Tuesday 5 April 2011

BATAS-BATAS PENDIDIKAN

A. BATAS-BATAS PENDIDIKAN
Batasan tentang pendidikan yang dibuat oleh para ahli beranekaragam, dan kandungannya berbeda yang satu dari yang lain. Perbedaan tersebut mungkin karena orientasinya, konsep dasar yang digunakan, aspek yang menjadi tekanan, atau karena falsafah yang melandasinya.
a. Pendidikan sebagai Proses Transformasi Budaya
Sebagai proses transformasi budaya, pendidikan diartikan sebagai kegiatan pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi yang lain.
Nilai-nilai budaya tersebut mengalami proses transformasi dari generasi tua ke generasi muda. Ada tiga bentuk transformasi yaitu nilai-nilai yang masih cocok diteruskan misalnya nilai-nilai kejujuran, rasa tanggung jawab, dan lain-lain.
b. Pendidikan sebagai Proses Pembentukan Pribadi
Sebagai proses pembentukan pribadi, pendidikan diartikan sebagai suatu kegiatan yang sistematik dan sistemik terarah kepada terbentuknya kepribadian peserta didik. Proses pembentukan pribadi melalui 2 sasaran yaitu pembentukan pribadi bagi mereka yang belum dewasa oleh mereka yang sudah dewasa dan bagi mereka yang sudah dewasa atas usaha sendiri.
c. Pendidikan sebagai Proses Penyiapan Warga Negara
Pendidikan sebagai penyiapan warga Negara diartikan sebagai suatu kegiatan yang terencana untuk membekali peserta didik agar menjadi warga Negara yang baik.
d. Pendidikan sebagai Penyimpanan Tenaga Kerja
Pendidikan sebagai penyimpanan tenaga kerja diartikan sebagai kegiatan membimbing peserta didik sehingga memiliki bekal dasar untuk bekerja. Pembekalan dasar berupa pembentukan sikap, pengetahuan, dan keterampilan kerja pada calon luaran. Ini menjadi misi penting dari pendidikan karena bekerja menjadi kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia.


Tiap proses dalam pendidikan memiliki berbagai keterbatasan, yaitu :
1. Batas-batas pendidikan pada peserta didik.
Peserta didik sebagai manusia memiliki perbedaan, dalam kemampuan, bakat, minat, motivasi, watak, ketahanan, semangat, dan sebagainya. Sehingga hal tersebut dapat membatasi kelangsungan hasil pendidikan, solusinya pendidik harus mencari metode-metode pembelajaran sehingga dapat berkembang seoptimal mungkin.
2. Batas-batas pendidikan pada pendidik.
Sebagai manusia biasa, pendidik memiliki keterbatasan-keterbatasan. Namun yang menjadi permasalahan adalah apakah keterbatasan itu dapat ditolerir atau tidak. Keterbatasan yang dapat ditolerir ialah apabila keterbatasan itu menyebabkan tidak dapat terwujudnya interaksi antara pendidik dan peserta didik, misalnya pendidik yang sangat ditakuti oleh peserta didik sehingga tidak mungkin peserta didik datang berhadapan dengannya. Pendidik yang tidak tahu apa yang akan menjadi isi interaksi dengan peserta didik, akan menjadikan kekosongan dan kebingungan dalam interaksi. Serta pendidik yang bermoral, termasuk yang tidak dapat ditolerir, karena pendidikan pada dasarnya adalah usaha yang dilandasi moral.
3. Batas-batas pendidikan dalam lingkungan dan sarana pendidikan.
Lingkungan dan sarana pendidikan merupakan sumber yang dapat menentukan kualitas dan berlangsungnya usaha pendidikan. Lingkumgan dan sarana yang tidak memadai, akan menghambat berlangsungnyaproses pendidikan. Disini pendidik harus lebih kreatif dengan memanfaatkan alam sekitar sebagai sumber proses pembelajaran.
B. DASAR PENDIDIKAN DALAM KONSEP DAN MAKNA BELAJAR
Konsep Dasar Pendidikan
Pendidikan bagi sebagian orang, berarti berusaha membimbing anak untuk menyerupai orang dewasa, sebaliknya bagi Jean Piaget pendidikan berarti menghasilkan, mencipta, sekalipun tidak banyak, sekalipun suatu penciptaan dibatasi oleh perbandingan dengan penciptaan yang lain. Pandangan tersebut memberi makna bahwa pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individusebagai pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Dalam arti sempit pendidikan adalah pengajaran yang diselenggarakan umumnya di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Poerbakwatja dan Harahap mengemukakan pedagogik mempunyai dua arti yaitu :
1) Praktek, cara seorang mengajar; dan
2) Ilmu pengetahuan mengenai prinsip-prinsip dan metode mengajar, membimbing, dan mengawasi pelajaran yang disebut juga pendidikan.
Orang yang memberikan bimbingan kepada anak disebut pembimbing dalam perkembangannya, istilah pendidikan (pedagogik) berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan kepada anak oleh orang dewasa secara sadar dan bertanggung jawab. Dalam dunia pendidikan kemudian tumbuh konsep pendidikan seumur hidup (lifelong education), yang berarti pendidikan berlangsung sampai mati, yaitu pendidikan berlangsung seumur hidup dalam setiap saat selama ada pengaruh lingkungan.
Untuk memberi pemahaman akan batasan pendidikan berikut ini dikemukakan sejumlah batasan pendidikan yang dikemukakan para ahli, yaitu :
1) Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
2) Menurut Mcleod, dalam pengertian yang sempit pendidikan adalah perbuatan atau proses perbuatan untuk memperoleh pengetahuan.
3) Menurut Mudyaharjo, pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup serta pendidikan dapat diartiakn sebagai pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal.
4) Menurut Muhibinsyah, dalam pengertian yang agak luas pendidikan diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehimgga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan.
5) Menurut Dictionary of Psychology, pendidikan berarti tahapan kegiatan yang bersifat kelembagaan (seperti sekolah dan madrasah) yang dipergunakan untuk menyempurnakan perkembangan individu dalam menguasai pengetahuan, kebiasaan, sikap, dan sebagainya.
6) Menurut Poerbakawatja dan Harahap, dalam arti luas pendidikan meliputi semua perbuatan dan usaha dari generasi tua untuk mengalihkan pengetahuannya, pengalamannya, kecakapannya, dan keterampilannya kepada generasi muda sebagai usaha menyiapkannya agar dapat memenuhi fungsi hidupnya baik jasmaniah maupun rohaniah. Artinya pendidikan adalah usaha secara sengaja dari orang dewasa untuk dengan pengaruhnya meningkatkan si anak ke kedewasaan yang selalu diartikan mampu menimbulkan tanggung jawab moral dari segala perbuatannya.
7) Menurut John Dewey, pendidikan merupakan proses pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik menyangkut daya pikir atau daya intelektual, maupundaya emosional atau perasaan yang diarahkan kepada tabiat manusia dan kepada sesamanya.
8) Menurut UUSPN No.20 tahun 2003, pendidikanadalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengenalan diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

C. TANGGAPAN ISLAM TERHADAP BATAS-BATAS PENDIDIKAN
Pada dasarnya batas-batas pendidikan menurut Agama Islam mengarah pada maksud pembatasan nyata dari pendidikan dalam jangka waktu tertentu. Apakah pendidikan itu seumur hidup atau hanya pada waktu tertentu saja, dalam peribahasa kita mengenal istilah long live education atau pendidikan sepanjang hidup, hal ini sesuai dengan hadis nabi yang artinya :
“Tuntutlah ilmu itu sejak buaian sampai ke liang lahat” (H.R. Ibnu Abdul Barri).
Hadis di atas secara eksplisit adalah perintah kepada seluruh umat Islam untuk menuntut ilmu pengetahuan sejak usia dini sampai ajal hendak menjemput. Secara implisit, hadis tersebut dipahami bahwa pendidikan tidak mengenal batas usia, dengan kata lain bahwa proses pendidikan berlangsung sepanjang hidup manusia, dalam konsep pendidikan Islam, Islam mengajarkan pendidikan terhadap anak yang baru lahir, bahkan jauh sebelum ia lahir. Ada sejumlah ritual dalam Islam yang merupakan proses pendidikan terhadap anak, seperti meng adzankan, mengaqiqahkan, dan lain sebagainya. Paradigma ini nampak berbeda dengan konsepsi pendidikan yang menunjukan adanya stimulus-respon dalam proses pelaksanaannya, seperti yang dikemukakan dalam teori belajar Edwin R. Guthrie, yang mengatakan bahwa rentetan belajar dan menuntut ilmu itu aalah hasil dari stimulus-respon sebelumnya yang kemudian menjadi perangsang (stimulus-respon) untuk kegiatan selanjutnya, artinya dalam proses pendidikan disyaratkan adanya kesadaran si terdidik sehingga memungkinkan munculnya respon terhadap stimulus yang diberikan pendidik. Berdasarkan pandangan ini, maka pendidikan memiliki batas nyata, yaitu dimulai ketika seorang anak dapat memberikan respon terhadap pendidikan yang diberikan sang pendidik. Permasalahan yang muncul dari konsepsi ini adalah kapankah seorang anak dapat memberikan respon tehadap proses pendidikan yang diberikan padanya, permasalahan pun semakin rumit ketika perkembangan fisik dan psikologis setiap manusia berbeda satu sama lainnya. Permasalahan pun muncul dalam menentukan batas akhir dari proses pendidikan. Dalam konsep pendidikan, kedewasaan si terdidik merupakan batas akhir dari suatu proses pendidikan. Artinya ketika seorang anak sudah dewasa dan mampu menjadi tuan bagi dirinya sendiri, maka ia telah mencapai batas akhir pendidikan. Namun pada kenyataannya, perkembangan fisik, kognisi, dan psikologis setiap orang tidaklah sama, sehingga batas kedewasaan seorang manusia berbeda-beda. Tidak jarang seorang anak yang kelihatan dengan usia dewasa tapi ada juga seorang dewasa tapi nampak seorang anak-anak. Melihat adanya ketidakpastian dalam menentukan batas awal dan akhir proses pendidikan, maka sangat tepat jika pendidikan Agama Islam memiliki slogan long live education. Sebab pada kenyataannya manusia membutuhkan pendidikan sejak ia dilahirkan baik pada saat ia mampu memberikan respon maupun jauh ketika belum mampu memberikan respon, serta ia ketika dewasa ataupun telah dewasa.
Adapun pengertian batas menurut islam yaitu:
Batas ialah suatu yang menjadi hijab atau ruang lingkup, awal dan akhir berarti memiliki permulaan dan akhir. Sedangkan pendidikan adalah pengaktualisasian fitrah insaniyah yang manusiawi dan potensial agar manusia dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya (individual, sosial, religius).