Friday 16 January 2015

MAKNA PERKEMBANGAN SOSIAL




Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Dapat  juga di artikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi, meleburkan diri menjadi suatu kesatuan dan saling berkomunikasi dan bekerja sama.
Anak di lahirkan belum bersifat sosial. Dalam arti dia belum memiliki kemampuan untuk bergaul dengan orang lain. Untuk mencapai kematangan sosial, anak harus belajar tentang cara-cara menyesuaikan diri dengan orang lain. Kemampuan ini di peroleh anak melalui berbagai kesempatan atau pengalaman bergaul dengan orang-orang di lingkungannya, baik orang tua, saudara teman sebaya atau orang dewasa lainnya.
          Perkembangan sosial anak sangat di pengaruhi oleh proses perlakuan atau bimbingan orang tua terhadap anak dalam mengenalkan aspek kehidupan sosial, atau norma-norma kehidupan bermasyarakat serta mendorong dan memberikan contoh kepada anaknya bagaimana menerapkan norma-norma tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Proses bimbingan orang tua seperti ini lazim di sebut sosialisasi.
          Sueann robinson ambron (1981) mengartikan sosialisasi itu sebagai proses belajar yang membimbing anak ke arah perkembangan kepribadian sosial sehingga dapat menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab dan efektif. Sosialisasi dari orang tua sangatlah penting bagi anak. Karena dia masih terlalu muda untuk membimbing perkembnagannnya sendiri ke arah kematangan.Melalui pergaulan atau hubungan sosial, baik dengan orang tua, anggota keluarga, orang dewasa lainnya maupun teman bermainnya,anak mulai mengembangkan bentuk-bnetuk tingkah laku sosial . pada usia anak, bentuk-bentuk tingkah laku sosial itu adalah sebagai berikut :
1.    Pembangkangan (negativisme )
Yaitu suatu bentuk tingkah laku melawan. Tingkah laku ini terjadi sebagai reaksi terhadap penerapan disiplin atau tuntunan orang tua atau lingkungan yang tidak sesuai dengan kehendak anak. Tingkah laku ini mulai muncul kira-kira pada usia 18 bulan dan mencapai puncaknya pada usia tiga tahun. Berkembangnya tingkah laku negativisme pada usia ini di pandang sebagai hal yang wajar. Setelah usia empat tahun biasanya tingkah laku ini mulai menurun antara usia empat dan  enam tahun. Sikap ini membangkang atau melawan secara fisik beralih menjadi sikap melawan secara verbal (menggunakan kata-kata). Sikap orang tua terhadap tingkah laku melawan pada usia ini, selaginya tidak memandangnya sebagai bertanda bahwa anak itu nakal,keras kepala, tolol atau sebutan lainnya yang negatif. Dalam hal ini sebaliknya, orang tua mau memahami tentang proses perkembangan anak, yaitu bahwa secara narulilah anak itu mempunyai dorongan untuk berkembang dari posisi “dependent” (ketergantungan) ke posisi “ independent” (bersikap mandiri).

2.    Agresi (agresion)
Yaitu perilaku menyerang balik secara fisik (nonverbal) maupun kata-kata (verbal). Agresi ini merupakan salah satu bentuk reaksi terhadap frutasi ( rasa kecewa karena tidak terpenuhi kebutuhan/keinginan ) yang di alaminya. Agresi ini berwujud dalam prilaku menyerang, seperti memukul, mencubit, menedang, menggigit, marah-marah, dan mencaci maki. Orang tua yang menguhukm anak yang agresif, menyebalkan meningkatkan agresivitas anak. Oleh karena itu sebaliknya orang tua berusaha untuk mereduksi, mengurangi agresivitas anak tersebut dengan cara mengalihkan perhatian/keinginan anak, memberikan mainan atau sesuatu yang di inginkan (sepanjang tidak membahayakan keselamatannya), atau upaya lain yang bisa merendam agresifitas anak tersebut.

3.    Berselisih/bertengkar (quarreling )
Terjadi apabila seorang anak merasa tersinggung atau terganggu oleh sikap dan perilaku anak laku, seperti di ganggu pada saat mengerjakan sesuatu atau direbut barang atau mainannya.

4.    Menggoda (teasing)
Yaitu sebagai bentuk lain dari tingkah laku agresif. Menggoda merupakan     serangan mental terhadap orang lain dalam bentuk verbal ( kata-kata ejekan atau cemohan ), sehingga menimbulkan reaksi marah pada orang yang di serangnya.

5.    Persaingan (rivarly)
Yaitu keinginan untuk melebihi orang lain dan selalu di sorong
(distimulasi) oleh orang lain. Sikap persaingan ini mulai terlihat pada usia empat tahun, yaitu persaingan untuk prestise dan pada usia enam tahun semangat bersaing ini berkembang lebih baik.

6.    Kerja sama (cooperation )
Yaitu sikap mau bekerja sama dengan kelompok. Anak yang berusia
dua tau tiga tahun belum berkembang sikap kerja samanya. Mereka masih kuat sikap “self-centered”nya mulai usia tiga tahun terakhir atau empat tahun anak sudah mulai menampilkan sikap kerjasamanya dengan anak lain. Pada usia enam atau tujuh tahun sikap kerja sama  ini sudah berkembang dengan lebih baik lagi. Pada usia ini anak mau bekerja kelompok dengan bekerja kelompok dengan teman-temannya.

7.    Tingkah laku berkuasa ( ascendat behavior)
Yaitu sejenis tingkah lakununtuk menguasai situasi sosial, mendominasi atau bersikap “bossiness” . wujud dari tingkah laku ini, seperti : meminta, menyuruh dan mengancam atau memaksa orang lain untuk memenuhi kebutuhan dirinya.

8.    Mementingkan diri sendiri (selfishness)
Yaitu sifat egosentris dalam memenuhi interest atau keinginannya. Anak ingin selalu di penuhi keinginannya dan apabila di tolak, maka dia protes dengan menangis, menjerit dan marah-marah.

9.    Simpati ( sympaty)
Yaitu sikap emosional yang mendorong individu untuk menaruh perhatian terhadap oarng lain, mau mendekati atau bekerjasama dengannya. Seiring dengan bertambahnya usia, anak mulai dapat mengurangi sikap “selfish”nya dan dia mulai mengembangkan sikap sosialnya. Dalam hal ini rasa simpati terhadap orang lain.

Perkembnagan sosial anak dapat di pengaruhi oleh lingkungan sosialnya,baik orang tua, keluarga, orang dewasa lainnya atau teman sebayanya. Apabila lingkungan sosial tersebut memfasilitasi atau memberikan peluang terhadap perkembangan anak secara positif maka, anak akan dapat mencapai perkembangan sosialnya secara matang. Namun, apabila lingkungan sosial itu kurang kondusif, seperti perlakuan orang tua yang kasar, sering memarahi, acuh tak acuh, tidak memberikan bimbingan, teladan pengajaran atau pembiasaan terhadap anak dalam menerapkan norma-norma. Baik agama maupun tatak rama/budi pekerti cenderung menampilkan perilaku maladjustment seperti :
a.    Bersifat minder
b.    Senang mendominasi orang lain
c.    Bersifat egois
d.    Senang mengisolasi diri/menyendiri
e.    Kurang memilikiperasaan tenggang rasa
f.     Kurang mempedulikan norma dalam berprilaku

No comments:

Post a Comment