Friday, 9 January 2015

IMPLIKASI KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK TERHADAP PENDIDIKAN



1.    Implikasi Faktor Fisik Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
Dalam penyelenggaraan pendidikan, perlu diperhatikn sarana dan prasarana
yang ada jangan sampai menimbulkan gangguan pada peserta didik.

Misalnya:
tempat untuk pelaksanaan pendidikan yang kurang sesuai, ruangan yang gelap dan terlalu sempit yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan. 
Disamping itu juga perlu diperhatikan waktu istirahat yang cukup. Penting juga untuk menjaga supaya fisik tetap sehat adanya jam-jam olah raga bagi peserta didik di luar jam pelajaran. Misalnya: melalui kegiatan ekstra kurikuler kelompok olah raga.

Bagi sebagian besar anak, awal masuk kelas satu sekolah dasar merupakan peristiwa penting bagi anak. Dengan masuknya anak ke sekolah dasar akan membawa akibat pada perubahan besar dalam pola kehidupannya, seperti perubahan dalam sikap, nilai, dan perilaku.
Dilihat dari segi pertumbuhan dan perkembangan fisik, pada usia sekolah dasar ini merupakan periode pertumbuhan fisik, pada usia sekalah dasar ini merupakan periode pertumbuhan fisik yang lambat dan relatif seragam sampai mulai tejadi perubahan-perubahan pubertas, kira-kira2 tahun menjelang anak menjadi matang secara seksual pada saat mana pertumbuhan yang cepat menjelang masa remaja. Meskipun merupakan “masa tenang” tetapi hal ini tidak berarti bahwa pada masa ini tidak terjadi proses pertumbuhan fisik yang berarti.

2.    Implikasi Faktor Intelektual Terhadap Penyelengaaraan Pendidikan
Ditinjau dari segi pendidikan khususnya dalam segi pembelajaran, yang
penting adalah bahwa potensi setiap peserta didik (termasuk kemampuan
intelektualnya) harus dipupuk dan dikembangkan. Untuk itu sangat diperlukan
kondisi-kondisi lingkungan yang memungkinkan berkembangnya kemampuan intelektual tersebut. Conny Semiawan (1994) mengemukakan bahwa dua buah kondisi yaitu keamanan psikologis dan kebebasan psikologis. Peserta didik akan merasa aman secara psikologis apabila:
a.         Pendidik dapat menerima peserta didik sebagaimana adanya tanpa syarat dengan segala kekuatan dan kelemahannnya serta memberi kepercayaan padanya bahwa ia baik dan mampu.
b.         Pendidik mengusahakan suasana dimana peserta didik tidak merasa dinilai oleh orang lain.
c.         Pendidik memberi pengertian dalam arti dapat memahami pemikiran, perasaan dan perilaku peserta didik, dapat menempatkan diri dalam situasi anak, dan melihat dari sudut pandang anak.

Teori Pieget mengenai perkembangan kognitif, sangat erat dan penting
hubungannya dengan umur serta perkembangan moral. Konsep tersebut menunjukan bahwa aktifitas adalah sebagai unsur pokok dalam perkembangan kognitif. Pengalaman belajar yang aktif cenderung untuk memajukan perkembangan kognitif, sedangkan pengalaman belajar yang pasif dan hanya menikmati pengalaman orang laian saja akan mempunyai konsekuensi yang minimal terhadap perkembangan kognitif termasuk didalamnya perkembangan intelektual.
Model Pendidikan yang aktif adalah model yang tidak menunggu sampai
peserta didik siap sendiri. Tetapi sekolahlah yang mengatur lingkungan belajar
sedemikan rupa sehingga dapat memberi kemungkinan maksimal pada peserta didik untuk berinteraksi. Dengan lingkungan yang penuh rangsangan untuk belajar
tersebut, proses pembelajaran yang aktif akan terjadi sehingga mampu membawa
peserta didik utuk maju ke taraf/tahap berikutnya. Dalam hal ini pendidik
hendaknya menyadari benar-benar bahwa perkembangan intelektual anak berada
ditangannya. Beberapa cara yang dapat dilakukan antara lain:
a.         Menciptakan interksi atau hubungan yang akrab dengan peserta didik.
b.         Memberi kesempatan kepada para peserta didik untuk berdialog dengan orang-orang yang ahli dan berpengalaman dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan akan sangat menunjang perkembangan intelaktual anak.
c.         Menjaga dan meningkatkan pertumbuhan fisik peserta didik baik mlalui kegiatan olah raga maupun menyediakan gizi yang cukup, sangat penting bagi perkembangan berfikir peserta didik.
d.         Meningkatkan kemampuan berbahasa peserta didik baik melalui mass-media cetak maupun menyediakan situasi yang memungkinkan peserta didik berpendapat atau mengemukakan ide-idenya, sengat besar pengaruhnya bagi perkembangan intelektual peserta didik.






3.        Implikasi Faktor Bakat Khusus terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
Berbeda dengan kemampuan yang menunjuk pada suatu “performance” yang dapat dilakukan sekarang, bakat sebagai potensi masih memerlukan latihan dan pendidikan agar “suatu performance” dapat dilakukan pada masa yang akan datang (Semiawan, 1987; Munandar, 1992). Hal ini memberikan pemahaman bahwa bakat khusus sebagai “potential ability” untuk dapat terwujud sebagai “performance” atau perilaku yang nyata dalam bentuk suatu prestasi yang menonjol masih memerlukan latihan dan pengembangan lebih lanjut.
Dalam kaitan ini untuk menunjang perkembangan bakat umum maupun bakat khusus terlebih supaya mencapai titik optimal di kalangan peserta didik usia
sekolah menengah perlu dilakukan langkah-langkah antara lain:
a.         Dikembangkan suatu situasi dan kondisi yang memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk mengembangkan bakat-bakatnya, dengan selalu mengusahakan adanya dukungan psikologis maupun fisiologis.
b.         Dilakukan usaha menumbuh kembangkan minat dan motivasi berprestasi yang tinggi serta kegigihan dalam melakukanusaha dikalangan anak dan remaja, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat oleh semua pihak yang terkait secara terpadu.
c.         Dikembangkannya program pendidikan berdiferensi di lingkungan lembaga pendidikan formal (sekolah) guna memberikan pelayanan secara lebih efektif kepada peserta didik yang memiliki bakat khusus menonjol.

4.    Implikasi Faktor Sosial-Kultural terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal yang diserahi tugas
untuk mendidik, tidak kecil peranannya dalam rangka mengembangkan hubungan
sosial peserta didik. Jika dalam hal ini guru tetap berpegang sebagai tokoh
intelektual dan tokoh otoritas yang memegang kekuasaan penuh sepeerti ketika
anak-anak belum menginjak remaja, maka sikap sosial atau hubungan sosial anak
akan sulit untuk dikembangkan. Untuk itu rambu-rambu berikut dapat digunakan
sebagai titik tolak untuk pengembangan hubungan sosial peserta didik:
a.         Sekolah harus merupakan dasar untuk perkembangan kepribadian peserta didik.
b.         Saling menghargai merupakan kunci yang dapat digunakan untuk menanggulang masalah-masalah yang timbul dalam hubungan dengan peserta didik yang bertabiat apapun
c.         Pola pengajaran yang demokratis merupakan alternatif yang sangat bermanfaat bagi guru.




5.    Implikasi Faktor Komunikasi terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
Tiga tingkatan kemampuan peserta didik sebagaimana dikemukakan di atas tentunya akan sangat mempengaruhi aktivitas komunikasi dua arah antara pendidik dengan peserta didik. Persoalannya adalah bagaimana untuk menjadi pendidik yang memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik ? Beberapa hal dibawah ini dapat digunakan sebagai acuan oleh orang-orang yang berkecimpung dalam dunia pendidikan.
a.         Memberi penjelasan Dalam menyampaikan informasi kepada peserta didik (yang berkaitan dengan iptek), hendaknya:
b.         Menentukan hal-hal pokoknya dan hubungannya satu sama lainnya.Memberi penjelasan yang meyakinkan artinya menerangkan hal-hal yang benar dan menghindari penjelasan yang salah baik disengaja maupun tidak.
c.         Memberi penjelasan secara gamblang dan sederhana sehingga sehingga semua peserta didik dapat menangkapnya dengan baik.
d.         Menghindari berbicara dengan bahasa yang muluk, dan mengusahakan berbicara dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh peserta didik.
e.         Menghindari penggunaan kata-kata yang tidak jelas, tidak pasti dan tidak tegas.
f.          Memeriksa kembali penjelasan apakah semua peserta didik telah mengerti terhadap informasi yang disampaikannya.
g.         Mengajukan pertanyaan
Pertanyaan yang diajukan oleh pengajar dapat digolongkan dalam dua jenis, yaitu pertanyaan “tingkat tinggi” dan pertanyaan “tingkat rendah”. Pertanyaan tingkat tinggi adalah pertanyaan yang menuntut pemikiran abstrak, sedangkan pertanyaan tingkat rendah adalah pertanyaan yang menyangkut fakta, pengetahuan sederhana, dan penerapan pengertian. Hal yang perlu diusahakan oleh pendidik dalam kaitannya dengan kegiatan ini adalah :
1)        Mengulangi pertanyaan yang diajukan oleh peserta didik dengan maksud agar peserta didik yang lain mengetahui secara jelas masalah yang ditanyakan.
2)        Menempatkan pertanyaan peserta didik dalam konteks keseluruhan bahan pelajaran.
3)        Merangsang peserta didik agar mau mengajukan pertanyaan.
4)        Merespon pertanyaan dengan baik.
h.      Memberikan Umpan Balik
Dengan umpan balik akan diketahui apakah komunikasi dua arah sudah tercapai dengan baik atau belum. Umpan balik ini berlaku baik dari pengajar kepada peserta didik atau sebaliknya.