1.
Implikasi Faktor Fisik Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
Dalam
penyelenggaraan pendidikan, perlu diperhatikn sarana dan prasarana
yang ada jangan sampai menimbulkan gangguan pada peserta didik.
Misalnya:
tempat untuk pelaksanaan pendidikan yang kurang sesuai, ruangan yang gelap dan terlalu sempit yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Disamping itu juga perlu diperhatikan waktu istirahat yang cukup. Penting juga untuk menjaga supaya fisik tetap sehat adanya jam-jam olah raga bagi peserta didik di luar jam pelajaran. Misalnya: melalui kegiatan ekstra kurikuler kelompok olah raga.
yang ada jangan sampai menimbulkan gangguan pada peserta didik.
Misalnya:
tempat untuk pelaksanaan pendidikan yang kurang sesuai, ruangan yang gelap dan terlalu sempit yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Disamping itu juga perlu diperhatikan waktu istirahat yang cukup. Penting juga untuk menjaga supaya fisik tetap sehat adanya jam-jam olah raga bagi peserta didik di luar jam pelajaran. Misalnya: melalui kegiatan ekstra kurikuler kelompok olah raga.
Bagi
sebagian besar anak, awal masuk kelas satu sekolah dasar merupakan peristiwa
penting bagi anak. Dengan masuknya anak ke sekolah dasar akan membawa akibat
pada perubahan besar dalam pola kehidupannya, seperti perubahan dalam sikap,
nilai, dan perilaku.
Dilihat
dari segi pertumbuhan dan perkembangan fisik, pada usia sekolah dasar ini
merupakan periode pertumbuhan fisik, pada usia sekalah dasar ini merupakan
periode pertumbuhan fisik yang lambat dan relatif seragam sampai mulai tejadi
perubahan-perubahan pubertas, kira-kira2 tahun menjelang anak menjadi matang
secara seksual pada saat mana pertumbuhan yang cepat menjelang masa remaja.
Meskipun merupakan “masa tenang” tetapi hal ini tidak berarti bahwa pada masa
ini tidak terjadi proses pertumbuhan fisik yang berarti.
2.
Implikasi Faktor Intelektual Terhadap Penyelengaaraan Pendidikan
Ditinjau dari
segi pendidikan khususnya dalam segi pembelajaran, yang
penting adalah bahwa potensi setiap peserta didik (termasuk kemampuan
intelektualnya) harus dipupuk dan dikembangkan. Untuk itu sangat diperlukan
kondisi-kondisi lingkungan yang memungkinkan berkembangnya kemampuan intelektual tersebut. Conny Semiawan (1994) mengemukakan bahwa dua buah kondisi yaitu keamanan psikologis dan kebebasan psikologis. Peserta didik akan merasa aman secara psikologis apabila:
penting adalah bahwa potensi setiap peserta didik (termasuk kemampuan
intelektualnya) harus dipupuk dan dikembangkan. Untuk itu sangat diperlukan
kondisi-kondisi lingkungan yang memungkinkan berkembangnya kemampuan intelektual tersebut. Conny Semiawan (1994) mengemukakan bahwa dua buah kondisi yaitu keamanan psikologis dan kebebasan psikologis. Peserta didik akan merasa aman secara psikologis apabila:
a.
Pendidik dapat
menerima peserta didik sebagaimana adanya tanpa syarat dengan segala kekuatan
dan kelemahannnya serta memberi kepercayaan padanya bahwa ia baik dan mampu.
b.
Pendidik mengusahakan
suasana dimana peserta didik tidak merasa dinilai oleh orang lain.
c.
Pendidik memberi
pengertian dalam arti dapat memahami pemikiran, perasaan dan perilaku peserta
didik, dapat menempatkan diri dalam situasi anak, dan melihat dari sudut
pandang anak.
Teori Pieget mengenai perkembangan kognitif, sangat erat dan penting
hubungannya dengan umur serta perkembangan moral. Konsep tersebut menunjukan bahwa aktifitas adalah sebagai unsur pokok dalam perkembangan kognitif. Pengalaman belajar yang aktif cenderung untuk memajukan perkembangan kognitif, sedangkan pengalaman belajar yang pasif dan hanya menikmati pengalaman orang laian saja akan mempunyai konsekuensi yang minimal terhadap perkembangan kognitif termasuk didalamnya perkembangan intelektual.
hubungannya dengan umur serta perkembangan moral. Konsep tersebut menunjukan bahwa aktifitas adalah sebagai unsur pokok dalam perkembangan kognitif. Pengalaman belajar yang aktif cenderung untuk memajukan perkembangan kognitif, sedangkan pengalaman belajar yang pasif dan hanya menikmati pengalaman orang laian saja akan mempunyai konsekuensi yang minimal terhadap perkembangan kognitif termasuk didalamnya perkembangan intelektual.
Model
Pendidikan yang aktif adalah model yang tidak menunggu sampai
peserta didik siap sendiri. Tetapi sekolahlah yang mengatur lingkungan belajar
sedemikan rupa sehingga dapat memberi kemungkinan maksimal pada peserta didik untuk berinteraksi. Dengan lingkungan yang penuh rangsangan untuk belajar
tersebut, proses pembelajaran yang aktif akan terjadi sehingga mampu membawa
peserta didik utuk maju ke taraf/tahap berikutnya. Dalam hal ini pendidik
hendaknya menyadari benar-benar bahwa perkembangan intelektual anak berada
ditangannya. Beberapa cara yang dapat dilakukan antara lain:
peserta didik siap sendiri. Tetapi sekolahlah yang mengatur lingkungan belajar
sedemikan rupa sehingga dapat memberi kemungkinan maksimal pada peserta didik untuk berinteraksi. Dengan lingkungan yang penuh rangsangan untuk belajar
tersebut, proses pembelajaran yang aktif akan terjadi sehingga mampu membawa
peserta didik utuk maju ke taraf/tahap berikutnya. Dalam hal ini pendidik
hendaknya menyadari benar-benar bahwa perkembangan intelektual anak berada
ditangannya. Beberapa cara yang dapat dilakukan antara lain:
a.
Menciptakan interksi
atau hubungan yang akrab dengan peserta didik.
b.
Memberi kesempatan
kepada para peserta didik untuk berdialog dengan orang-orang yang ahli dan
berpengalaman dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan akan sangat menunjang
perkembangan intelaktual anak.
c.
Menjaga dan
meningkatkan pertumbuhan fisik peserta didik baik mlalui kegiatan olah raga
maupun menyediakan gizi yang cukup, sangat penting bagi perkembangan berfikir
peserta didik.
d.
Meningkatkan kemampuan
berbahasa peserta didik baik melalui mass-media cetak maupun menyediakan
situasi yang memungkinkan peserta didik berpendapat atau mengemukakan
ide-idenya, sengat besar pengaruhnya bagi perkembangan intelektual peserta
didik.
3.
Implikasi Faktor Bakat Khusus terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
Berbeda dengan kemampuan yang menunjuk pada suatu “performance” yang dapat dilakukan
sekarang, bakat sebagai potensi masih memerlukan latihan dan pendidikan agar
“suatu performance” dapat dilakukan pada masa yang akan datang (Semiawan, 1987;
Munandar, 1992). Hal ini memberikan pemahaman bahwa bakat khusus sebagai
“potential ability” untuk dapat terwujud sebagai “performance” atau perilaku
yang nyata dalam bentuk suatu prestasi yang menonjol masih memerlukan latihan
dan pengembangan lebih lanjut.
Dalam kaitan ini untuk menunjang perkembangan bakat umum maupun bakat khusus
terlebih supaya mencapai titik optimal di kalangan peserta didik usia
sekolah menengah perlu dilakukan langkah-langkah antara lain:
sekolah menengah perlu dilakukan langkah-langkah antara lain:
a.
Dikembangkan suatu
situasi dan kondisi yang memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk
mengembangkan bakat-bakatnya, dengan selalu mengusahakan adanya dukungan
psikologis maupun fisiologis.
b.
Dilakukan usaha
menumbuh kembangkan minat dan motivasi berprestasi yang tinggi serta kegigihan
dalam melakukanusaha dikalangan anak dan remaja, baik dalam lingkungan
keluarga, sekolah, maupun masyarakat oleh semua pihak yang terkait secara
terpadu.
c.
Dikembangkannya
program pendidikan berdiferensi di lingkungan lembaga pendidikan formal
(sekolah) guna memberikan pelayanan secara lebih efektif kepada peserta didik
yang memiliki bakat khusus menonjol.
4.
Implikasi Faktor Sosial-Kultural terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
Sekolah
sebagai lembaga pendidikan formal yang diserahi tugas
untuk mendidik, tidak kecil peranannya dalam rangka mengembangkan hubungan
sosial peserta didik. Jika dalam hal ini guru tetap berpegang sebagai tokoh
intelektual dan tokoh otoritas yang memegang kekuasaan penuh sepeerti ketika
anak-anak belum menginjak remaja, maka sikap sosial atau hubungan sosial anak
akan sulit untuk dikembangkan. Untuk itu rambu-rambu berikut dapat digunakan
sebagai titik tolak untuk pengembangan hubungan sosial peserta didik:
untuk mendidik, tidak kecil peranannya dalam rangka mengembangkan hubungan
sosial peserta didik. Jika dalam hal ini guru tetap berpegang sebagai tokoh
intelektual dan tokoh otoritas yang memegang kekuasaan penuh sepeerti ketika
anak-anak belum menginjak remaja, maka sikap sosial atau hubungan sosial anak
akan sulit untuk dikembangkan. Untuk itu rambu-rambu berikut dapat digunakan
sebagai titik tolak untuk pengembangan hubungan sosial peserta didik:
a.
Sekolah harus
merupakan dasar untuk perkembangan kepribadian peserta didik.
b.
Saling menghargai
merupakan kunci yang dapat digunakan untuk menanggulang masalah-masalah yang
timbul dalam hubungan dengan peserta didik yang bertabiat apapun
c.
Pola pengajaran yang
demokratis merupakan alternatif yang sangat bermanfaat bagi guru.
5.
Implikasi Faktor Komunikasi terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
Tiga tingkatan
kemampuan peserta didik sebagaimana dikemukakan di atas tentunya akan sangat
mempengaruhi aktivitas komunikasi dua arah antara pendidik dengan peserta
didik. Persoalannya adalah bagaimana untuk menjadi pendidik yang memiliki
kemampuan berkomunikasi yang baik ? Beberapa hal dibawah ini dapat digunakan
sebagai acuan oleh orang-orang yang berkecimpung dalam dunia pendidikan.
a.
Memberi penjelasan Dalam
menyampaikan informasi kepada peserta didik (yang berkaitan dengan iptek),
hendaknya:
b.
Menentukan hal-hal
pokoknya dan hubungannya satu sama lainnya.Memberi penjelasan yang meyakinkan
artinya menerangkan hal-hal yang benar dan menghindari penjelasan yang salah
baik disengaja maupun tidak.
c.
Memberi penjelasan
secara gamblang dan sederhana sehingga sehingga semua peserta didik dapat
menangkapnya dengan baik.
d.
Menghindari berbicara
dengan bahasa yang muluk, dan mengusahakan berbicara dengan bahasa yang mudah
dimengerti oleh peserta didik.
e.
Menghindari penggunaan
kata-kata yang tidak jelas, tidak pasti dan tidak tegas.
f.
Memeriksa kembali
penjelasan apakah semua peserta didik telah mengerti terhadap informasi yang
disampaikannya.
g.
Mengajukan pertanyaan
Pertanyaan yang diajukan oleh pengajar dapat
digolongkan dalam dua jenis, yaitu pertanyaan “tingkat tinggi” dan pertanyaan
“tingkat rendah”. Pertanyaan tingkat tinggi adalah pertanyaan yang menuntut
pemikiran abstrak, sedangkan pertanyaan tingkat rendah adalah pertanyaan yang
menyangkut fakta, pengetahuan sederhana, dan penerapan pengertian. Hal yang
perlu diusahakan oleh pendidik dalam kaitannya dengan kegiatan ini adalah :
1)
Mengulangi pertanyaan
yang diajukan oleh peserta didik dengan maksud agar peserta didik yang lain
mengetahui secara jelas masalah yang ditanyakan.
2)
Menempatkan pertanyaan
peserta didik dalam konteks keseluruhan bahan pelajaran.
3)
Merangsang peserta
didik agar mau mengajukan pertanyaan.
4)
Merespon pertanyaan
dengan baik.
h.
Memberikan Umpan Balik
Dengan umpan balik akan diketahui apakah komunikasi dua arah sudah tercapai
dengan baik atau belum. Umpan balik ini berlaku baik dari pengajar kepada peserta
didik atau sebaliknya.