapat diukur dengan inci, cm, gram, atau kilogram.  Adapun istilah perkembangan adalah suatu proses perubahan yang lebih dapat mencerminkan sifat-sifat mengenai gejala psikologis yang tampak. Hal ini sengaja dipakai sebagaimana dikehendaki oleh Herbert Sorenson dalam phychology in education dan juga Prof.Dr F.J Monks dan kawan-kawan dalam “Psikologi perkembangan”.
Walaupun demikian perlu disadari bahwa pertumbuhan fisik itu mempengaruhi perkembangan psikis seseorang. Maka pada suatu saat tertentu kedua istilah tersebut juga dapat digunakan bersama untuk suatu tujuan yang tidak berbeda.
B.      PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
1.       Pengertian Peserta didik
Sebelum membahas lebih jauh, alangkah baiknya jika terlebih dahulu kita mengetahui pengertian dari peserta didik. Dalam proses pendidikan, peserta didik merupakan salah satu komponen manusiawi yang menempati posisi sentral. Peserta didik menjadi pokok persoalan dan tumpuan perhatian dalam semua proses transformasi yang disebut pendidikan. Dalam perspektif pedagogis, peserta didik diartikan sebagai sejenis makhluk “Homo educandum”, makhluk yang mengahajatkan pendidikan. Dalam pengertian ini, peserta didik dipandang sebagai manusia yang memiliki potensi yang bersifat laten, sehingga dibutuhkan binaan dan bimbingan untuk mengaktualisasikannya agar ia dapat menjadi manusia yang cakap.
Dalam perspektif psikologis, peserta didik adalah individu yang sedang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan, baik fisik maupun psikis menurut fitrahnya masing-masing. Sebagai individu yang tengah tumbuh dan berkembang, peserta didik memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju kearah titik optimal kemampuan fitrahnya.
Dalam perspektif Undang-undang sistem pendidikan nasional no. 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 4 “Peserta didik diartikan sebagai anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur jenjang dan jenis pendidikan tertentu.”
Berdasarkan beberapa definisi tentang peserta didik yang disebutkan diatas dapat disimpulkan bahwa peserta didik merupakan individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas sehingga ia merupakan insan yang unik, individu yang sedang berkembang, individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan manusiawi, dan individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri dan bertanggung jawab.

2.       Gambaran umum tentang aspek-aspek perkembangan peserta didik
Secara umum perkembangan pesert didik dapat dikelompokkan ke dalam tiga aspek perkembangan, yaitu perkembangan fisik, kognitif, dan psikososial.
a.       Perkembangan aspek fisik
Perkembangan fisik atau yang disebut juga pertumbuhan biologis (Biological growth) meliputi perubahan-perubahan dalam tubuh (seperti pertumbuhan otak, sistem saraf, organ-organ indrawi, dll), perubahan dalam cara-cara individu dalam menggunakan tubuhnya, serta perubahan dalam kemampuan fisik.
b.       Perkembangan aspek kognitif
Perkembangan kognitif adalah salah satu aspek perkembangan peserta didik yang berkaitan dengan pengertian (Pengetahuan) yaitu semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya. Perkembangan kognitif ini meliputi perubahan pada aktivitas mental yang berhubungan dengan persepsi, pemikiran, ingatan, keterampilan berbahasa, dan pengolahan yang memungkinkan seseorang memperoleh pengetahuan, memecahkan masalah, dan merencanakan masa depan, atau semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari, memperhatikan, mengamati, membayangkan, memperkirakan, menilai dan memikirkan lingkungannya.
c.        Perkembangan aspek psikososial
Perkembangan psikososial adalah proses perubahan kemampuan peserta didik untuk menyesuaikan dri dengan lingkungan social yang lebih luas. Dalam proses perkembangan ini peserta didik diharapkan mengerti orang lain, yang berarti mampu menggambarkan cirri-cirinya, mengenali apa yang dipikirkan,dirasakan dan diinginkan serta dapat menempatkan diri pada sudut pandang orang lain, tanpa kehilangan dirinya sendiri, meliputi perubahan pada relasi individu dengan orang lain, perubahan pada emosi dan perubahan kepribadian.

Jadi, Perkembangan mengacu pada bagaimana seorang peserta didik tumbuh, beradaptasi, dan berubah disepanjang perjalanan hidupnya. Orang tumbuh, beradaptasi, dan berubah melalui perkembangan fisik, perkembangan kepribadian, perkembangan sosioemosional (sosial dan emosi), perkembangan kognitif (berpikir), dan perkembangan manusia menurut teori Piaget (kognitif dan moral) serta teori perkembangan kognitif menurut Lev Vygotsky. Setidaknya ada lima faktor yang dapat memengaruhi kinerja peserta didik kita, yaitu lingkungan keluarga, atmosfer persekawanan, sumber daya sekolah, kecerdasan yang berasal dari dalam diri sendiri, dan aksesibilitas pencapaian informasi.
Peserta didik merupakan makhluk yang berada dalam proses perkembangan dan pertumbuhan menurut fitrahnya masing-masing, mereka memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju kearah titik optimal kemampuan fitrahnya.
Didalam pandangan yang lebih modern anak didik tidak hanya dianggap sebagai objek atau sasaran pendidikan, melainkan juga mereka harus diperlukan sebagai subjek pendidikan, diantaranya adalah dengan cara melibatkan peserta didik dalam memecahkan masalah dalam proses belajar mengajar. Berdasarkan pengertian ini, maka anak didik dapat dicirikan sebagai orang yang tengah memerlukan pengetahuan atau ilmu, bimbingan dan pengarahan. Dalam proses pendidikan inilah anak didik  akan belajar untuk berkembang dalam dunia pendidikannya, seiring dengan waktu dan fasenya. Dasar-dasar kebutuhan anak untuk memperoleh pendidikan, secara kodrati anak membutuhkan dari orang tuanya. Dasar-dasar kodrati ini dapat dimengerti dari kebutuhan-kebutuhan dasar yang dimiliki oleh setiap anak dalam kehidupannya