Kemampuan manusia dalam menguasai bahasa berbeda-beda. Ada yang
memiliki kualitas yang baik dan ada yang tidak, sesuai tingkat pengetahuan
bahasa yang dimiliki. Untuk menguasai bahasa yang baik, manusia harus
menggunakan kemampuannya untuk mempelajari bahasa. Alquran mengajarkan bahwa
Allah mengajarkan manusia agar dapat menggunakan bahasa sebagai alat
komunikasi, baik lisan maupun tulisan.
Dia
menciptakan manusia. Mengajarnya pandai berbicara. (QS. Ar-Rahman : 3-4)
Bacalah. Dan
Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar manusia dengan perantara kalam. Dia
mengajarkan manusia apa-apa yang tidak diketahuinya. (QS. Al-Alaq 3-5)
Perkembangan bahasa sudah dimulai dari awal kehidupan. Bayi telah
dipersiapkan dengan baik dalam belajar bahasa.
.
Perkembangan
bahasa anak pada dasarnya terbagi kedalam dua bagian, yaitu :
1. Egocentric speech
(terjadi ketika anak berbicra kepada dirinya sendiri/monolog). Egocentric
speech ini berfngsi untuk mengembangkan kemampuan berpikir anak yang pada
umumnya dilakukan oleh anak berusia 2-3 tahun.
2. Socialized speech
(terjadi ketika berlangsung kontak antara anak dengan temannya atau dengan
lingkungannya). Perkembangan bahasa pada masa ini dibagi kedalam lima bentuk,
yaitu:
a. Adapted information
(bertukar pikiran atau gagasan dan ada tujuan bersama yang dicari).
b. Critism (penilaian
anak terhadap ucapan atau tingkah laku orang lain).
c. Command (perintah),
threat (ancaman) dan Request (permintaan)
d. Questions
(petanyaan)
e. Answer
(jawaban)
Kemampuan berbahasa anak selalu
mengalami perubahan dan perkembangan seiring dengan perkembangannya pada
masa-masa tertentu. Dilihat dari segi pembagian fase perkembangan berbahasa
yang di susun oleh Clara dan W. Stern, maka perkembangan pada masa bayi
termasuk pada fase pertama yang meliputi stadium purwaka(meraban atau
mengoceh), meniru suara atau bunyi yang di dengar walaupun tidak sempurna, dan
stadium kalimat sepatah (pada akhir masa bayi, dia mengucapakan hanya satu kata
saja tetapimaksudnya adalah satu kalimat yang mengandung permintaan). Dengan
demikian perkembangan kemampuan berbahasa anak dapat dapat dilihat dari
berbagai aspek, salasatu diantaranya yaitu faktor/aspek usia.
Dilihat dari perkembangan umur kronologis yang dikaitkan dengan
perkembangan kemampuan berbahasa
individu, tahapan perkembangan bahasa dapat dibedakan kedalam tahap-tahap
sebagai berikut :
1)
Tahap pralinguistik
atau meraban (0,3 – 1,0 tahun)
Pada tahap meraban pertama,
selama bulan-bulan awal kehidupan, bayi-bayi menangis, mendekut, mendenguk,
menjerit, dan tertawa, seolah-olah menghasilkan tiap-tiap jenis yang mungkin
dibuat. Banyak pengamat menandai ini sebagai tahap bayi menghasilkan segala
bunyi ujaran yang dapat ditemui dalam segala bahasa dunia. Adalah menarik
perhatian bahwa produksi-produksi seorang bayi ditandai dengan cara ini, tetapi
karakterisasi tersebut mungkin tidak benar berdasarkan fakta-fakta, terutama
sekali dalam kasus konsonan-konsonan yang amat rumit.
Bagaimanapun juga, hal yang
penting adalah bahwa suara-suara bayi yang masih kecil itu secara linguistik
tidaklah merupakan ucapan-ucapan yang berdasarkan organisasi fonemik dan fonetik.
Suara-suara atau bunyi-bunyi tersebut tidaklah merupakan bunyi-bunyi ujaran,
tetapi barulah merupakan tanda-tanda akustik yang diturunkan oleh bayi-bayi
kalau mereka menggerakkan alat-alat bicaranya dalam setiap susunan atau bentuk
yang mungkin dibuat. Mereka bermain dengan alat-alat suara mereka, tetapi
rabanan mereka hendaknya jangan digolongkan sebagai performansi linguistic.
2)
Tahap
holofrastik atau kalimat satu kata (1,0 – 1,8 tahun)
Pada
usia sekitar satu tahun anak mulai mengucapkan kata-kata. Satu kata yang
diucapkan oleh anak-anak harus dipandang sebagai satu kalimat penuh mencakup
aspek intlektual maupun emosional sebagai cara untuk menyatakan mau tidaknya
terhadap sesuatu. Misal, anak yang menyatakan “Mobil” dapat berarti “saya mau
main mobil-mobilan”, “saya mau ikut naik mobil bersama ayah”, atau “saya minta
diambilkan mobil mainan” dan sebagainya.
3)
Tahap
Kalimat dua kata (1,6 – 2,0 tahun)
Pada
tahap ini mulai memiliki banyak kemungkinan untuk menyatakan kemauannya dan
berkomunikasi dengan menggunakan kalimat sederhana yang disebut kalimat dua
kata yang dirangkai secara tepat. Meskipun mereka tidak memenuhi standar tata
bahasa orang dewasa, bahasa mereka bukan merupakan kombinasi acak-acakan.
Pada tahap ini anak mulai
memiliki banyak kemungkinan untuk menyatakan kemauannya dan berkomunikasi
dengan menggunakan kalimat sederhana yang disebut dengan istilah “kalimat dua
kata” yang dirangkai secara tepat.
4)
Tahap
pengembangan tata bahasa awal (2,0 – 5,0 tahun)
Pada
tahap ini anak mulai mengembangkan tata bahasa, panjang kalimat mulai
bertambah, ucapan-ucapan yang dihasilkan semakin kompleks, dan mulai
menggunakan kata jamak. Penambahan dan pengayaan terhadap sejumlah dan tipe
kata secara berangsur-angsur meningkat sejalan dengan kemajuan dalam kematangan
perkembangan anak.
5)
Tahap pengembangan
tata bahasa lanjutan (5,0 – 10,0 tahun)
Pada
tahap ini anak semakin mampu mengembangkan struktur tata bahasa yang lebih
kompleks lagi serta mampu melibatkan gabungan kalimat – kalimat sederhana.
6)
Tahap
kompetensi lengkap (11,0 tahun – dewasa)
Pada akhir
masa kanak-kanak, perbendaharaan kata terus meningkat, gaya bahasa mengalami
perubahan, dan semakin lancar serta fasih dalam berkomunikasi. Keterampilan
tata bahasa terus berkembang ke arah tercapainya berbahasa secara lengkap
sebagai perwujudan dari kompetensi
komunikasi.